art.e.fact podcast
By art.e.fact
art.e.fact podcastNov 16, 2020
Dari Belakang Kursi Supir Bis Toraja
Rabu kemarin (12/7), orang-orang memadati #halamanrumah untuk mendengarkan Kathleen M. Adams bercerita "Dari Belakang Kursi Supir Bis Toraja". 🚌💨💨
Kathleen membuka obrolan dengan menceritakan prosesnya selama meneliti Toraja, dan bagaimana Toraja mempengaruhi kehidupannya di Amerika hingga hari ini. Anwar Jimpe Rachman dan Nurhady Sirimorok juga bercerita tentang pengalamannya menerjemahkan dan menyunting buku "Seni Sebagai Politik".✨
Yhola Jeniver dari toko buku Loka Banne juga sebagai seorang pembaca buku Seni Sebagai Politik yang berdarah Toraja, menyampaikan impresinya saat membaca buku tersebut. Ia berkata menyenangkan membaca dan memahami lebih banyak tentang tanahnya dari perspektif Kathleen.
Tak hanya di Kampung Buku, banyak juga kawan-kawan jauh yang bergabung melalui zoom--bahkan nonton bersama.
Musik latar : Bunyi Waktu Luang
Malam Dongeng "Laut, Dewi dan Para Pengelana"
Pada tanggal 5 Juni 2023 lalu, Kampung Buku telah mengadakan Malam Dongeng bertajuk "Laut, Dewi, dan Para Pengelana". Malam itu Louie menceritakan tentang kisah-kisah para ratu dan dewi yang "muncul" dari lautan untuk menciptakan komunitas-komunitas baru di kawasan Wallacea. Tentang para penghuni Toddang Toja di dasar samudera, putri yang muncul dari bambu dan perut ikan, serta DNA yang menjadi peta rahasia migrasi perempuan-perempuan Austronesia. Kisah-kisah pun digambarkan langsung oleh SHVN-T yang dikenal sebagai @perduliar sambil diiringi lantunan sinrili' oleh Arif Dg. Rate serta petikan kecapi oleh Muh. Fadhly.
Ilustrasi : @perduliar
Diskusi Buku: Ramuan di Segitiga Wallacea
Banyak hal menarik yang diobrolkan selama diskusi. Mulai dari latar belakang buku ini digagas sebagai respons terhadap pandemi dan bagaimana memunculkan kembali praktik-praktik pengobatan warga. Juga cerita beberapa penulis-peneliti tentang proses dan pengalaman mereka selama di lapangan.
Menurut Tasrifn Tahara selaku antropolog sekaligus pembicara, tulisan-tulisan karya anak-anak muda dalam buku ini adalah catatan-catatan etnografis yang sebetulnya amat potensial memicu banyak penelitian-penelitian lanjutan terkait praktik pengobatan warga.
Apalagi menurut Agussalim Burhanuddin, akademisi juga pembicara, di kawasan Asia Tenggara, sejak dulu memang mengenal beragam praktik pengobatan dengan banyak nama dan istilah, yang memakai bahan alam dan berkelindan dengan praktik keagamaan.
Beberapa peserta juga bertanya bagaimana mengerjakan penelitiannya (dalam waktu singkat).
Salah seorang bertanya mengapa buku yang banyak melibatkan perempuan ini justru memilih sampul dua laki-laki. Anwar Jimpe Rachman selaku editor menjawab bahwa, sekilas, sampul ini berupaya merepresentasikan pengetahuan warga Indonesia Timur, khususnya Papua. Ia menambahkan, "Papua itu mataharinya yang paling cepat terbit, tapi kenapa untuk segala hal mereka yang selalu 'di belakang' dalam kehidupan bernegara?"
Bincang Sekapur Sirih Bersama Anwar Jimpe Rachman
Akadapi Boo: Daun Bertumpuk Penyembuh Batuk
Nama akadapi boo diambil dari bahasa Suku Mee: akadapi berarti bertumpuk, boo berarti rumput, yang jika diartikan berarti rumput yang bertumpuk. Di episode kali ini, Lusia Kudiai, seorang perawat di daerah Topo, Nabire menceritakan riwayat pengobatan herbal yang ia praktikkan menggunakan daun akadapi boo serta riwayat penggunaannya sebagai resep keluarga. Obrolan ini merupakan bagian dari penelitian Manfred Kudiai, peserta program “Menghambur Menyigi Sekapur Sirih” di Nabire.
