Skip to main content
Grace Alone Ministry

Grace Alone Ministry

By Grace Alone Ministry

Grace Alone Ministry adalah media pelayanan multimedia rohani Kristen yang berada di Indonesia. Kami memiliki panggilan untuk melayani kerajaan Allah di bidang multimedia seperti melalui siaran radio rohani dan penyediaan materi khotbah dan seminar Kristen yang dapat diakses secara global. Follow akun ini dan social media kami; Instagram: @gracealoneministry | Youtube: Grace Alone Ministry - GRAMI
Available on
Apple Podcasts Logo
Google Podcasts Logo
Overcast Logo
Pocket Casts Logo
RadioPublic Logo
Spotify Logo
Currently playing episode

Tidak Malu Dengan Injil (2 Timotius 1:6-8) | Pdt. Yakub Tri Handoko

Grace Alone MinistryApr 17, 2020

00:00
59:30
Don't Waste Your Talent (Matius 25:14-30) - Pdt. Yakub Tri Handoko

Don't Waste Your Talent (Matius 25:14-30) - Pdt. Yakub Tri Handoko

Apa maksud Yesus naik ke surga? Mengapa Yesus perlu naik ke surga? Bukankah seandainya Yesus tinggal di dunia jauh lebih menyenangkan? Apa yang sebenarnya kita nantikan melalui Dia dan apa yang Dia rindukan?

May 17, 202354:52
Eksposisi Filipi 4:1 - Pdt. Yakub Tri Handoko

Eksposisi Filipi 4:1 - Pdt. Yakub Tri Handoko

Kekuatan suatu nasihat atau perintah dipengaruhi oleh jenis dan kualitas relasi antara pemberi nasihat atau perintah dengan penerimanya. Perintah seorang raja jelas mengandung keharusan. Tidak melakukan bisa berakibat fatal. Nasihat seorang guru kadangkala menyiratkan konsekuensi negatif jika tidak dilakukan. Begitu pula dalam relasi sehari-hari. Kita cenderung tidak mengabaikan nasihat orang yang kita tidak kenal atau tidak percayai. Sebaliknya kedekatan relasi dan kepercayaan seringkali menjadi pendorong yang kuat bagi orang lain untuk melakukan apa yang dinasihatkan. Ada daya persuasi yang kuat di dalam relasi yang erat.

Itulah yang sedang dilakukan oleh Paulus di teks kita hari ini. Dia bukan hanya memberikan sebuah perintah kepada jemaat Filipi. Dia juga mengungkapkan kualitas relasi antara dirinya dengan jemaat. Ungkapan-ungkapan ini bukan sekadar perkataan manis yang menipu atau yang hanya manis di bibir saja (lip service). Tanpa diucapkan pun jemaat Filipi pasti sudah tahu, tetapi Paulus tetap merasa perlu untuk mengekspresikannya.

Mar 16, 202254:38
Eksposisi Amos 6:12-14 - Pdt. Yakub Tri Handoko

Eksposisi Amos 6:12-14 - Pdt. Yakub Tri Handoko

Manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk rasional. Kita selalu berusaha untuk melihat dan menerangkan segala sesuatu (fenomena dan/atau fakta) sebagai sebuah kesatuan yang masuk akal (logika). Otak kita tidak dirancang untuk menerima kontradiksi. Walaupun kebenaran melampaui batasan logika, tetapi tidak ada kebenaran yang menabrak logika. Walaupun pengetahuan kita tidak bisa mencerna semua fakta yang ada, kita memahami kebenaran sebagai sesuatu yang selaras dengan fakta.

Bagaimana jika seseorang mempercayai sesuatu yang bertabrakan dengan fakta dan logika? Situasi seperti ini menunjukkan bahwa persoalan utama orang tersebut bukanlah persoalan intelektual. Bukan kurangnya data. Bukan kurangnya argumentasi. Persoalan orang itu adalah persoalan spiritual – emosional. Kenyamanan perasaan dijadikan tuan. Firman Tuhan ditolak sebagai pijakan kebenaran.

Teks kita hari ini menunjukkan bahwa orang percaya juga kadangkala terjebak pada kesalahan yang sama. Apa yang mereka pikiran bertabrakan dengan logika. Apa yang mereka lakukan tidak sesuai dengan fakta.

