Skip to main content
Coming Home with Leila Chudori

Coming Home with Leila Chudori

By Leila Chudori

Leila S. Chudori mengundang tokoh-tokoh dan penulis-penulis terkemuka Indonesia dan berbincang tentang pilihan buku dan menggali lebih dalam tentang proses kreatif mereka. Program ini diselenggarakan oleh Kepustakaan Populer Gramedia, Kompas.com dan Leila Chudori. Didukung:Femina Media
Available on
Apple Podcasts Logo
Google Podcasts Logo
Overcast Logo
Pocket Casts Logo
RadioPublic Logo
Spotify Logo
Currently playing episode

In Conversation with Goenawan Mohamad (Part 2)

Coming Home with Leila ChudoriSep 29, 2020

00:00
48:00
In Memoriam Richard Oh

In Memoriam Richard Oh

Kepergian sutradara, penulis, bibliofil Richard Oh meninggalkan lubang besar di komunitas sastra dan film. Podcast @cominghome beberapa kali mengundang Richard sebagai narasumber karena dia adalah satu dari sedikit yang sudah banyak membaca buku-buku sastra internasional maupun Indonesia. Namun Kusala Sastra Khatulistiwa adalah salah satu warisan Richard yang penting. Podcast ini pernah membahasnya dengan dua penghargaan sastra lainnya yaitu Penghargaan Badan Bahasa dan Buku Sastra Pilihan Tempo. Bersama F.Rahardi dan Nurdin Kalim sebagai wakil dari kedua institusi tadi, Richard Oh membahas bagaimana dia membangun Khatulistiwa Literary Award dan mencoba memperbaikinya setiap tahun. Kami menayangkannya kembali sebagai penghormatan kepadanya.

Apr 19, 202201:17:42
In Contemplation with Tunggal Pawestri

In Contemplation with Tunggal Pawestri

Setelah gebrakan duo Jodi Kantor dan Megan Twohey melalui  buku “She Said” yang berisi investigasi tentang produser Harvey Weinstein , pada tahun yang sama wartawan Ronan Farrow megeluarkan bukunya berjudul “Catch and Kill, Lies, Spies and a Conspiracy to Protect Predators” (Littlebrown, 2019). Keduanya sama-sama mengisahkan produser Harvey Weinstein yang puluhan tahun menyalahgunakan kekuasaannya kepada para aktris dan karyawan yang bekerja sama dengannya.

Weinstein sendiri kini akhirnya sudah divonis 23 tahun penjara untuk dua dari lima kasus yang diajukannya. Kedua buku ini yang semula dimuat secara serial di media salah satu yang mengguncang #metoomovement di Amerika, yang kemudian merebak ke berbagai negara.

Buku “Catch and Kill, Lies, Spies and a Conspiracy to Protect Predators” karya Ronan Farrow ditulis dengan gaya naratif bak sebuah film thriller, karena Ronan Farrow mendeskripsikan bagaimana produsernya di NBC menelepon dan menyampaikan bahwa laporannya dengan tema kekerasan seksual  ‘ditunda’ penayangannya. Setebal 448 halaman, buku yang disusun dengan menggunakan metode jurnalistik investigasi ini akan dibahas oleh Aktivis Perempuan Tunggal Pawestri.  Tunggal akan membahas buku ini sekaligus menjelaskan  definisi kekerasan seksual, pelecehan seksual dan perkosaan? Kapankah kita mengetahui atau merasa ada sesuatu yang salah atau tidak patut dalam berkomunikasi –offline atau online—dengan seseorang?

Apr 05, 202201:07:50
In Contemplation with Hermien Y.Kleden

In Contemplation with Hermien Y.Kleden

“SUKARNO: Paradoks Revolusi Indonesia” 

Seri Buku Tempo, Bapak Bangsa 

“Sukarno tidak dimakamkan ‘di antara bukit yang berombak, di bawah pohon rindang, di samping sebuah sungai dengan udara segar.” Tidak seperti diinginkannya. Permintaan terakhirnya untuk dikuburkan di halaman rumahnya di Batutulis, Bogor, ditolak. Propspek bahwa makamnya akan menjadi tempat ziarah yang populer yang terlalu dekat dengan Jakarta merisaukan pemerintah baru….”

(“Sukarno, Paradoks Revolusi Indonesia” – hal 2). 

Demikian pembukaan buku ini mengisahkan ‘rumah terakhir’ presiden pertama Indonesia dan bahkan jasad Bung Karno pun masih membuat gentar pemerintah Orde Baru. Nama Sukarno tetap dikenang oleh bangsa Indonesia dan dunia. Sukarno, bersama Hatta, akan menjadi simbol revolusi Indonesia. Kali ini @penerbitkpg menerbitkan ulang buku “Sukarno” yang merupakan kerjasama dengan @majalah.tempo

Karena buku-buku seri Tempo ini dikerjakan sebagai Edisi Khusus Tempo, maka tentu saja penulisannya menggunakan pendekatan jurnalistik, bukan sejarah. Selain sekilas  jejak langkah sang proklamator yang  sering disebut sebagai Putra Sang Fajar, buku ini juga menampilkan berbagai kisah keseharian Bung Karno hingga kisah cintanya yang selalu saja menarik. Tak lupa kisah anak-anak Bung Karno, terutama Megawati yang kelak menjadi Presiden Indonesia.

Kali ini program podcast “Coming Home with Leila Chudori” season 8 mengundang jurnalis Hermien Y. Kleden. Bersama-sama host Leila Chudori yang juga terlibat dalam proyek Edisi Khusus ini, Hermien Kleden akan berdiskusi dan membahas tantangan dan asyiknya membangun dan menciptakan tradisi baru di Tempo pasca bredel: Edisi Khusus. Sukarno menjadi pilihan pertama penulisan edisi khusus bertopik di masa itu. Hermien sebagai salah satu Pimpinan Proyek akan menceritakan mengapa para bapak bangsa menjadi pilihan awal dari serial ini. Selamat mendengarkan.

Mar 22, 202201:17:01
In Contemplation with Rocky Gerung

In Contemplation with Rocky Gerung

“Suatu pagi hari Minggu, ketika para hewan berkumpul untuk meneria perintah mingguan, Napoleon mengumumkan kebijaksanaan baru. Mulai saat itu ke depan, Pertanian Hewan akan melakukan hubungan perdagangan dengan pertanian tetangga.  Bukan untuk maksud komersial, tentu saja, tetapi hanya agar bisa mendapatkan barang-barang tertentu yang sangat dibutuhkan…..”

( Republik Hewan, George Orwell)

Ini adalah terjemahan novel legendaris George Orwell “Animal Farm” ke dalam bahasa Indonesia  oleh Djokolelono  yang diterbitkan Gramedia Pustaka Utama. Novel yang diterbitkan pertama kali tanggal 17 Agustus 1945, “Animal Farm” –atau dalam bahasa Indonesia berjudul “Republik Hewan” --- adalah sebuah novel satiris alegori yang berkisah tentang sekelompok binatang milik Tuan Jones si pemabuk berat. Suatu hari dia lupa memberi makanan para binatang , maka terjadilah pemberontakan di bawah pimpinan  anggota geng binatang bernama Napoleon dan Snowball. Para binatang berharap di bawah pimpinan baru maka akan tercipta masyarakat yang memiliki hal yang sama, demokratis dan bahagia. Ternyata, tentu saja dalam setiap perjuangan atau perubahan, selalu akan ada pengkhianatan. Segala perjuangan sia-sia karena pada akhirnya Republik Hewan di bawah pimpinan Napoleon sama buruknya dengan masa pemerintahan manusia.

Animal Farm atau REPUBLIK HEWAN yang menurut Orwell terinspirasi di masa-masa panasnya Soviet menjelang Revolusi 1917 ini adalah sebuah novel yang universal dan termasuk dalam 100 buku dalam bahasa Inggris versi majalah Time. Episode terbaru Program podcast “Coming Home with Leila Chudori" Musim Tayang 8 kini mengundang Rocky Gerung untuk membahas novel klasik ini.

Feb 22, 202236:39
In Contemplation with Arif Zulkifli

In Contemplation with Arif Zulkifli

“Rendra tak pernah mati: ia telah memberi kita puisi.” 

Demikian Goenawan Mohamad mencatatnya sebagai seorang penyair untuk penyair, dalam “Rendra (1935-…)” . Ini salah  satu tulisan Goenawan di antara 23 tulisan tentang tokoh-tokoh politik dan kesenian yang dihimpun dan diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia , bekerja sama dengan Freedom Institute dan Komunitas Salihara, 2021, dengan judul “Pembentuk Sejarah”. Disusun oleh empat orang: Zaim Rofiqi, Candra Gautama, Akhmad Sahal dan Rustam F.Mandayun, buku ini menguraikan renungan, ulasan, pendapat Goenawan tentang pemikiran tokoh-tokoh antara lain Bung Karno, Tan Malaka, Kartini, Gus Dur, Nurcholis Madjid, hingga sastrawan seperti Pramoedya Ananta Toer,  Rendra dan Subagio Sastrowardoyo. Diambil dari berbagai sumber dan buku karya Goenawan ini , seperti diutarakan dalam Kata Pengantar Akhmad Sahal , bernada “penolakannya terhadap pemutlakan ide atau pikiran, entah dalam bentuk ideologi, utopianiasme, dogma agama, saintisme bahkan juga kategori-kategori konseptual yang mengklaim kepastian.”