Yuk, kita dengarkan bersama di #artefactpodcast
Daun Gatal: Riwayat Pemulihan Diri
Daun gatal (Laportea ducumana) adalah tanaman yang bisa dijumpai di pesisir maupun pegunungan Papua. Diberi nama demikian sebab efek gatal-gatal serta perih ketika ditempelkan pada kulit penggunanya. Di episode ini Siprianus Bunai, praktisi daun gatal. Dia menceritakan pengalamannya menggunakan daun ini selama 25 tahun juga bagaimana masyarakat suku Mee memandang daun ini. Kisah ini merupakan bagian dari penelitian Nomensen Douw, peserta program “Menghambur Menyigi Sekapur Sirih” di Nabire.
Selengkapnya, mari kita simak bersama di #artefactpodcast
Nabarure: Daun Yang Mendatangkan Darah
Nabarure merupakan sebutan lokal Suku Yerisiam, Papua untuk daun pohon baru atau waru yang tumbuh di sepanjang pesisir pantai Kota Nabire. Daun ini secara turun-temurun menjadi tumbuhan yang kerap dipakai untuk mengobati pancaragam penyakit berkaitan dengan darah kotor, misalnya stroke. Di sesi kali ini, Sambena Inggeruhi, seorang praktisi pengobatan dari suku Yerisiam, Papua akan menceritakan pengalamannya berkenalan dengan pengobatan menggunakan ini serta riwayat pengobatanya dari waktu ke waktu. Kisah ini merupakan bagian dari penelitian Fauzan Al Ayyuby, peserta program “Menghambur Menyigi Sekapur Sirih” di Nabire, Papua.
Yuk, simak selengkapnya di #artefactpodcast
Daun Rimpapake: Obat Perempuan Manggarai
Nikolaus Niku (75) merupakan seorang mantan penari caci yang melakukan praktik pengobatan menggunakan daun ‘rimpapake’. Daun 'rimpapake' merupakan satu jenis daun yang disebut juga sebagai obat perempuan. Di episode kali ini, Pak Niku menceritakan proses pembuatan daun ini menjadi obat yang disebut ‘barak’ juga bagaimana daun ini dipakai untuk pengobatan luka dalam bagi perempuan pasca melahirkan di Manggarai. Kisah ini merupakan hasil penelitian dari Aden Firman, Amir Hamza, Bondan FM, Yus Juliadi, Saputri Firman, dan Yayat Afrizal (tim kolektif Videoge) yang juga urun berpartisipasi dalam program Menghambur Menyigi Sekapur Sirih di Labuan Bajo.
Selengkapnya, yuk kita dengarkan bersama hanya di #artefactpodcast!
Alat Terapi Nikolaus
Nikolaus Niku (75), mantan penari caci yang dikenal memiliki praktik pengobatan menggunakan alat terapi dari kayu menceritakan tentang hal yang melatarbelakanginya bisa membuat alat terapi tersebut dan juga bagaimana alat itu dipakai dalam pengobatan mandiri dan orang-orang di sekitarnya. Kisah ini merupakan penelitian dari Aden Firman, Amir Hamza, Bondan FM, Yus Juliadi, Saputri Firman, Yayat Afrizal (tim kolektif Videoge), peserta program “Menghambur Menyigi Sekapur Sirih” di Labuan Bajo.
Yuk, kita simak selengkapnya hanya di #artefactpodcast!
Kelas Sekapur Sirih bersama Tim Pangkep
Episode art.e.fact podcast kali ini menyajikan diskusi Kelas Sekapur Sirih sesi kedelapan bersama Tim Pangkep yang difasilitasi oleh Anwar ‘Jimpe’ Rachman (Direktur Makassar Biennale). Kelas yang berlangsung pada Sabtu, 10 Oktober 2020, di Rammang-Rammang, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan ini dihadiri oleh empat peserta program dari Tim Pangkep, yakni F Daus AR, Saenal, Afdhal AB El-Butuny, dan . Yuk! Dengarkan diskusi lengkapnya di #artefactpodcast.