Mar 09, 202252:58
Kabar Baik Pembebasan (Lukas 4:16-21) - Pdt. Yakub Tri Handoko

Kabar Baik Pembebasan (Lukas 4:16-21) - Pdt. Yakub Tri Handoko

“Kebebasan” adalah hal yang dinantikan oleh banyak orang. Secara khusus, masa pandemi sejak tahun 2020 sampai sekarang telah menempatkan banyak orang dalam “penjara.” Sebagian orang terpenjara dalam kesedihan karena kehilangan orang yang mereka kasihi. Sebagian lagi terbelenggu dalam kekecewaan dan keputusasaan karena pekerjaan dan keluarga mengalami goncangan besar. Ada pula yang terikat dengan kekuatiran menghadapi tahun yang baru ini. Akankah tahun ini menjadi lebih baik daripada dua tahun terakhir?

Mar 02, 202252:37
Bebas dari Keinginan Duniawi (Yakobus 4:4-6) - Pdt. Yakub Tri Handoko

Bebas dari Keinginan Duniawi (Yakobus 4:4-6) - Pdt. Yakub Tri Handoko

Semua manusia pasti memiliki keinginan. Allah menciptakan kita sebagai makhluk yang berpribadi. Kita memiliki pikiran, perasaan, dan kehendak. Jadi, memiliki keinginan, pada dirinya sendiri, tidak keliru, bahkan tidak terelakkan.

Yang sering menjadi masalah adalah objek dan motivasi keinginan. Apa yang kita ingini? Mengapa kita mengingini itu? Seberapa besar kita menginginkannya? Jika yang kita ingini adalah keliru dan kita begitu menginginkannya, kita sedang membawa diri kita ke dalam bahaya. Hati mengalahkan akal budi. Hawa nafsu menabrak segala sesuatu.

Feb 23, 202248:43
Careless Church, Christless Church (Wahyu 3:14-22) - Pdt. Yakub Tri Handoko

Careless Church, Christless Church (Wahyu 3:14-22) - Pdt. Yakub Tri Handoko

Seberapa puaskah Anda dengan gereja Anda saat ini? Apakah Anda menilainya berdasarkan faktor bagaimana Kristus diberitakan di atas mimbar? Bagaimana jadinya jika gereja tidak memberitakan Kristus di atas mimbar?

Feb 23, 202255:44
Musuh Kebersamaan: Ketidakpedulian (1Korintus 10:23-24) - Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M.

Musuh Kebersamaan: Ketidakpedulian (1Korintus 10:23-24) - Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M.

Semua orang pasti setuju bahwa moralitas bersentuhan dengan isu komunal. Maksudnya, benar atau salahnya suatu tindakan dinilai dalam kaitan dengan orang lain. Moralitas lebih luas daripada perasaan dan kenyamanan pribadi masing-masing orang.

Yang belum disepakati oleh semua orang adalah cakupan aspek komunal. Sejauh mana orang lain berpengaruh atau menentukan moralitas suatu tindakan? Tidak ada jawaban seragam untuk pertanyaan ini.

Sebagian orang menganggap pandangan mayoritas sebagai patokan kebenaran. Apa yang wajar dianggap benar. Pandangan orang sangat menentukan. Suatu tindakan bahkan seringkali dilakukan atau diaminkan hanya supaya diterima oleh banyak orang.

Sebagian orang menganggap pandangan orang lain tidak seberapa perlu untuk diperhatikan. Yang penting adalah apa yang kita rasakan. Sejauh tidak merugikan atau mengganggu orang lain, apa saja boleh saja dilakukan. Moralitas lebih bersifat personal. Batasannya cukup sederhana: orang lain jangan sampai dirugikan.

Teks kita hari ini memberi pandangan yang berbeda. Pandangan banyak orang memang tidak menentukan, tetapi bukan berarti boleh diabaikan. Moralitas sangat bersifat komunal.

Feb 08, 202253:07
Musuh Kebersamaan: Kebencian (1Yohanes 2:9-11) - Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M.

Musuh Kebersamaan: Kebencian (1Yohanes 2:9-11) - Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M.