Program podcast “Coming Home with Leila Chudori” Musim Tayang ke 8 Episode 2 kali ini mengundang CEO Tempo Media Arif Zulkifli yang akan membahas kumpulan esei Goenawan Mohamad ini dari berbagai segi.

Feb 08, 202201:13:43
DISCUSSION ON TRILOGY NOVEL “RAPIJALI”

DISCUSSION ON TRILOGY NOVEL “RAPIJALI”

BERSAMA : DEE LESTARI DAN PETTY FATIMAH 

Ini adalah kisah Ping, remaja dengan anugerah musik di dalam dirinya yang nyaris sempurna. Yang telinga & suaranya bisa menyatukan harmoni musik dengan alat apapun dan memiliki pendengar sedemikian tajamnya. Ia mampu mendengar suara sehalus apapun yang tak tertangkap oleh ‘telinga biasa’.

Ping, yang nama aslinya adalah Lovinka, hidup bersama kakek Yuda Alexander di sebuah desa nun di Pangandaraan. Tetapi suatu hari, kehidupannya mendadak harus berubah. Sang kakek terpaksa menyerah pada gerogotan kanker. Lalu siapa yang akan mengurus dan membesarkan sang cucu? Yuda menyerahkan pada seseorang yang sudah lama ‘berhutang’ padanya & terutama pada Ping: Guntur Putra Sasmita, Walikota Jakarta Selatan yang mempersiapkan diri menjadi Gubernur DKI Jakarta. 

Begitu saja Ping harus pindah ke Jakarta sebagai anak asuh pak Guntur, dicemplungkan ke sebuah sekolah, menghadapi berbagai tingkah anak kaya raya Jakarta di sebuah SMA elite Jakarta. Ping bukan saja terkejut dengan gaya hidup mereka, tetapi pada saat yang bersamaan, Ping mendapatkan kesempatan bergabung dengan band SMA: Rapijali.

Sekali lagi, Dee Lestari mengajak pembaca menyusuri kehidupan dan kegalauan remaja dengan segala seluk beluk batin Ping, Rakai, Jemima, Buto, Inggil, Lodeh yang masing-masing menyandang persoalan keluarga. Yang sungguh memukau adalah bagaimana kita bisa menikmati  lagu-lagu yang dinyanyikan band Rapijali melalui ketiga buku ini dan serangkaian lagu-lagu ciptaan Dee--dinyanyikan antara lain oleh Iwan Fals, Bunga Citra Lestari-- mengisi ruh para tokoh-tokohnya.

Program podcast “Coming Home with Leila Chudori” membuka Musim Tayang ke 8 dengan obrolan asyik bersama Pemimpin Redaksi Femina @petz09 . Sang Penulis Dee Lestari @deelestari tentu saja akan bergabung dengan kami untuk menunaikan segala rasa penasaran kami: tentang mengapa 27 tahun cerita ini disimpan & baru dikeluarkan sekarang.

Jan 25, 202201:13:06
In Contemplation with Siska Yuanita

In Contemplation with Siska Yuanita

“Troubled Blood” (Kecamuk Darah) oleh Roberth Galbraith 

Ketika Detektif Partikelir Cormoran Strike tengah berkunjung ke kampung halamannya di Cornwall, seorang perempuan meminta tolong Strike untuk mencari ibunya Margot Bamborough yang menghilang secara misterius tahun 1974 silam.

Mengulik kasus yang sudah ‘dingin’ dan terlupakan bukanlah sesuatu yang mudah. Namun detektif kita memutuskan mengendus jejak yang berusia 40 tahun itu didampingi partnernya Robin Ellacot yang dilanda perceraian yang kacau dan berantakan.

Novel setebal 933 halaman ini sudah diterjemahkan oleh Siska Yuanita (Gramedia Pustaka Utama, 2021) menjadi “Kecamuk Darah”), karena itu program podcast “Coming Home with Leila Chudori” edisi penutup season 7 akan mengundang Siska untuk berbincang tentang isi novel yang sempat melahirkan kontroversi ini; juga bagaimana Siska menerjemahkan novel setebal bantal itu menjadi “Kecamuk Darah” yang   asyik sekali seperti halaman pembuka: “The Victory Inn penuh sesak pada malam bulan Agustus yang hangat ini, sehingga para pengunjung meluber keluar, ke undak-undakan batu lebar yang menurun ke pantai…”.

Episode penutup musim tayang ke 7 ini akan membahas  petualangan duo Cormoran Strike dan Robin Ellacot dalam labirin kasus yang sudah berusia 40 tahun yang dituangkan dalam novel setebal 900 halaman ini. Selamat mendengarkan

Nov 16, 202148:05
In Memoriam Budi Darma

In Memoriam Budi Darma

FEAT DIAN SASTROWARDOYO DAN JOKO ANWAR

“Rafilus telah mati dua kali. Kemarin dia mati. Hari ini, tanpa pernah hidup kembali, dia mati lagi”

Inilah sebuah pembukaan novel berjudul “Rafilus”, salah satu  karya Budi Darma yang pertama kali diterbitkan Balai Pustaka tahun 1988. Seperti juga karya-karya sebelumnya kumpulan cerpen “Orang-orang Bloomington” (1981) dan “Olenka” (1983), novel Rafilus adalah salah satu prosa Budi Darma yang menjungkir balikkan dunia. Tetapi kelebihan dari berbagai ceritanya, Budi Darma si pencerita ulung ini selalu menampilkan tokoh-tokoh utama atau tokoh pendukung yang tak mudah hilang dari benaknya.

Olenka, Fanton Drummond, Kritikus Adinan, Yorrick, Orez, Ny Eberhart, Ny. Talis. Begitu banyak tokoh, begitu banyak cerita dalam karya-karya Budi Darma, begitu banyak pujian dan penghargaan, termasuk Sea Write Awards (1984) untuk berbagai hal yang baru di dalam sastra Indonesia. 

Lahir di Rembang tahun 1937 dan wafat Agustus tahun ini, Budi Darma mengabdikan hidupnya dalam dunia akademis  dan sastra. Karya-karyanya yang terkemuka selain fiksi seperti Orang-orang Bloomington ,Olenka, Rafilus dan Nyonya Talis, ada beberapa kumpulan eseinya antara lain “Solilokui” yang diterbitkan Gramedia Pustaka Utama dan juga “Harmonium”. 

Podcast “Coming Home with Leila Chudori” berjudul “In Memoriam Budi Darma” akan menampilkan cuplikan dua karya Budi Darma, yakni novel “Olenka” dan “Orang-orang Bloomington” yang keduanya diterbitkan ulang oleh Noura, kelompok penerbit Mizan. Cuplikan karya-karya Budi Darma ini akan dibacakan oleh sutradara Joko Anwar dan aktris Dian Sastrowardoyo.

Oct 26, 202126:46
In Contemplation with Petty Fatimah

In Contemplation with Petty Fatimah

Seorang penulis bestseller Kunikihiko Hidaka ditemukan tewas terbunuh di rumahnya tepat sehari sebelum keberangkatannya untuk pindah ke Kanada. Kematiannya juga menggemparkan dunia industri buku, karena novel terbarunya baru saja selesai dan akan meluncur. Detektif kesayangan kita Kyochiro Kaga menyelidiki dan mengendus beberapa calon tersangka, salah satunya adalah kawan dekat Hidaka, seorang penulis buku anak Osamu Nonoguchi yang memang cemburu atas kesuksesan Hidaka. Inilah yang kita temukan dalam novel “Malice” karya Keigo Higashino (Gramedia Pustaka Utama). Selain menguak dunia industri buku yang seru dan penuh kecemburuan, seperti biasa gaya detektif Keigo yang santai sekaligus tajam dan cerdas ini membuat kita sulit melepas buku ini hingga halaman terakhir.

Kali ini  program podcast @cominghomepodcast with Leila Chudori mengundang Pemimpin Redaksi Femina @petz09  Petty Fatimah  mengulik novel ‘whoduunit’ ini dan membandingkannya dengan karya Hidaka lainnya.

Oct 12, 202154:05
Diskusi Tentang Pembajakan Buku dan Upaya Komunitas Penerbitan dan Penulis

Diskusi Tentang Pembajakan Buku dan Upaya Komunitas Penerbitan dan Penulis

Tengoklah market place. Dan perhatikan novel-novel yang Anda ingin beli ternyata berharga sangat murah sekitar Rp 10 ribu sampai Rp 20 ribu, meski harga resmi di toko buku atau toko buku online resmi novel tersebut berharga Rp 80 ribu. Buku-buku yang berpenampilan buruk karena isinya adalah hasil fotokopi dengan sampul wajah yang hasil fotokopi warna adalah hasil bajakan.

Dan percayakah Anda bahwa pembajakan di Indonesia sudah seperti industri hingga para pelakunya sudah sampai hidup makmur kaya raya dan bisa membeli beberapa rumah? Tak percaya? Coba tengok kisah bagaimana polisi menangkap pembajak buku di sebuah kota kecil di Jawa Tengah. Tetapi ini bukan saja soal ekonomi, industri pembajakan buku ini menunjukkan betapa kita masih jauh dari peradaban di mana hak cipta seharusnya dihargai sebagai sesuatu yang melekat pada pencipta.

Membajak atau membeli benda bajakan artinya Anda ikut mencuri hak ekonomi penulis, penerbit, ilustrator dan seluruh tim yang bekerja untuk buku yang anda beli. Dan ini penyakit ganas yang menyerupai kanker di dalam kehidupan perbukuan Indonesia.