Kelas Sekapur Sirih bersama Tim Bulukumba
Episode art.e.fact podcast kali ini menyajikan diskusi Kelas Sekapur Sirih sesi ketujuh bersama Tim Bulukumba yang difasilitasi oleh Anwar ‘Jimpe’ Rachman (Direktur Makassar Biennale). Kelas yang berlangsung pada Jumat, 23 Oktober 2020, di Komunitas Swabina Petani Salassae (KSPS), Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan ini dihadiri oleh tiga peserta program dari Tim Bulukumba, yakni Anjar S. Masiga, Muhammad Harisah, dan Eko Ardianto. Yuk! Dengarkan diskusi lengkapnya di #artefactpodcast.
Laku Jari Mama
Di eposide ini, Hj. Nashar, seorang “sanro ana’ lolo” (dukun anak) dari Kota Parepare, bercerita tentang berbagai jenis penyakit pada anak dan penyebabnya. Juga bagaimana itu disembuhkan melalui praktik pengurutan. Obrolan podcast sesi ini merupakan bagian dari penelitian Syahrani Said, salah satu peserta program “Menghambur Menyigi Sekapur Sirih” diParepare, program menuju Makassar Biennale 2021. Yuk! Dengarkan obrolan lengkapnya di #artefactpodcast .
Ma’Bura: Di Kolong Rumah Orang-Orang Disembuhkan
Ma’bura dalam bahasa Bugis berarti berobat. Di episode ini kita akan mendengar cerita dari Hj. Munati (48) dari kota Parepare yang dikenal mampu mengobati beragam penyakit medis-nonmedis menggunakan media air. Sebagaian besar pasiennya adalah perempuan. Di masyarakat Bugis dikenal ‘mantera ripolo mata’ sejenis mantera yang menyulitkan orang bertemu jodohnya, konon melalui air yang ditiupkan doa-doa, sanro perempuan ini bisa mempermudah seseorang bertemu jodohnya.
Obrolan podcast sesi ini merupakan penelitian A. Musran dan Soraya Ayu Ananda, peserta program "Menghambur Menyigi Sekapur Sirih" di Parepare, program menuju Makassar Biennale 2021. Yuk! Dengarkan obrolan lengkapnya di #artefactpodcast .
Bedak Belukar: Pengobatan dari Bahan Dapur
Nurmala Belukar adalah ibu rumah tangga pembuat bedak sagala' (bedak obat). Bedak berbahan dasar beras, kunyi, kemiri dan bawang merah ini biasa dipakai untuk mengobati berbagai penyakit kulit. Resep bedak ini didapatkan Nurmala dari Nurhaeda-- nenek dari pihak ayahnya, Belukar Ukkas.
Praktik pembuatan bedak belukar ini telah dilakukan Nurmala belasan tahun silam. Awalnya, bedak ini digunakan untuk mengobati berbagai penyakit kulit suami dan anak-anaknya. Belakangan, para tetangga dan kenalan beliau juga merasakan khasiat dari bedak buatannya. Obrolan podcast sesi ini merupakan penelitian Wilda Yanti Salam, salah satu peserta program "Menghambur Menyigi Sekapur Sirih" di Makassar, program menuju Makassar Biennale 2021. Yuk! Dengarkan obrolan lengkapnya di #artefactpodcast .
Sesuai Titik - Akupunkturis
Di Episode ini, Deanagita, seorang akupunkturis di Makassar bercerita tentang apa itu akupuntur dan bagaimana metode pengobatan ini bekerja pada tubuh manusia. Perempuan asal Bandung ini juga membeberkan latar belakangnya memilih profesi ini dan kenapa ia memilih metode visit (kunjungan ke lokasi pasien) dibandingkan membuka klinik terapi sendiri.