Bagaimana kita bisa tahu bahwa seseorang sungguh-sungguh percaya kepada Kristus? Keanggotaan dalam sebuah gereja bukan indikator yang aman. Keaktifan dalam pelayanan juga bukan jaminan. Sebagian orang yang rajin beribadah di gereja atau terlibat aktif dalam pelayanan ternyata memiliki gaya hidup yang bertabrakan dengan keyakinannya.

Tidak mudah memang untuk mengetahui kesungguhan iman seseorang. Hanya Tuhan yang bisa melihat isi hati manusia secara transparan. Penilaian-Nya tidak mungkin salah.

Walaupun penilaian tanpa keliru hanya milik Allah, hal itu tidak berarti bahwa kita tidak bisa menilai sama sekali. Kesungguhan iman pasti terpancar dalam tindakan. Iman bukan sekadar persetujuan konseptual atau keyakinan emosional. Iman yang benar menghasilkan buah-buah kesalehan.

Dalam teks hari ini Rasul Yohanes mengajarkan salah satu indikator yang sangat aman untuk mengukur kesungguhan iman seseorang, yaitu kasih kepada sesama. Kasih bukan hanya menjadi salah satu karakteristik, tetapi sekaligus indikator utama untuk menilai iman seseorang. Tuhan Yesus sendiri pernah mengatakan: “Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi” (Yoh. 13:35).

Feb 04, 202251:28
Eksposisi Filipi 3:20-21 - Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M.

Eksposisi Filipi 3:20-21 - Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M.

Istilah “perspektif” (sudut pandang) tentu tidak asing bagi banyak orang. Kata ini bukan merujuk pada apa yang dilihat, tetapi lebih pada bagaimana seseorang melihat. Yang dilihat mungkin sama, tetapi pemahaman orang bisa berbeda. Faktor penentu terletak pada perspektif.

Nilai penting perspektif tidak perlu diragukan lagi. Sudut pandang menentukan penilaian. Sebagai contoh, sampah di mata banyak orang adalah barang yang tidak berguna, bahkan berbahaya. Namun, bagi para pemulung dan petugas kebersihan sampah adalah sumber nafkah bagi keluarga. Bagi beberapa pengusaha sampah bahkan bisa menjadi sumber penghasilan yang besar jika bisa didaur ulang. Apa yang tidak berguna bagi seseorang bisa menjadi berguna bagi orang yang berbeda.

Hal yang sama berlaku dalam kerohanian. Cara pandang seseorang sangat menentukan dalam banyak hal. Mereka yang melihat segala sesuatu dari perspektif bawah (kesementaraan) pasti akan menjalani hidupnya secara berbeda dengan mereka yang melihat dari perspektif atas (kekekalan). Itulah yang diajarkan oleh Paulus di teks kita hari ini.

Feb 01, 202248:52
Eksposisi Amos 6:1-7 - Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M.

Eksposisi Amos 6:1-7 - Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M.

Beberapa kali kita dikejutkan dengan berita kecelakaan maut yang terjadi di tempat wisata. Peristiwa semacam ini terdengar sangat miris dan ironis. Orang pergi ke tempat wisata untuk menikmati kesenangan dan kenyamanan, tetapi yang didapati justru kecelakaan dan kematian. Banyak orang tidak menduga. Dalam ketidaktahuan, mereka justru membawa diri ke dalam bahaya.

Yang paling menyedihkan adalah orang-orang yang sengaja menantang bahaya. Mereka sadar ada larangan dengan tujuan untuk menghindari ancaman kematian, tetapi mereka sengaja tidak mempedulikan. Merasa sok hebat dan kuat, mereka justru bersua maut. Kematian ternyata jauh lebih dekat daripada yang mereka perkirakan.

Keadaan bangsa Israel pada zaman Amos lebih mirip dengan situasi yang kedua. Merasa aman padahal semakin dekat dengan kebinasaan. Bersenang-senang sementara bahaya sebentar lagi datang.

Jan 28, 202250:46
Musuh Kebersamaan: Kebebasan (Galatia 5:13-15) - Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M.

Musuh Kebersamaan: Kebebasan (Galatia 5:13-15) - Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M.

Kita hidup di tengah sebuah zaman yang sangat mengagungkan kebebasan. Orang merasa berhak untuk berkata apa saja di mana saja tentang siapa saja. Orang merasa berhak melakukan apa saja tanpa peduli dengan omongan siapa saja. Semboyan “yang penting tidak mengganggu orang lain” menjadi mantra yang membenarkan segala perkara.