Kali ini podcast “Coming Home with Leila Chudori” musim tayang 7 akan membahas masalah pembajakan dan bagaimana para penerbit mencoba untuk menghadapinya. Dua narasumber podcast kali ini adalah Wandi Brata, Direktur grup penerbitan Gramedia dan Haidar Bagir, Direktur Utama Mizan Grup. Mereka memberikan banyak informasi baru yang mencengangkan dari dunia buku bajakan yang sayangnya belum menjadi perhatian penting bagi pemerintah.

Sep 28, 202101:09:37
Diskusi Buku Fiksi untuk Anak-Anak Bersama Djoko Lelono dan Rizal Iwan

Diskusi Buku Fiksi untuk Anak-Anak Bersama Djoko Lelono dan Rizal Iwan

Mereka yang mengalami masa kanak-kanak di tahun 1970-an dan 1980-an pasti pernah mengalami “Djoko Lelono Syndrome”. Dia adalah penulis kanak-kanak yang melahirkan  puluhan novel-novel kanak-kanak seperti  “Genderang Perang Dari Wamena” (1970), Terlontar ke Masa Silam (1971), “Rahasia di Balik Lukisan” dan juga beberapa fiksi-ilmiah dan serial yang menampilkan tokoh anak-anak seperti serial Astrid. 

Salah satu kekuatan Djoko Lelono (77 tahun) adalah serunya petualangan tokoh utama, yang sudah pasti adalah anak SD atau SMP, yang diceritakan tanpa pidato, tanpa nasehat. Djoko Lelono tetap memberikan cerita  si baik dan si jahat dengan subtil. Novel “Rahasia di Balik Lukisan” ,misalnya adalah kisah seorang anak pelukis terkemuka yang ‘mengunjungi’ lukisan ayahnya satu persatu dan berbincang dengan ‘orang-orang’ di dalam lukisan itu. Sang anak –bak detektif kecil—melakukan pengumpulan informasi tentang rahasia yang terjadi pada masterpiece karya ayahnya.

Di abad 21, penulis anak-anak tetap tumbuh subur, meski tantangannya kini bagi para penulis fiksi anak adalah: saingan yang lebih riuh seperti gadget, game dan segala yang modern. Rizal Iwan (43 tahun), yang semula lebih sering menulis fiksi untuk orang dewasa memutuskan untuk menulis cerita anak-anak. Buku serial “Creepy Case Club” (Kepustakaan Populer Gramedia,2021) dan tokoh utama Namira yang unik sekali kini sudah berjumlah empat judul. Keempat buku yang seru menceritakan petualangan Namira dan kawan-kawannya disambut gempita oleh para pembaca kecilnya.

Program Podcast “Coming Home with Leila Chudori” mengundang kedua penulis buku anak-anak ini untuk berbincang tentang penulisan buku anak-anak, dan bagaimana tantangannya untuk menulis tanpa menjadi pedantik. Ikuti pembahasan seru ini dan bagaimana pentingnya memupuk kecintaan anak-anak kita pada dunia imajinasi.

Sep 14, 202101:20:29
In Contemplation with Robertus Robet

In Contemplation with Robertus Robet

“Malam itu A tidak bisa tidur. Di depannya selalu kelihatan bayangan-bayangan mayat bergelimpangan. Beratus ribu mayat bergelimpangan. Beratus ribu mayat……”

Demikian Gerson Poyk memulai cerita pendek “Perempuan dan Anak-anaknya” . Buku antologi cerpen ini terdiri dari  12 cerpen yang pernah terbit di majalah Horison  dan Sastra pada 1966-1970. Para penulisnya antara lain adalah  Gerson Pork,  Satyagraha Hoerip, Umar Kayam, Martin Aleida dan Ki Panji Kusmin. Ada persamaan cara berpikir para penulis di dalam cerpen-cerpen ini, misalnya rasa bersalah karena ikut menyiksa korban; atau ada juga kisah seorang putri priyayi cerdas yang akhirnya hilang tak ketahuan rimbanya di tahun 1965; ada kebimbangan seorang tokoh karena harus meyerahkan iparnya sendiri pada para pembantai.

Antologi yang disunting oleh Yoseph Yapi Taum dan Antonius Sumarwan ,SJ diterbitkan Kepustakaan Populer Gramedia untuk  memperlihatkan bagaimana cara berpikir para penulis di masanya. Episode awal dari musim tayang ke 7 podcast Coming Home with Leila Chudori kali ini  mengundang  Robertus Robet, dosen Universitas Negeri Jakarta untuk membahas : apa benang merah dari 12 cerpen ini selain bertema tragedi 1965; apa yang disebut dengan ‘histeria kekerasan’ dan mengapa penulis di masanya mempunyai psikologi yang berbeda dengan para penulis generasi berikutnya.

Aug 31, 202101:07:07
In Contemplation with Petty Fatimah

In Contemplation with Petty Fatimah

Perkenalkan Detektif Kyoichiro Kaga. Ia seorang detektif ciptaan Keigo Higashino. Di dalam novel "Newcomer" (dalam bahasa Indonesia menjadi "Pembunuhan  Nihonbashi", Gramedia Pustaka Utama),   detektif Kaga  baru saja ditugaskan ke kantor polisi di area Nihonbashi, Tokyo. Kaga langsung terjun melakukan investigasi kematian Mineko Mitsui, seorang perempuan berusia 45 tahun, yang tewas dicekik di apartemennya. Para tetangga tak terlalu mengenal Mineko Mitusui kecuali dia bekerja sebagai seorang penerjemah.

Penulis Keigo Higashino (dikenal di Indonesia dengan novel “Keajaiban Toko Kelontong Namiya” ) menciptakan detektif Kaga sebagai seorang lelaki berpenampilan biasa saja, yang tidak ‘aneh’ dan tidak unik seperti Hercule Poirot, tidak gelap seperti Sherlock Homes. Dia lelaki yang  bertanya dengan ramah lembut kepada semua tetangga dan pemilik  toko-toko tetangga korban yang berpotensi sebagai tersangka. Pendekatan Deketif Kaga untuk mencari jejak sang pembunuh  justru  dengan memperlakukan saksi sebagai manusia biasa. Adegan-adegan yang digambarkan terasa alamiah seperti kisah ‘slice of life’ yang mengandung misteri.

Untuk episode penutup Coming Home with Leila Chudori musim tayang 6 ini, kami mengundang Pemimpin Redaksi Femina Petty Fatimah yang akan membahas novel ini habis-habisan.

Jun 08, 202101:06:32
In Contemplation with Lily Yulianti Farid

In Contemplation with Lily Yulianti Farid

MEMBAHAS NOVEL “Haniyah dan Ala di Rumah Teteruga”

“Suatu petang pada 1950, ketika suara jangkrik mulai meninggi di dalam hutan, Markeba Tikore ditemukan sudah tiada, tubuhnya tergantung dengan lilitan kain di pohon cengkih, hanya dua pelemparan batu dari rumah kebun mereka…..” 

Demikian Erni Aladjai membuka novel terbarunya berjudul “Haniyah dan Ala di Rumah Teteruga” . Novel ini bercerita tentang  sepasang ibu dan sang anak   yang menetap di desa Kon, sebuah kampung petani cengkeh. Ibu dan anak ini tinggal di rumah warisan keluarga mereka yang dijuluki Teteruga. Rumah tua yang berusia 109 tahun itu menyimpan misteri.  

Di desa Kon, cengkih mempunyai sejarah  dan  banyak cerita tersendiri di desa Kon. Cerita desa Kon terungkap saat Ala bertemu dengan Ido. Ada lagi cerita misteri  si lelaki tua Naf Tikore yang diduga berilmu hitam. Lalu ada lagi kisah pengkhinatan dalam keluarga.

Erni Aladjai berkisah dengan narasi yang asyik dan membawa kita masuk dalam seluk beluk kehidupan keluarga dan tata niaga cengkih hingga sulit untuk meletakkan buku ini sampai halaman terakhir. 

Lily Yulianti Farid @lilyyulianti , Penulis dan Peneliti, Monash Indigenous Studies Centre, Monash University, Melbourne sekaligus pendiri Makassar International Writers Festival akan membahas novel ini dalam podcast Coming Home with Leila Chudori Musim Tayang 6. Ikuti pembahasan Lily dan Leila tentang novel Erni yang unik, menyentuh dan akan melekat di dalam dirimu selamanya.

May 25, 202101:22:58
In Conversation with Laksmi Pamuntjak

In Conversation with Laksmi Pamuntjak

KUMPULAN CERITA “KITAB KAWIN”

“Hari itu sanggulmu berlebihan tapi membuatmu tampak anggun. Kemben kuning dan kain tapih pinjung gading membalut pinggangmu dengan sempurna, seolah kau dilahirkan untuk memendarkan kuning yang diidap setiap insan manusia semenjak lahir. Aku sendiri tak sudi berkebaya atau berbatik, tak sudi membawa serah-serahan yang sekadar simbolis tapi tak berguna….”

(“Celine & Isabel”, Kitab Kawin, Laksmi Pamuntjak)

Kali ini @laksmiwrites (“Kekasih Musim Gugur”, GPU, 2020) bercerita tentang 11 perempuan dengan berbagai persoalan, kepedihan, kebahagiaan, kegagalan sekaligus pencapaian mereka. Setiap kitab yang diberi judul nama para perempuan itu Rosa, Maya, Sarah, Celine & Isabel, Noura dan Arini, Lila, Amira, Hesti,  Mukaburung dan seterusnya adalah kisah si perupa, si pekerja toserba, si karyawan, si instruktur yoga, hingga para ibu paruh baya dan juga gadis-gadis di resto Korea itu. Ada yang diduakan suami; ada yang dieksploitasi; ada pula yang jatuh hati pada isteri abangnya sendiri; ada yang dipaksa menikah pada usia yang  sangat dini dan ada perempuan nun di Pulau Buru yang memiliki problematika sendiri.Laksmi menceritakan dengan bahasa yang renyah, sesekali terselip humor meski sesungguhnya kisah-kisah ini mengandung luka besar. 