Obrolan podcast sesi ini merupakan penelitian dari Aziziah Diah Aprilya, salah satu peserta program "Menghambur Menyigi Sekapur Sirih" di Makassar, program menuju Makassar Biennale 2021. Yuk! Dengarkan obrolan lengkapnya di #artefactpodcast .
Warisan Ramuan Herbal Keluarga
Pada episode kali ini, Erwin Sofyan, salah seorang peramu herbal keluarga di Makassar berbagi cerita tentang resep dan manfaat ramuan herbal dari kitab pengobatan neneknya. Obrolan podcast sesi ini merupakan penelitian Rafsanjani, salah satu peserta program “Menghambur Menyigi Sekapur Sirih” di Makassar, program menuju Makassar Biennale 2021. Yuk! Dengarkan percakapan lengkapnya di #artefactpodcast
Kelas Sekapur Sirih bersama Ibrahim Massidenreng
Kelas Sekapur Sirih bersama Ibrahim Massidenreng. Pemandu: Anwar 'Jimpe' Rachman. Kelas ini merupakan kelas berseri. Salah satu agenda "Menghambur Menyigi Sekapur Sirih", program menuju Makassar Biennale 2021 - Maritim: Sekapur Sirih. Kelas ini bersifat internal, diperuntukkan bagi para peserta penulisan dan penelitian di Makassar, Bulukumba, Parepare, Pangkep, Labuan Bajo dan Nabire. Berlangsung pada Minggu, 27 September 2020 Pukul 20.00 WITA via Zoom.
Kelas Sekapur Sirih bersama Anwar 'Jimpe' Rachman
Kelas Sekapur Sirih bersama Anwar 'Jimpe' Rachman
Pemandu: Wilda Yanti Salam
Kelas ini merupakan kelas berseri. Salah satu agenda "Menghambur Menyigi Sekapur Sirih", program menuju Makassar Biennale 2021 - Maritim: Sekapur Sirih.
Kelas ini bersifat internal, diperuntukkan bagi para peserta penulisan dan penelitian di Makassar, Bulukumba, Parepare, Pangkep, Labuan Bajo dan Nabire. Berlangsung pada Minggu, 20 September 2020, Pukul 19.00 WITA via Zoom.
Kelas Sekapur Sirih bersama Tasrifin Tahara
Dipandu oleh Anwar Jimpe Rachman. Kelas ini merupakan kelas berseri. Salah satu agenda "Menghambur Menyigi Sekapur Sirih", program menuju Makassar Biennale 2021 - Maritim: Sekapur Sirih. Kelas ini bersifat internal, diperuntukkan bagi para peserta penulisan dan penelitian di Makassar, Bulukumba, Parepare, Labuan Bajo dan Nabire. Berlangsung pada Minggu, 13 September 2020, Pukul 19.00 WITA via Zoom.
“Hulu, Hilir, dan Masyarakat Sekitarnya”
Membuka episode perdana sebagai perkenalan art.e.fact podcast, kami menyajikan rekaman dari Simposium Makassar Biennale 2019 di hari pertama yang berlangsung pada 1 September 2019 di Ruang Teater Gedung Kesenian Sulsel Societeit de Harmonie. Salah satu tema yang dibicarakan yakni “Hulu, Hilir, dan Masyarakat Sekitarnya” dengan menghadirkan tiga pembicara utama, di antaranya Tasrifin Tahara (peneliti dan dosen Antropologi Universitas Hasanuddin), Karno B. Batiran (Direktur Eksekutif Sekolah Rakyat Petani [SRP] Payo-Payo), Anwar Jimpe Rachman (kurator dan Direktur Makassar Biennale), dan dimoderatori oleh Dhuha Ramadhani (kurator dan pembuat film).
Pembicara pertama Tasrifin Tahara membawakan judul presentasinya tentang “Pelayaran dan Migrasi: Refleksi Keindonesiaan Diaspora Orang Buton di Kepulauan Maluku”, Karno B. Batiran membicarakan tentang “Anak Muda dan Pertanian”, dan Anwar Jimpe Rachman memaparkan tentang “Makassar Biennale dan Proyeksi-Proyeksinya”. Selamat mendengarkan!