Apakah itu yang disebut “kebebasan yang sebenarnya”? Teks hari ini menjelaskan bahwa kebebasan bukan ketidakpedulian. Sebaliknya, kebebasan mengarahkan kita pada kebaikan. Bukan berbuat apa saja demi kenyamanan diri sendiri, tetapi berbuat apa saja demi kebaikan bersama.

Jan 25, 202250:10
Persepuluhan: Dinikmati dan Dibagi (Ulangan 14:22-29) - Pdt. Yakub Tri Handoko

Persepuluhan: Dinikmati dan Dibagi (Ulangan 14:22-29) - Pdt. Yakub Tri Handoko

Topik tentang persepuluhan seringkali mendatangkan perdebatan. Ada banyak kebingungan dan keberatan. Bukan hanya terhadap teks dan penafsirannya, tetapi juga penerapannya. Ditambah dengan berbagai penyalahgunaan persepuluhan oleh rohaniwan, topik ini benar-benar menjadi isu yang sensitif. Suasana diskusi cenderung negatif.

Haruskah topik ini mendatangkan suasana negatif seperti itu? Tidak juga. Dalam teks kita hari ini tidak ada ada nuansa negatif sama sekali. Kesan utama yang ditangkap dari teks justru sukacita. Ada perayaan. Ada keramaian.

Khotbah hari ini mungkin sangat berbeda dengan pembahasan-penbahasan umum tentang persepuluhan. Harus diakui, teks hari ini sangat jarang dikhotbahkan dalam kaitan dengan persepuluhan, padahal ada banyak poin menarik yang bisa memperkaya pemahaman kita tentang topik ini.

Oct 28, 202154:46
Peduli Pada Yang Hina (Matius 25 31-46) - Pdt. Yakub Tri Handoko

Peduli Pada Yang Hina (Matius 25 31-46) - Pdt. Yakub Tri Handoko

Yang suka membaca kisah-kisah dongeng pasti menyadari bahwa salah satu alur cerita favorit dalam berbagai dongeng adalah pembalikan keadaan melalui sebuah kebaikan yang sepele. Misalnya, seorang pemuda menolong seekor katak yang terluka dan terkurung dalam sebuah lubang kecil. Ternyata katak tersebut adalah seorang puteri raja. Si pemuda akhirnya diangkat menjadi menantu raja. Kira-kira seperti itu jalan ceritanya. Sebuah perbuatan baik yang sepele bisa mengubahkan kehidupan seseorang.

Apa yang kita anggap sepele mungkin tidak sepele bagi orang lain. Dalam pengaturan Allah yang berdaulat, sebuah kebaikan kecil bisa berdampak besar. Pembalikan kehidupan mungkin saja terjadi dari sebuah tindakan yang kecil.

Teks kita hari ini memang bukan sebuah dongeng, tetapi sama-sama mengajarkan pentingnya perbuatan baik, sekecil apapun itu. Apa yang diajarkan memang bukan pembalikan keadaan, tetapi tetap ada unsur kejutan. Apa yang terlihat remeh di mata kita ternyata tidak selalu demikian di mata Tuhan. Kebaikan kepada orang yang kecil menunjukkan kebesaran hati dari yang melakukannya.

Jul 08, 202146:56
Semakin Serupa Dengan Kristus (Roma 8 29-30) - Pdt. Yakub Tri Handoko

Semakin Serupa Dengan Kristus (Roma 8 29-30) - Pdt. Yakub Tri Handoko

Mengukur kualitas kerohanian seseorang tidak gampang. Hanya Allah yang mengetahuinya secara pasti. Sebagai manusia kita hanya bisa melihat dari apa yang terlihat. Itupun tidak selalu tepat.

Sebagian orang melihat dari jabatan dan aktivitas di pelayanan. Ini bisa menipu. Apa yang terlihat bisa saja sekadar pencitraan. Sebagian lagi melihat dari disiplin rohani (ibadah dan saat teduh). Ini hanya sekadar sarana pertumbuhan, bukan ukuran atau tujuan.