May 11, 202101:19:37
In Conversation with George Quinn

In Conversation with George Quinn

Buku “Wali Berandal Tanah Jawa”

“Pada malam itu…saya menjadi salah satu wajah yang muncul remang di tengah kilasan budaya ziarah Jawa. Adat berziarah itu menampakkan pola kontradiksi yang padat,mirip batik. Ketekunan keras bertabrakan dengan gelak-tawa, keingintahuan berbenturan dengan kebingungan, kesalehan bentrok dengan skeptisisme…..”

(“Wali Berandal Tanah Jawa”, George Quinn)

Budaya ziarah Jawa, dengan keragaman dan kontradiksinya, adalah gugatan terhadap ragam baku agama Islam yang semakin menguat di lanskap keagamaan Indonesia sejak 1980-an. Demikian salah menurut Ahli Sastra dan Kebudayaan Jawa Geroge Quinn dari Australian National University di dalam bukunya “Bandits Saints of Java” . Kini terjemahannya ke dalam bahasa Indonesia baru saja diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia dengan judul “Wali Berandal Tanah Jawa”.

Buku ini menjelajahi pribadi-pribadi dan cerita di dunia ziarah lokal yang unik, tempat Islam Timur Tengah bergulat dengan kekuatan kuno peradaban Jawa. Buku ini menghadirkan potret menakjubkan tentang Islam sebagaimana yang saat ini dipraktikkan oleh sebagian dari 150 juta penduduk Jawa; suatu gejala yang tidak selalu tertangkap mata wartawan, ilmuwan, dan wisatawan

Dengan bahasa yang asyik, kita berpetualang bersama Quinn yang mewawancarai para juru kunci dan peziarah untuk memahami orang Jawa yang mencoba memadukan agama dan tradisi lokal yang akarnya sudah tertanam jauh sebelum agama Islam masuk. Pada program podcast "Coming Home with Leila Chudori" , Prof George Quinn bukan saja menceritakan proses penelitiannya yang penuh kisah lucu dan unik selama di pulau Jawa, tetapi juga situasi terkini di mana penduduk Australia sudah bisa hidup relatif normal dengan menyaksikan sepak bola di stadium, karena pandemi bisa ditekan dengan baik hingga zero patient.

Apr 27, 202101:24:59
Special Episode : a Collaboration with Podcast Kepo Buku

Special Episode : a Collaboration with Podcast Kepo Buku

“Why Do We Need Bookstores” 


Sebuah peradaban kota ditentukan oleh beberapa hal, salah satunya dengan kehidupan Museum, Perpustakaan dan Toko Buku. Di tahun 2000an, toko buku besar maupun kecil di Jakarta tumbuh cukup subur. Ada QB, Aksara, Kinokuniya selain juga Gramedia, Togamas dan beberapa toko buku independen. Setelah Toko Buku Kinokuniya Plaza Senayan tutup, para pembaca, penulis , penerbit dan penggiat literasi semakin khawatir: apalagi sesudah ini? Sebelumnya Toko Buku Aksara juga menyatakan berubah format online, seperti juga Toko Buku Kinokuniya kini dipusatkan ke Grand Indonesia. Persoalannya: mengapa pembaca buku tetap lebih merasa butuh toko buku? Mengapa toko-toko buku independen masih bisa bertahan? Kali ini @cominghomepodcast berkolaborasi dengan podcast @kepobuku . Yuk dengarkan diskusi bersama para host : Rane Hafied @rane , Hertoto Eko @hertoto , Steven Sitongan @ksatriabuku dan Leila Chudori.

Apr 13, 202149:17
In Contemplation with Rizal Iwan

In Contemplation with Rizal Iwan

NOVEL “YANG TAK KUNJUNG USAI” KARYA AWI CHIN

Riak Sungai Kapuas menyimpan cerita. Tentang Saul , anak Jakarta yang pindah ke Senjau, sebuah desa fiktif di dekat Sungai Kapuas, Kalimantan Barat; tentang Mey yang ingin bersekolah tinggi dan keluar dari kampungnya

; tentang Bagas, putera kepala adat yang diuji keimanannya. Seperti aliran air yang melarutkan buih, mereka bertiga terbelit dalam sebuah kisah cinta yang rumit.

Novel pertama Awi Chin @adorkableracer ini, produksi @thecommabooks @penerbitkpg, adalah sebuah kisah coming of age ; sebuah saat yang kita alami di mana lahir begitu banyak pertanyaan dan keinginan untuk mencari jawaban tentang identitas, makna persahabatan dan seksualitas.

Novel ini akan dibahas oleh penulis @rizaliwan yang akan menyorot bagaimana novel ini bukan hanya kisah cinta segi tiga biasa, melainkan sebuah kisah yang luar biasa emosional yang diramu dengan persoalan adat dan agama. Save the date ya.

Apr 06, 202101:24:06
In Contemplation with Atnike Sigiro

In Contemplation with Atnike Sigiro

“Kau baru berusia empat tahun, ketika di rumah itu, aku padam secara tak terduga. Padahal, usiaku sudah sepuluh tahun.”

Demikian Muna Masyari memulai ucapan Damar Kambang, sang lilin yang berupaya menerangi kegelapan. Novel "Damar Kambang" setebal 196 halaman ini berupaya menyingkap  tradisi pernikahan Madura, di mana harkat dan martabat dijunjung tinggi melebihi segalanya. Cebbhing, gadis 14 tahun dari Desa Karang Penang, menjadi tumbal tradisi pernikahan itu. la terjebak dalam pergulatan hidup yang disebabkan oleh keputusan-keputusan orangtuanya. Cebbhing kemudian tak ubahnya seperti medan karapan sapi, tempat berbagai kekuatan magis saling bertarung dan berbenturan.

"Dalam perkembangan sastra mutakhir, Muna Masyari adalah sebuah meteor yang datang tanpa diduga, sekonyong-konyong muncul dengan sinar yang memukau,” demikian komentar sastrawan Budi Darma. Kali ini, program podcast “Coming Home with Leila Chudori” mengundang aktivis perempuan dan Pemimpin Redaksi Jurnal Perempuan Atnike Sigiro untuk membahas posisi perempuan dan posisi anak di dalam novel ini dan juga dalam kehidupan nyata di Indonesia. Jangan lupa, selain pembahasan novel karya Muna Masyari, ada dua rekomendasi buku kumpulan puisi di podcast ini, yaitu karya Garin Nugroho dan Felix K.Nesi.  Selamat mendengarkan perbincangan dan rekomendasi kami.

Feb 23, 202101:08:10
In Contemplation with Dian Sastrowardoyo

In Contemplation with Dian Sastrowardoyo

“It was a queer, sultry summer, the summer they electrocuted the Rosenbergs, and I didn’t know what I was doing in New York.”

Inilah pembukaan novel “The Bell Jar”, satu-satunya novel karya penyair Amerika Sylvia Plath yang dianggap sebagai Roman à clef , sebuah karya yang ditulis berdasarkan kisah nyata dan orang-orang nyata dengan perubahan nama dan tempat.

Novel “The Bell Jar”  mengambil setting tahun 1950-an, mengisahkan Esther Greenwood,  seorang gadis  cerdas, cantik, berbakat dan yang  kehidupannya seolah cemerlang di hadapannya. Namun setelah beberapa insiden, kita mengikuti serangkaian kegelisahannya dan upaya Esther menghabisi nyawanya sendiri. Kita mulai memasuki kekelaman jiwa dan mental Esther.  Selain novel ini, penyair Sylvia Plath yang berhasil meraih Pulitzer Prize untuk kumpulan puisinya ini wafat tahun 1963 . Ia meninggalkan sejumlah buku puisi luar biasa ,antara lain "Ariel", "The Colossus", "Crossing the Water" dan "Winter Trees".

Aktris dan Produser @therealdisastr memilih novel ini untuk dibahas di podcast “Coming Home with @leilachudori ”. Selamat mendengarkan.

Feb 08, 202101:02:01
In Conversation with Seno Gumira Ajidarma

In Conversation with Seno Gumira Ajidarma

NOVEL “NEGERI SENJA”

“Aku telah menyeberangi tujuh lautan, mendaki duapuluh gunung, menjelajahi tiga gurun, dan menyuruk ke perkam- pungan suku-suku terpencil, namun aku tidak pernah merasa bisa tinggal di suatu tempat agak lebih lama. “

Demikian Seno Gumira Ajidarma memperkenalkan tokoh utamanya dalam novel “Negeri Senja”, di mana matahari tak pernah tergelincir dan tak juga benderang di siang hari. Ratusan tahun, negeri yang selalu senja itu menunggu seseorang yang mampu menyelamatkan mereka dari kutukan yang membuat negeri menjadi muram.

Negeri ini dipimpin oleh Puan Tirana, sang Penguasa yang Buta. Selama 200 tahun , sang Puan memerintah dilindungi oleh Pengawal Kembar yang senantiasa bisa menangkis siapa saja yang berani merobohkan Tirana.