Ukuran yang sejati adalah keserupaan dengan Kristus. Segala sesuatu yang menghalangi keserupaan dengan Kristus adalah sampah dan kerugian. Halangan ini bisa datang dari jabatan dan aktivitas gerejawi yang mungkin saja menumbuhkan arogansi. Bahkan disiplin rohani juga bisa menjadi halangan kalau membuat seseorang merasa diri lebih benar.

Teks hari ini akan mengajarkan kepada kita tiga konsep penting tentang keserupaan dengan Kristus. Tanpa memahami poin-poin ini kita akan mengalami keputusasaan pada saat menjalani prosesnya. Kita akan memberi penekanan yang keliru pada semua usaha kita.

Jun 24, 202148:17
Bersabar Pada Yang Bersalah (Amsal 19 11-12) - Ev Samuel Soegiarto

Bersabar Pada Yang Bersalah (Amsal 19 11-12) - Ev Samuel Soegiarto

Kita hidup dalam masyarakat yang mudah untuk marah.  Pemandangan yang demikian sangat mudah ditemukan, bahkan dapat diterima oleh beberapa orang. Hal sepele bisa membuat seseorang langsung marah, misalnya jalur kita dipotong oleh kendaraan lain di jalan raya, atau ketika kita merasa diabaikan oleh penjual saat berbelanja, atau saat ada seorang teman yang tindakan atau perkataannya  menyinggung  perasaan kita, atau saat anak kita membantah perintah kita, tentunya masih banyak contoh lainnya. Pertanyaannya adalah, bagaimana jika orang yang mudah marah itu adalah seorang Kristen?

Jun 17, 202153:35
Belas Kasihan Menang Atas Penghakiman (Yakobus 2: 12-13) - Pdt. Yakub Tri Handoko

Belas Kasihan Menang Atas Penghakiman (Yakobus 2: 12-13) - Pdt. Yakub Tri Handoko

Tahukah kita bahwa kata “keadilan” sebenarnya menakutkan? Hal ini benar bukan hanya bagi para pelaku kejahatan. Keadilan memang menakutkan bagi semua orang jika tidak disertai dengan belas kasihan.

Itulah sebabnya dalam proses pengadilan sikap seorang terdakwa turut memengaruhi keputusan pengadilan. Misalnya, sebuah pelanggaran yang berat akan dijatuhi hukuman sedikit lebih ringan apabila terdakwa menunjukkan sikap kooperatif, penyesalan, atau sikap lain yang positif. Sikap ini memang tidak meniadakan hukuman, namun bisa menjadi faktor yang meringankan. Dari sini terlihat bahwa keadilan harus ada, tetapi keadilan bukanlah segala-galanya.

Teks hari ini akan mengajarkan kepada kita betapa pentingnya menilai atau menghakimi orang lain dengan penuh belas kasihan. Ada alasan yang sangat kuat mengapa kita perlu menyandingkan keadilan dan belas kasihan. Ada konsekuensi yang sangat berat apabila kita gagal melakukannya.

Jun 10, 202150:20
Tidak Ada Ruang untuk Dendam (Kej. 50.15-21) - Pdt. Yakub Tri Handoko

Tidak Ada Ruang untuk Dendam (Kej. 50.15-21) - Pdt. Yakub Tri Handoko

Hidup bersama dalam satu keluarga tidak selalu mudah untuk banyak orang. Masing-masing terikat secara biologis dan emosional. Jumlah dan tingkat interaksi juga relatif sangat sering dan intensif. Dalam situasi seperti ini gesekan menjadi tidak terelakkan dan terus berulang. Situasi ini dapat melahirkan sebuah bahaya. Gesekan yang tajam atau konstan seringkali sukar untuk disembuhkan.

Tidak jarang antar anggota keluarga saling memendam dendam. Anggota keluarga kadangkala menjadi musuh dalam selimut. Dihindari tidak memungkinkan, dibiarkan sangat menyakitkan. Ketika keadaan ini terjadi, setiap orang perlu mengingat bahwa kebencian adalah kebodohan karena seseorang memilih kesakitan yang lebih panjang. Pengampunan memang mungkin lebih menyakitkan, tetapi sesudahnya akan memberikan kelegaan.