Diterbitkan kembali oleh Kepustakaan Populer Gramedia, novel ini kini memasukkan beberapa ilustrasi karya Widiyatno @widiyatnokumisan yang menampilkan tokoh-tokoh magnetis dalam novel ini. “In Conversation with Seno Gumira Ajidarma” kali ini akan membahas novel “Negeri Senja” , juga karya-karya Seno lainnya yang tetap lahir di masa pandemi in. Tunggu tayangannya di Spotify dan platform lainnya Rabu 27 Januari 2021.

Jan 26, 202154:38
In Contemplation with Petty Fatimah

In Contemplation with Petty Fatimah

Novel pemenang Hugo Award 2015 ini dibuka dengan adegan seorang ahli fisika terkemuka Ye Zhetai yang diinterogasi di hadapan umum sekaligus disiksa. Ini adalah bagian dari Revolusi Kebudayaan Tongkok. Puteri Ye Zhetai , seorang ahli astrofisika ikut terseret dalam prahara di masa itu hingga akhirnya dia terlibat pada sebuah proyek besar pemerintah. Di antara represi di masa itu, Ye kemudian terlibat dalam sebuah kontak dengan ruang angkasa.

Puluhan tahun kemudian terjadi serangkaian peristiwa misterius kasus bunuh diri para ahli fisika. Peneliri nanomaterial Wang Miao kemudian ditugaskan menyelidiki kasus ini yang ternyata jauh lebih besar daripada sekedar ‘kasus kriminal’ biasa. Sebuah peristiwa yang akan mengancam umat manusia.

Novel bagian pertama dari trilogi ini diterjemahkan oleh Onny Suryaman ke dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan oleh Penerbit Kepustakaan Populer Gramedia, saat ini sedang dipersiapkan untuk menjadi serial yang digarap DB Weiss dan David Benioff (kreator serial “Game of Thrones”). Podcast “Coming Home with Leila Chudori” mengundang Pemimpin Redaksi Femina @petz09 untuk berbincang seru tentang novel yang sedang menghebohkan ini. Langsung ya ke Spotify Rabu 13 Januari 2021.

Jan 11, 202155:12
In Contemplation with Bonnie Triyana

In Contemplation with Bonnie Triyana

“COMING HOME WITH LEILA CHUDORI” – Season 5

Feat. @bonnietriyana

Dari mana kata “Nusantara” tercipta? Di dalam buku “Nusantara, Sejarah Indonesia” karya sejarawan Bernard H.M Vlekke menyatakan:

“Kata 'nusantara' merujuk pada periode khusus ketika Indonesia dikuasai Majapahit, khususnya ketika Majapahit berada dalam kendali patih besarnya, Gajah Mada. Majapahit adalah model negara kesatuan Indonesia di masa silam meskipun masa kejayaannya hanya singkat (1293-1389), sebagai simbol kesatuan Indonesia…”

Dalam buku ini Vlekke juga memaparkan bahwa perang agama sangat langka di Jawa dan boleh jadi penyebabnya adalah sinkretisme terpelihara sejak zaman dulu. Ada kisah kegagalan Sultan Agung menyatukan Nusantara karena tak mempunyai angkatan laut yang cukup kuat. Ada juga pernyataan lucu tentang perubahan tabiat orang Belanda yang biasanya rajin di tanah airnya (Homo Batavus), namun jadi pemalas ketika tinggal di Batavia (Homo Bataviensis).

Program Podcast “Coming Home with Leila Chudori” kali ini akan berbincang dengan sejarawan dan Pemimpin Redaksi Historia.ID Bonnie Triyana yang membahas secara mendalam tentang pandangan Vlekke tentang sejarah nusantara dan mengapa hingga sekarang sejarah resmi tak kunjung diperbaharui atau direvisi pemerintah. Nantikan Rabu 30 Desember 2020 di Spotify dan platform lainnya.

Dec 29, 202001:11:57
In Contemplation with Joko Pinurbo

In Contemplation with Joko Pinurbo

Program Podcast #Coming Home with Leila Chudori Musim Tayang 5 akan mengudara 16 Desember 2020, dibuka dengan penyair kesayangan kita: Joko Pinurbo. Kali ini Jokpin akan berbincang tentang karya-karya sastrawan YB Mangunwijaya. Sebelum YB Mangunwijaya--dikenal sebagai Romo Mangun-- wafat, beliau meninggalkan beberapa cerita pendek yang berserakan dalam keadaan penuh koreksi dan sulit dibaca. Disunting oleh Th.Kushardini dan penyair Joko Pinurbo, kumpulan cerpen itu kemudian diterbitkan dengan judul “Rumah Bambu yang rata-rata menceritakan berbagai peristiwa yang terlihat sederhana, remeh tetapi sangat khas Romo Mangun yang sangat memikirkan nasib masyarakat marjinal.

Selain itu, Romo Mangun juga meninggalkan satu novel berjudul “Pohon-pohon Sesawi” yang juga disunting oleh Th.Kushardini dan Joko Pinurbo dan diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia.

Ikuti pembahasan Joko Pinurbo tentang kedua karya Romo Mangun ini . Di dalam podcast ini, kita juga akan membahas karya-karya Romo Mangun lainnya yang melejit di masanya seperti "Burung-Burung Manyar" , "Ikan-Ikan Hiu, Ido, Homa" dan "Roro Mendut".

Dec 15, 202054:35
In Conversation with Goenawan Mohamad (Part 2)

In Conversation with Goenawan Mohamad (Part 2)

Di bagian kedua ini, Goenawan Mohamad akan menjawab mengapa ia tertarik masuk ke dunia seni rupa sebagai seorang pelukis. Lalu, apa pendapatnya tentang kasus lukisan palsu di dunia ini ? Apa pula pendapatnya tentang buku sastra Indonesia yang asyik seandainya diangkat menjadi film.

Satu lagi yang perlu kita dengarkan adalah pembahasan Goenawan Mohamad tentang dunia sastra Indonesia. Yang paling menarik adalah bagaimana Goenawan menceritakan hubungan pribadinya dengan Sang Pencipta yang dikisahkan melalui buku “Tuhan dan Hal-hal yang Tak Selesai”. Seperti pada bagian pertama, kita juga akan mendengar Sha Ine Febriyanti membacakan karya Goenawan Mohamad.

Episode bisa disimak di Spotify dan platform lainnya Rabu 30 September 2020.

Sep 29, 202048:00
In Conversation with Goenawan Mohamad (Part 1)

In Conversation with Goenawan Mohamad (Part 1)

Setahun yang lalu, seminggu sebelum

Niken, satu-satunya anak kami,

tenggelam di laut, ia sering bertanya

benarkah sawunggaling unggas

yang datang dari negeri cermin.


Ibu tidak tahu, jawabku.


Nyah Su yang suka bercerita demikian.

Aku suka cerita dia, kata Niken.

(Surti + Tiga Sawunggaling, Goenawan Mohamad)


Ini adalah petikan dari novel penyair Goenawan Mohamad yang sebelumnya berbentuk naskah drama dengan judul yang sama (Gramedia Pustaka Utama , 2018) . Mengapa Goenawan Mohamad, penyair dan esei, pendiri Majalah Tempo serta penulis libretto beberapa pertunjukan panggung itu kini ingin bercerita dalam bentuk novel? Goenawan menjawabnya di dalam podcast “Coming Home with Leila Chudori”

Episode “In Conversation with Goenawan Mohamad” ini tentu saja tak hanya membahas karya-karyanya yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama seperti Fragmen, Si Majenun dan Sayid Hamid dan naskah drama “Amangkurat, Amangkurat” , tetapi juga serangkaian esei yang setiap pekan ditulis untuk majalah Tempo “Catatan Pinggir” serta berbagai buku yang sering menjadi referensi di dalam Catatan Pinggir.

Khusus untuk Episode ini, kita akan membaginya menjadi dua bagian. Ini adalah bagian pertama. Dan kami juga mengundang aktris teater dan film Sha Ine Febrianti untuk membacakan nukilan karya Goenawan Mohamad.

Sep 22, 202052:40
In Contemplation with Seno Gumira Ajidarma

In Contemplation with Seno Gumira Ajidarma

Bagaimana jika tirai ini aku buka dan ternyata sudah pagi? Bagaimana jika pendekar yang kamu ceritakan itu ternyata sudah selesai bertarung dan alun-alun kota sudah sepi? Bagaimana jika sepanjang kita ada di sini, ternyata di luar sana kota ini telah bangkit dari reruntuhan dan kita tidak mengenalinya lagi?”


Kumpulan cerita pendek Raka Ibrahim yang pertama, sebelumnya lebih dikenal sebagai wartawan musik berjudul “Bagaimana Tuhan Menciptakan Cahaya” (Commabooks, Kepustakaan Populer Gramedia, 2018) berkisah tentang upaya seorang lelaki yang berupaya menyelamatkan hubungannya –dan perempuan yang dicintainya—dengan mendongeng gaya Scheherazade dalam Kisah 1001 Malam. Apakah mereka akhirnya bersatu kembali dan sang kekasih melihat cahaya kehidupan atau cerita-cerita itu akhirnya sia-sia belaka berakhir sebagai kata-kata? Podcast “Coming Home with Leila Chudori” akan membedahnya di dalam “In Contemplation with Seno Gumira Ajidarma”. Sastrawan Seno Gumira Ajidarma akan membahas cerpen-cerpen itu dengan asyik dan seru. Seno Gumira yang juga pernah menjadi curator Ubud Writers akan berbincang tentang perkembangan kelahiran para penulis baru di Indonesia.

Sep 17, 202001:02:20
In Contemplation with Dr. Aru Sudoyo

In Contemplation with Dr. Aru Sudoyo

“Kanker adalah maharaja segala penyakit, raja terror,” demikian kata dr. Siddharta Mukherjee , dokter spesialis dan peneliti kanker terkemuka di dalam bukunya yang terkenal “The Emperor of All Maladies”. Buku ini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Rahmat Purwono menjadi “Kanker, Biografi Suatu Penyakit” (Kepustakaan Populer Gramedia, 2020). Yang menarik, bukan saja dr.Mukherjee mengutip berbagai dokter di abad lalu, atau Shakespeare dan Susan Sontag sehingga kanker dikisahkan tak hanya dari sisi medis belaka, tetapi buku setebal 657 halaman ini bercerita dengan naratif tentang sejarah bagaimana manusia mengungkap kanker sejak 4000 tahun silam. Dengan bahasa yang asyik, dan bahasa populer, dr.Mukherjee tetapi juga baga menyatakan bahwakita harus memahami bahwa kanker “bukan satu penyakit, melainkan banyak penyakit.” Menurutnya kesamaan setiap kanker pada organ adalah terjadinya pertumbuhan sel abnormal, tetapi selain itu ‘ada tema-tema budaya dan politis yang mendalam yang meliputi berbagai wujud kanker..”

Siapa lagi yang layak membahas buku ini kalau bukan dr.Sp.PD. KHOM Aru Wisaksono Sudoyo. Pengalamannya selama 34 tahun sebagai Hematologist Oncologist ini mengakui betapa buku karya dr Mukherjee tersebut bukan hanya untuk kalangan medis tetapi untuk masyarakat umum untuk memahami apa yang disebut ‘the emperor of all maladies itu. “Buku ini memang sangat layak memperoleh Hadiah Pulitzer tahun 2011 lalu,” demikian dr.Aru.

Prof dr @arusudoyo akan membahas buku “Kanker: Biografi Suatu Penyakit” karya Siddhartha Mukherjee ini sekaligus bercerita bagaimana Indonesia menghadapi kanker di masa pandemi di Spotify Rabu 16 September 2020

Sep 15, 202001:27:03
In Conversation with Warih Wisatsana

In Conversation with Warih Wisatsana

“……Tubuh perempuan terkasih dalam lukisanmu

Yang tak kunjung selesai meluapkan hidup

Hijau sehijau belantara, biru sebiru hampa angkasa

Di mana segalanya mungkin bermula

Sebelum jagat raya tercipta sebatas cerita…….”

(“Bersama Hendra Gunawan ke Trunyan”, Warih Wisatsana)

Cuplikan puisi karya penyair Warih Wisatsana ini diciptakan tahun 2015. Tetapi ide itu lahir tahun 1984 ketika Warih mengunjungi Taman Budaya Bali dan pertama kali ‘berkenalan’ dengan warna warni sang maestro pelukis Hendra Gunawan.

Menurut Warih, lukisan karya Hendra menorehkan puisi di atas kanvas itu terus menerus membayangi-bayanginya. Lukisan itu menyentuh hingga bawah sadar Warih tentang bagaimana orang mati di pekuburan Trunyan, dengan ritualnya di masa Bali pra Hindu yang menyebabkan mayat -mayat itu tetap mewangi. Dari lukisannya itu, bagi Warih, Hendra mengungkapkan dalam lukisan dan puisi yang berkata "...kalian(mayat) yang terbaring di tanah Trunyan masih tetap mewangi, kami yang hidup, belum mati tapi sudah berbau." Maka jadilah puisi “Bersama Hendra Gunawan ke Trunyan” sebagai bagian dari kumpulan puisi “Batu Ibu” (Kepustakaan Populer Gramedia, 2019).

Tigapuluhtujuh puisi dalam kumpulan ini akan menjadi pintu masuk pembahasan podcast “Coming Home with Leila Chudori” Episode “In Conversation with Warih Wisatsana”. Ikuti obrolan dengan penyair yang juga kerap menjadi kurator festival sastra dan seni rupa, termasuk Emerging Writers @Ubud WritersFestival ini.

Sep 08, 202001:01:47
In Contemplation with Petty Fatimah

In Contemplation with Petty Fatimah

NOVEL “THE BORROWED” KARYA CHAN HO-KEI

Perkenalkan Inspektur Polisi Kwan Chun-dok. Seorang Hercule Poirot dari Hong Kong, atau katakanlah dia seorang Columbo yang selalu berhasil menemukan pembunuh setiap kasus yang ditanganinya. Tokoh ciptaan novelis Hong Kong Chan Ho-Kei ini berkisah tentang karir Kwan Chun-dok sebagai detektif selama 50 tahun. Chan Ho-Kei memulai novelnya dengan setting Hong Kong tahun 2013 ketika sang detektif sudah dalam keadaan tergeletak di rumah sakit, koma, tetapi masih bisa berfungsi mendeteksi sebuah kasus pembunuhan dengan bantuan mesin. Novel kemudian seolah memasuki mesin waktu, menyusuri karir Inspektur Dok , memecahkan kasus demi kasus di saat bergejolaknya peristiwa politik serah terima Hong Kong dari Inggris tahun 1997; Peristiwa Tiananmen 1989, Konflik antara polisi Hong Kong dan Komisi Anti Korupsi Independen pada tahu 1977 dan Pemberotakan Kaum Kiri tahun 1967.

Pemimpin Redaksi Femina Petty Fatimah akan membahas novel yang sudah diterjemahkan oleh Ratih Susanty (Gramedia Pustaka Utama, 2019) ini. Ayo dengarkan serunya perbincangan novel "The Borrowed" Rabu 26 Agustus 2020.

Aug 25, 202001:08:37
In Memoriam Sapardi Djoko Damono

In Memoriam Sapardi Djoko Damono

Sapardi Djoko Damono (1940-2020) adalah seorang penyihir. Seluruh negeri terpukau oleh ruh yang ditiupkan dalam puisi-puisinya “Duka-Mu Abadi”, “Aku Ingin” hingga “Hujan Bulan Juni” yang tertera abadi di hati dan bibir para pembacanya. Selama 80 tahun hidupnya, Sapardi bukan hanya seorang penyair yang produktif, tetapi ia juga melahirkan sejumlah penerjemahan karya asing, esei sastra, kumpulan cerita pendek dan novel.

Kepergiannya bulan Juli lalu seketika membuat keluarga, kawan, para pembacanya dirundung duka. Ini memperlihatkan Sapardi bukan saja salah seorang sastrawan terkemuka,tapi dia juga adalah seseorang yang lembut hati, yang disayangi dan dikenang selamanya. Puisinya dirapal setiap bibir seperti “Aku ingin mencintaimu dengan sederhana..” dan puisinya yang tak terlalu dikenalpun seperti “Air Selokan”: “Dulu di selokan itu mengalir pula air yang digunakan untuk memandikanmu waktu kau lahir” adalah karya yang mengejutkan dan bersinar.

Episode “In Memoriam Sapardi Djoko Damono” adalah sebuah episode perayaan kehidupannya, karena sesungguhnya Sapardi tak pernah pergi. Puisinya adalah puisi kehidupan kita. Mereka yang ikut merayakan adalah kawan-kawan dari berbagai generasi: Reza Rahadian @officialpilarez; Dewi Lestari @deelestari; Joko Pinurbo @jokpin.jogja ; Raka Ibrahim @coldrebellion; Laksmi Pamuntjak @laksmiwrites; Reda Gaudiamo @reda.gaudiamo; Rain Chudori @rainchudori dan Dian Sastrowardoyo @therealdisastr.

Mereka akan membacakan dan menyanyikan puisi-puisi karya Sapardi yang akan diawali oleh suara Sapardi dan Sonya Sondakh yang membacakan “Tentang Gendis” (terima kasih Agus Noor @agusnoor_ yang membuat rekaman Sapardi-Sonya). Dalam episode ini kami juga memperkenalkan satu puisi Sapardi dari kumpulan puisinya yang belum pernah dipublikasikan “Mboel” (Gramedia Pustaka Utama, 2020): “air putih yang kita minum/ menawarkan hutan belantara.

Selamat mendengarkan Sihir Sapardi Djoko Damono Rabu 19 Agustus di Spotify.

Aug 18, 202036:44
In Contemplation with Robertus Robet

In Contemplation with Robertus Robet

Diskusi Novel “Nineteen Eighty-Four ” oleh George Orwell Feat. Robertus Robet

WAR IS PEACE. FREEDOM IS SLAVERY . IGONARANCE IS STRENGT.

   Novel “Nineteen Eighty-Four”  karya sastrawan Inggris George Orwell yang terbit tahun 1949 akan menjadi episode pembuka podcast "Coming Home with Leila Chudori" musim tayang 4. Sebuah novel dystopia yang menyorot tokoh Winston Smith, seorang anggota partai lapisan terbawah di sebuah negara fiktif. Kehidupan rakyat, Kehidupan politik, partai , media, tingkah laku, bahasa hingga gerak, pikiran dan hasrta  dikontrol total oleh negara, Setiap orang diawasi melalui sebuah layar besar di mana “Big Brother is Watching you.”

    Bahasa Newspeak diciptakan untuk mengeliminir cara berpikir yang kritis dan jika sampai ada yang berani berpikir tak seragam, apalagi memberontak, mereka akan dikirim ke Kamar 101 untuk menghadapi siksaan luar biasa.