Teks kita hari ini mengisahkan suatu keadaan dalam sebuah keluarga yang cukup rentan bagi terjadinya pelampiasan dendam. Keluarga Yakub seluruhnya sudah berada di Mesir selama bertahun-tahun. Yusuf yang menjadi kepercayaan Firaun menyediakan segala kemudahan dan kenyamaman bagi mereka. Sebuah keluarga besar yang diikat oleh figur maskulin dominan, yaitu Yakub. Persoalannya, Yakub telah meninggal dunia (49:29-50:14). Saudara-saudara Yusuf merasa kuatir dengan keadaan ini. Mereka ingat bagaimana mereka dahulu telah berbuat jahat kepada Yusuf. Apakah Yusuf akan melampiaskan dendam setelah kepergian ayah mereka (50:15)?

Jun 03, 202152:57
Keluarga Ujian Kerohanian Yang Sebenarnya (1 Timotius 5 3-8) - Pdt. Yakub Tri Handoko

Keluarga Ujian Kerohanian Yang Sebenarnya (1 Timotius 5 3-8) - Pdt. Yakub Tri Handoko

Bagaimana cara terbaik untuk mengetahui apakah seseorang benar-benar saleh? Jawabannya gampang. Tanyakan saja pada anggota keluarganya. Mereka tinggal bersama-sama tanpa bisa bersandiwara.

Keluarga adalah tempat yang sangat pas untuk otentisitas dan spiritualitas. Untuk otentisitas, karena seseorang tidak mungkin melakukan pencitraan. Semua topeng terpaksa ditanggalkan. Untuk spiritualitas, karena kesabaran dan kasih sayang benar-benar diuji setiap hari. Tidak ada tempat untuk melarikan diri.

Harus diakui, tidak banyak orang Kristen yang lolos (apalagi lulus) dari ujian ini. Yang penting adalah kemauan untuk mengoreksi dan memerbaiki diri. Slogan “tidak ada keluarga yang sempurna” bukan dalih untuk tetap hidup seadanya. Kita seharusnya bersyukur dan memaksimalkan keluarga sebagai ruang latihan untuk iman dan kesalehan.

Melalui teks hari ini kita akan belajar bahwa keluarga adalah gereja (individual) sekaligus mitra bagi gereja (komunal/institusional). Anggota gereja yang baik adalah anggota keluarga yang baik. Jika seseorang tidak mampu menjadi saksi di keluarga, bagaimana dia layak disebut rohani di gereja? Kalau dia tidak menjadi teladan yang baik di keluarga, bagaimana dia mampu menjalankan peranan dengan baik di gereja?

May 27, 202150:03
Peduli Sampai Mati (Yoh. 19.25-27) - Pdt. Yakub Tri Handoko

Peduli Sampai Mati (Yoh. 19.25-27) - Pdt. Yakub Tri Handoko

Bukan tanpa alasan jika Alkitab mengatakan “Banyak orang menyebut diri baik hati, tetapi orang yang setia, siapakah menemukannya?” (Ams. 20:6). Kesetiaan dan konsistensi menjadi barang sangat langka sekarang ini. Banyak orang cenderung mementingkan ekspresi cinta yang luar biasa daripada kelanggengan cinta. Tidak heran, ketika relasi digerakkan oleh rutinitas dan diterpa oleh berbagai masalah, mereka merasa bahwa cinta itu sudah tidak ada lagi.

Situasi ini tidak mencerminkan cinta yang sejati. Cinta sejati itu mirip mentari. Kehangatannya memang kadang berkurang karena malam atau awan tebal, tetapi pasti kembali di pagi hari. Cinta seharusnya tidak pudar oleh usia maupun derita.

Mengapa banyak keluarga mengalami perpudaran cinta? Banyak alasan, baik personal maupun kultural. Secara personal mungkin dipicu oleh pertengkaran dan kekecewaan yang berkepanjangan. Secara kultural karena pengaruh semangat zaman. Di tengah zaman yang individual & anti komitmen, kepedulian sepanjang hayat semakin susah didapat.

Melalui teks hari ini kita akan bersama-sama belajar untuk memedulikan keluarga sampai masing-masing menutup usia. Kita akan melihat bagaimana Yesus Kristus tidak mengabaikan nasib ibu-Nya, walaupun Dia sendiri sedang menderita dan tidak memiliki apa-apa. Keluarga tetap ada di hati-Nya.