    Robertus Robet, Dosen Sosiologi Universitas Negeri Jakarta dan penulis “Politik Hak Asasi Manusia dan Kritik Atas Transisi di Indonesia (Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, 2008)  membahas novel ini dan mengutarakan bahwa karya Orwell ini abadi karena sifat demokrasi sesungguhnya 'fragile', karena kata 'demokrasi' wajib memasukkan elemen apapun termasuk hal-hal yang bisa membunuh demokrasi. Itulah sebabnya novel ini masih relevan hingga saat ini. Robet dan Leila juga menyentuh karya Orwell sebelumnya “Animal Farm” yang tahun depan akan diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama dan diterjemahkan oleh Djokolelono.

Aug 11, 202058:06
In Conversation with Travel Writers: Sigit Susanto (Part 2)

In Conversation with Travel Writers: Sigit Susanto (Part 2)

"Menyusuri Lorong-lorong Dunia" adalah tiga jilid catatan perjalanan Sigit Susanto mengunjungi puluhan negara di dunia. Selain kaya informasi yang rinci, ketiga buku ini juga penuh dengan drama kebudayaan, percakapan keseharian dengan warga lokal, pertanyaan dan esei politik serta cinta yang mendalam terhadap sastra dan pelaku sastra. Ditulis dengan sederhana, lancar dan jujur, Sigit Susanto yang juga dikenal sebagai penerjemah karya-karya Franz Kafka.

Dengarkan "In Conversation with Sigit Susanto" tentang proses penulisan Trilogi “Menyusuri Lorong-lorong Dunia” (Pustaka Manasuka dan Insist Press) di acara podcast "Coming Home with Leila Chudori", Rabu 8 Juli 2020.

Jul 07, 202042:29
In Conversation with Travel Writers: Famega Syavira (Part 1)

In Conversation with Travel Writers: Famega Syavira (Part 1)

Tidak banyak penulis Indonesia yang mampu menulis kisah perjalanan yang menarik, yang asyik, yang menyusuri tempat-tempat yang tidak turistik. Di masa lalu kita mengenal para sastrawan yang juga menulis perjalanan seperti Ernest Hemingway dan Jack Kerouac atau wartawan seperti P.J O’Rourke atau penulis perjalanan Pico Iyer.

Ada satu hal yang menyamakan para penulis perjalanan ini: pembaca yang menikmati tulisan merasa mereka berada di tempat-tempat yang diceritakan. Kelebihan mereka: penulisan yang unik tentang sebuah tempat-tempat yang unik.

Di Indonesia, kita memiliki nama-nama Famega Syavira @cyapila dan Sigit Susanto yang menunjukkan keunikan penulisan tentang perjalanan mereka ke puluhan negara. Untuk bagian pertama podcast Penulis Perjalanan ini, @cominghomepodcast akan berbincang dengan wartawan BBC Indonesia Famega Syavira yang mencatat perjalanan solonya dari Indonesia ke Afrika dengan memilih darat dan air di dalam bukunya berjudul "KELANA" (Commabooks, @PenerbitKPG).

Jun 30, 202042:33
In Contemplation with Rocky Gerung

In Contemplation with Rocky Gerung

Hanya ada satu Gabo. Hanya ada satu yang bernama “Seratus Tahun Kesunyian’. Hanya ada satu "Cien Años de Soledad" yang lahir tahun 1967 dan diterjemahkan oleh Gregory Rabassa ke dalam bahasa Inggris menjadi “One Hundred Years of Solitude.” Karya kedua sastrawan dan wartawan Gabriel Garcia Márquez inilah yang kemudian membawa namanya ke seluruh pelosok dunia, yang kemudian membawa novel itu diterjemahkan lebih dari 50 bahasa. Novel sepanjang 422 halaman ini bercerita tentang beberapa generasi dari keluarga besar Buendía dari masa dibangunnya desa fiktif Macondo hingga mereka melalui berbagai peristiwa, tragedi, kelahiran, kematian. Di dalam novel itu berbagai peristiwa terjadi dengan begitu fantastis, begitu magis bertaburan mitos meski diutarakan seolah segala yang ganjil itu adalah hal biasa saja. Setelah novel ini lahir, maka gerakan aliran realisme magis menjadi deras luar biasa, mengalir hingga ke Indonesia.

Pada tahun 1982 Gabo menerima Hadiah Sastra Nobel—setelah sebelumnya menerima berbagai penghargaan sastra prestijius lainnya—dan dia tetap tak pernah meninggalkan pekerjaannya sebagai seorang wartawan.

Edisi terbaru “Coming Home with Leila Chudori” akan menghadirkan Rocky Gerung, akademikus filsafat yang akan membahas dengan dalam karya Marquez yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Djokolelono ini (Gramedia Pustaka Utama, 2018). Ikuti pembahasan Rocky Gerung tentang “Seratus Tahun Kesunyian" berikut analisanya mengapa novel ini menjadi satu karya yang masih saja dibicarakan, dipuja dan bahkan gayanya diikuti oleh banyak penulis di dunia. 

Jun 23, 202001:00:45
In Contemplation with Adinia Wirasti

In Contemplation with Adinia Wirasti

NOVEL “SANG KERIS” KARYA PANJI SUKMA “Ketika anak itu belum mengerti tentang arti sebuah kehilangan, sebenarnya takdir anak itu telah selesai ditulis.” Demikian Panji Sukma memulai novelnya. Di dalam 110 halaman ini, “Sang Keris” (Gramedia Pustaka Utama, 2020), menceritakan Kanjeng Kyai Karonsih sebagai keris yang luar biasa mumpuni yang mengalami sentuhan berbagai pemilik yang mempunyai kisahnya masing-masing. Pendek, padat, non-linier, novel ringkas ini memenangkan juara dua Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta 2019. Kali ini podcast “Coming Home with Leila Chudori” mengundang aktris Adinia Wirasti, Pemenang Piala Citra FFI 2005 dan 2013 yang sudah lama mempelajari dan menikmati kisah-kisah wayang. Nantikan Rabu 17 Juni di Spotify dan platform lainnya.

Jun 16, 202055:00
In Contemplation with Budiman Sudjatmiko

In Contemplation with Budiman Sudjatmiko

Kali ini podcast kami menampilkan yang istimewa. Budiman Sudjatmiko, Ketua Umum Inovator 4.0 bukan hanya akan membahas novel ‘Human Act’ karya Han Kang, seorang sastrawan Korea Selatan, tetapi juga karyanya sendiri “Anak-anak Revolusi” (Gramedia Pustaka Utama). Jika novel “Human Act” berkisah tentang dampak peristiwa Gwangju, Korea Selatan tahun 1980 terhadap para korban dan keluarganya, maka “Anak-anak Revolusi” adalah kesaksian Budiman tentang bagaimana dia dan kawan-kawannya sesama aktivis melalui kekejaman rezim Orde Baru. Di dalam perbincangan ini pula Budiman akan berkisah bagaimana banyak peristiwa di negara tetangga seperti Filipina, Korea Selatan dan Tianammen yang menggugah mahasiswa dan aktivis Indonesia sehingga dijadikan pelajaran penting.

Jun 09, 202028:58
In Memoriam: Arief Budiman feat. Mira Lesmana & Budiman Sudjatmiko

In Memoriam: Arief Budiman feat. Mira Lesmana & Budiman Sudjatmiko

Soe Hok Djien atau Arief Budiman (1941 - 2020) adalah simbol pergerakan dan pemikiran. Tahun 1963 Arief ikut menandatangani Manifes Kebudayaan, sementara di masa Orde Baru berbagai kritik, tulisannya dan bukunya membuat pemerintah Orde Baru tak terlalu girang. Dikenal sebagai yang pencetus istilah Golput (Golongan Putih), di tahun 1973 karena dia menganggap Orde Baru sudah berbelok dari cita-cita membentuk pemerintahan demokratis, Arief Budiman adalah salah satu kritikus pembangunan Taman Mini Indonesia Indah, dan karena itu ia ditahan. Arief Budiman juga dengan berani menulis di Harian Kompas tentang sebuah restoran berbentuk koperasi di Paris—Restaurant Indonesia-- yang didirikan para eksil politik --sebagai sebuah restoran yang lebih mewakili budaya Indonesia.

Setelah meraih Ph.D dalam bidang sosiologi Harvard University, Arief mengajar di UKSW (Universitas Kristen Satya Wacana) di Salatiga (1985- 1995). Karena mengalami konflik dengan petinggi UKSW, Arief melakukan mogok mengajar, dipecat, dan akhirnya hengkang ke Australia dan menjadi profesor di Universitas Melbourne.

Podcast “Coming Home with Leila Chudori” mengajak produser Mira Lesmana yang menjadikan Arief Budiman sebagai narasumber utama dalam proses pembuatan film “Gie”; sebuah film yang diangkat dari kehidupan adik Arief Budiman, Soe Hok Gie. Selain itu kami juga mengundang Budiman Sudjatmiko, Ketua Umum Inovator 4.0, yang di masa Orde Baru adalah aktivis dan pimpinan PRD (Partai Rakyat Demokratik). Budiman yg pernah dipenjara di masa Orde Baru menceritakan bagaimana buku Arief Budiman "Jalan Demokrasi ke Sosialisme: Pengalaman Chile di Bawah Allende" ( 1986) mempengaruhi gerakan mahasiswa Indonesia di masanya. Dengarkan podcast ini di Spotify Rabu 3 Juni. Jangan lupa pada intro dan akhir podcast ini Anda akan mendengar suara Arief Budiman saat setelah menyaksikan film “Gie” (courtesy: Miles Films).

Jun 02, 202053:39
Discussion "Books to Movies" with Mira Lesmana, Joko Anwar & Dian Sastrowardoyo

Discussion "Books to Movies" with Mira Lesmana, Joko Anwar & Dian Sastrowardoyo

"Coming Home with Leila Chudori" kali ini mengangkat tema "Books to Movies" bersama Mira Lesmana (Gie, Laskar Pelangi), Joko Anwar (Pintu Terlarang dan Gundala), Dian Sastrowardoyo (Aruna dan Lidahnya)

Novel dan Film adalah dua medium yang berbeda. Novel adalah karya yang diciptakan dengan kekuatan kata-kata, sementara film adalah medium visual. Tetapi bagaimanapun, penonton masih saja sulit untuk tak membandingkan kedua medium ini. Selalu saja aka nada keluhan atau kecerewetan penonton yang menyaksikan sebuah film yang diangkat dari novel yang populer.
Podcast ini akan mengajak @therealdisastr, @jokoanwar, @mirles untuk menceritakan pengalaman mereka dan bagaimana menghadapi harapan penonton. Nantikan Rabu 27 Mei 2020 untuk menikmati perbincangan dengan tiga narasumber ini.

May 26, 202001:10:12
In Contemplation with Petty Fatimah

In Contemplation with Petty Fatimah

Setelah 20 tahun, Arundhati Roy menerbitkan novelnya berjudul “The Ministry of Utmost Happiness”. Jika novelnya “The God of Small Things” (1997) yang meraih Booker Prize adalah sebuah kisah tentang Ammu , seorang janda beranak kembar yang senantiasa didera hinaan dan tantangan; maka novel terbaru Roy nyaris tanpa plot dan penuh dengan tokoh-tokoh unik. “The Ministry of Utmost Happpiness” berkisah tentang Anjum, seorang waria yang menjadikan kuburan sebagai tempatnya menetap, dan menjadikannya sebagai suaka bagi mereka yang ditolak masyarakat. Untuk novel yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Kepustakaan Populer Gramedia ini, kami mengundang Petty Fatimah, Pemimpin Redaksi Femina. Ikuti perbincangan dengan @petz09 Petty Fatimah hari Rabu 20 Mei

May 19, 202053:47
In Conversation with Nova Riyanti Yusuf

In Conversation with Nova Riyanti Yusuf

Apa yang membuat seseorang untuk mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri? Apakah benar didorong oleh peristiwa duniawi semata seperti dikejar hutang atau putus pacar? Atau ada sesuatu yang lebih mendasar?

Nova Riyanti Yusuf, akrab dengan nama Noriyu, adalah seorang psikiater, penulis, yang baru saja meluncurkan bukunya berjudul “Jelajah Jiwa Hapus Stigma – Otopsi Psikologis Dua Pelukis Bunuh Diri.” (Penerbit Buku Kompas, 2020) 

Secara konsisten, ia bergelut dengan penelitian bunuh diri sejak 2008. Pada 2008, saat itu Noriyu sedang menjalankan Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa di FKUI dan harus menentukan topik tesis sebagai syarat kelulusan menjadi dokter spesialis jiwa. Tesis inilah yang kemudian menjadi buku yang membahas tema suicide dengan studi kasus dua pelukis Indonesia yang bunuh diri. Noriyu mendeskripsikan bagaimana mereka yang melakukan bunuh diri biasanya mempunyai ‘warning signs’, sehingga kelak keluarga dan kawan-kawan adalah orang-orang pertama yang bisa melakukan pencegahan. Ikuti obrolan ini Rabu 13 Mei 2020.

May 12, 202001:05:49
In Contemplation with Shanty Harmayn

In Contemplation with Shanty Harmayn

Cerita pendek adalah sebuah bentuk fiksi yang sangat dicintai pembaca Indonesia. Inilah fiksi yang menyediakan ledakan di dalam ruangan yang sempit. Kali ini podcast “Coming Home with Leila Chudori” berbincang tentang antologi terbaru penulis Amerika-Tionghoa Xuan Juliana Wang berjudul “Home Remedies”. Terdiri dari 12 cerita, Julina Wang adalah sebuah debut rangkaian cerita yang bukan sekedar berkisah ‘pengalaman seorang penulis generasi milenial’, tetapi ada yang mengharukan dari kisah-kisah Keluarga, Cinta , Ruang dan Waktu. Juliana Wang sudah jauh dari cerita Revolusi Kebudayaan dan mendengar cerita tentang tanah air kakek neneknya sebagai sesuatu yang ‘asing’ tapi toh tetap ada dampak. Episode ini, produser Shanty Harmayn yang pernah menetap lama di Beijing membahas buku ini dan membandingkan dengan generasi Ha Jin dan Amy Tan yang juga menetap di AS. Shanty juga akan berbincang tentang karya sastrawan Tionghoa mainland seperti Su Tong dan Yu Hua yang karyanya sudah diangkat ke layar lebar.

May 05, 202001:00:47
In Conversation with Iksaka Banu & Kurnia Effendi

In Conversation with Iksaka Banu & Kurnia Effendi

Siapakah Raden Saleh?

Sebuah novel setebal 591 halaman karya duo penulis Iksaka Banu dan Kurnia Effendi berjudul “Pangeran dari Timur” adalah karya yang sudah lama ditunggu pembaca. Dirancang sejak tahun 1999 dan diluncurkan bulan Maret 2020 ini, inilah sebuah novel fiksi sejarah yang berkisah tentang Raden Saleh dan serangkaian lukisan karya-karyanya. Novel ini bukan saja berkisah tentang sosok Raden Saleh yang flamboyant tetapi juga sekaligus menyajikan wajah Romantik di Eropa. Podcast “Coming Home with Leila Chudori” berbincang dengan kedua penulis tentang proses penulisan mereka yang panjang ini. Stay tuned Rabu 29 April 2020.

Apr 28, 202001:17:25
In Contemplation with Ivan Lanin

In Contemplation with Ivan Lanin

Program Podcast "Coming Home with Leila Chudori" Musim Tayang 3 akhirnya on air Rabu 22 April 2020. Nama Marah Roesli, sastrawan angkatan Balai Pustaka,  lazim bersandingan dengan roman ‘Siti Nurbaja’. Marah Roesli lahir di Padang, Sumatra Barat 1889 dan wafat meninggal  pada usia 78 tahun. Kritikus H. B. Jassin menyebut Marah Roesli sebagai Bapak Roman Modern Indonesia. Selain ‘Siti Nurbaja’ yang legendaris, ada satu novelnya berjudul “Anak dan Kemenakan” yang diterbitkan Balai Pustaka pada 1956 yang berkisah tentang cinta terlarang antara Yatim dan Puti Bidasari . Ivan Lanin, aktivis Bahasa Indonesia membahas roman ini dari berbagai sisi, termasuk bagaimana bahasa tulis yang digunakan di masa itu yang sudah jauh berbeda dengan bahasa Indonesia masa kini. Leila akan membahas novel autobiografis Marah Roesli berjudul “Memang Jodoh”. Roman “Anak dan Kemenakan” diterbitkan kembali atas kerjasama Kepustakaan Populer Gramedia dan Balai Pustaka. Stay tune Rabu 22/4 di Spotify dan platform lainnya.

Apr 21, 202001:06:48
In Contemplation with Tunggal Pawestri

In Contemplation with Tunggal Pawestri

Ketika New York Times menulis berita investigasi tentang skandal produser Harvey Weinstein yang dituduh melakukan pelecehan seksual dan pemerkosaan puluhan perempuan –aktris, anak buah di kantornya—maka gerakan #MeToo  menyala-nyala. Mereka yang dirundung, dilecehkan, diperkosa di tempat kerja oleh orang-orang yang mereka kenal, akhirnya berani bersuara. 

Adalah dua jurnalis perempuan The New York Times Jodi Kantor dan Megan Twohey yang melakukan investigasi ini dengan hati-hati, penuh empati kepada korban dan tentu saja tak jarang memperoleh ancaman. Investigasi mereka yang meledak kini dibukukan berjudul “She Said” di mana investigasi ini dilengkapi dan diperkaya dengan informasi terkini tentang jatuhnya produser  Harvey Weinstein dari kursi kekuasaan di Hollywood.

Tunggal Pawestri adalah seorang aktivis perempuan dan pegiat hak kebebasan sipil yang bekerja sebagai konsultan gender di HIVOS Asia Tenggara. Tunggal akan membahas buku “She Said” karya kedua wartawan luar biasa ini dan sekaligus menganalisa mengapa #MeToo belum juga menyentuh Indonesia dan mengapa pula kebanyakan wartawan di Indonesia belum cukup sensitif  saat meliput korban pelecehan seksual.

Ini adalah episode terakhir musim tayang ke 2 podcast Coming Home with Leila Chudori.  Kami akan jeda selama sebulan dan kembali tayang Rabu, 25 Maret 2020.



Program podcast ini diselenggarakan oleh:

Penerbit Kepustakaan Populer Gramedia @penerbitkpg ,

Gramedia Pustaka Utama @bukugpu ,

Gentle Media Network @gentlemedia.id dan

Leila Chudori @leilachudori .

Didukung oleh: Femina @feminamagazine

Feb 19, 202001:36:21
In Conversation with Joko Pinurbo
Feb 12, 202001:15:27
Discussion with F. Rahardi, Nurdin Kalim & Richard Oh
Feb 05, 202001:18:41
In Contemplation with Nova Riyanti Yusuf
Jan 29, 202001:14:23
In Conversation with Ayu Utami
Jan 22, 202001:34:02
In Contemplation with Richard Oh
Jan 15, 202001:17:37