May 20, 202151:25
Kasih Menggenapi Hukum Taurat (Roma 13 8-10) - Pdt. Yakub Tri Handoko

Kasih Menggenapi Hukum Taurat (Roma 13 8-10) - Pdt. Yakub Tri Handoko

Bagi sebagian orang judul di atas mungkin sedikit membingungkan, bahkan mengagetkan. Kasih disandingkan dengan Hukum Taurat? Yang satu sering dilekatkan dengan kebebasan, sedangkan yang lain dengan keterikatan.

Kesan seperti ini muncul karena kita sering diletakkan dalam sebuah polarisasi antara cinta yang tanpa aturan dan aturan yang tanpa cinta. Di satu sisi, dengan mengatasnamakan cinta, semua objek cinta dianggap sah-sah saja. Para pelaku dan pendukung cinta romantisme sesama jenis adalah salah satu contohnya. Cinta dipandang tidak pernah salah. Di sisi lain, dengan mengatasnamakan aturan, para pelanggar kebenaran dijadikan objek cemoohan dan kebencian. Kelompok konservatif yang merendahkan kaum LGBTQ adalah contohnya. Orang “saleh” dianggap pasti lebih benar.

Dua kutub di atas telah melakukan kekeliruan yang fatal. Cinta tanpa aturan adalah sentimentalisme. Sebaliknya, aturan tanpa cinta adalah legalisme. Kita tidak ingin berada dalam ketegangan yang tidak diperlukan ini. Cinta berkali-kali salah. Aturan berkali-kali melukai. Hanya ketika cinta melandasi aturan, kita mendapatkan komunitas yang menyenangkan dan menggenapkan. Itulah yang ingin disampaikan oleh Paulus kepada kita hari ini.

May 06, 202156:16
Mengasihi Seperti Yesus (Yohanes 15:9-17) - Pdt. Yakub Tri Handoko

Mengasihi Seperti Yesus (Yohanes 15:9-17) - Pdt. Yakub Tri Handoko

Lebih daripada sekadar kesatuan organisatoris atau kesamaan personal, kita membutuhkan kebersamaan yang dibangun di atas kasih Tuhan. Tidak mudah memang. Tapi itulah yang kita akan tuju di depan. Teks hari ini akan memaparkan alasan-alasan mengapa kita harus saling mengasihi seperti Yesus telah mengasihi kita (ayat 9-11). Teka kita juga mengajarkan bagaimana wujud konkrit mengasihi orang lain seperti Yesus telah mengasihi kita (ayat 12-17). Jadi, bagian awal berbicara tentang “mengapa” dan bagian selanjutnya tentang “bagaimana”.

Mar 03, 202153:57
Peran Pemimpin (Matius 20:20-28) - Pdt. Yakub Tri Handoko

Peran Pemimpin (Matius 20:20-28) - Pdt. Yakub Tri Handoko

Apa yang terbersit dalam pikiran kita saat mendengar kata “pemimpin”? Banyak orang akan langsung menjawab: posisi, jabatan, kuasa, dsb. Jawaban ini wajar, walaupun tetap tidak benar. Dalam dunia yang sudah jatuh ke dalam dosa, kepemimpinan memang seringkali disamakan dengan kekuasaan dan jabatan.

Sayangnya, tidak sedikit orang Kristen yang mengadopsi konsep duniawi ini. Mereka tidak memahami bahwa tujuan akhir kepemimpinan bukan terletak pada pemimpin. Sebaliknya, pemimpin ada untuk orang lain. Di sinilah letak perbedaan antara pemiimpin dan penguasa yang lalim.

Dalam teks hari ini kita akan melihat betapa kuatnya godaan kekuasaan dan jabatan. Bahkan murid-murid Tuhan Yesus tidak kebal terhadap godaannya. Mereka mengejar kuasa, tak ubahnya seperti orang-orang dunia.

Jan 22, 202159:33
Menjadi Murid Yesus (Matius 4:18-22) - Pdt. Yakub Tri Handoko

Menjadi Murid Yesus (Matius 4:18-22) - Pdt. Yakub Tri Handoko

Dalam teks khotbah hari ini kita menemukan sebuah kisah yang sangat menarik. Bagi pembaca Alkitab mula-mula yang sangat mengenal tradisi kerabian Yahudi, mereka akan langsung menangkapkan keunikan kisah ini. Rabi-rabi Yahudi tidak mencari murid. Orang-orang datang kepada mereka dan menggabungkan diri sebagai murid. Yesus tidak demikian. Dia sendiri yang berkeliling mencari murid. Itulah pola kerja ilahi. Allah selalu mengambil inisiatif.

Perbedaan lain terletak pada pola pengajaran. Dalam tradisi kerabian Yahudi, seseorang baru boleh menjadi pengajar kalau sudah menyelesaikan standar tertentu. Sebelum titik itu, seorang murid hanya belajar dan belajar. Peraturan dalam masyarakat Qumran (abad ke-2 SM) bahkan menunjukkan adanya proses rekrutisasi yang rumit dan hirarkhi posisi/jabatan yang harus dijalani oleh setiap anggota. Tidak demikian dengan pola pemuridan Yesus. Sejak awal murid-murid sudah belajar dan mengajar. Mereka mengikuti Yesus ke mana saja Dia pergi sekaligus membantu Dia dalam pelayanan. Sesudah pelayanan keliling di Galilea berakhir (4:23-9:38), murid-murid langsung diutus ke berbagai tempat (10:1-15).

Apakah kita sungguh-sungguh menjadi murid atau sekadar penggemar belaka?

Jan 21, 202154:47
Injil adalah Dasar Persekutuan (1 Yohanes 1:3) - Pdt. Yakub Tri Handoko

Injil adalah Dasar Persekutuan (1 Yohanes 1:3) - Pdt. Yakub Tri Handoko

“Persekutuan” bukanlah kata yang asing di telinga orang-orang Kristen. Tidak sedikit dari mereka yang bahkan terlibat secara aktif dalam beragam jenis persekutuan, dari persekutuan doa sampai persekutuan antar gereja. Menjamurnya persekutuan-persekutuan semacam ini mungkin menyiratkan manfaat besar bagi yang mengikutnya.

Ini adalah tanda positif. Orang-orang Kristen menginginkan kebersamaan. Mereka menyadari nilai penting persekutuan.

Sayangnya, tidak semua orang memahami istilah “persekutuan” secara sama. Persekutuan lebih daripada sekadar perkumpulan atau kebersamaan. Mereka juga gagal menangkap fondasi kokoh dalam persekutuan. Seringkali yang dijadikan landasan kebersamaan hanyalah kesamaan suku, hobi, usia, domisili, atau status. Walaupun pada dirinya sendiri persekutuan seperti ini tidak salah, tetapi rawan terjadi perpecahan. Mereka membutuhkan fondasi yang lebih kokoh.

Apa yang dimaksud dengan persekutuan? Bagaimana persekutuan seperti ini dibangun?

Jan 06, 202154:09
Ada untuk Bersama (Roma 1:8-12) - Pdt. Yakub Tri Handoko

Ada untuk Bersama (Roma 1:8-12) - Pdt. Yakub Tri Handoko

Di tengah situasi pandemi saat ini,  kita membutuhkan orang lain untuk ada bersama dengan kita.  Di tengah ketidaktahuan kita tentang apa yang akan terjadi di masa depan, kita seharusnya saling bergandengan tangan untuk melalui masa yang sulit ini. Namun ada beberapa orang yang mengira bahwa lebih baik menjalaninya sendiri. Mereka keluar dari persekutuan dan gereja, mengira bahwa mereka dapat bertumbuh sendiri. Hari ini kita akan belajar dari Surat Roma tentang pentingnya komunitas secara komunal.

Jan 05, 202157:08
Perjumpaan Di Tempat Yang Tak Terduga (Yunus 2) - Pdt. Yakub Tri Handoko

Perjumpaan Di Tempat Yang Tak Terduga (Yunus 2) - Pdt. Yakub Tri Handoko

Dalam khotbah lalu kita sudah melihat bagaimana Yunus melarikan diri dari panggilan dan hadapan TUHAN (1:3). Dia tidak menginginkan pertobatan penduduk Niniweh yang terkenal dengan kekejaman mereka (4:2). Di dalam kedaulatan-Nya TUHAN mengejar Yunus dengan maksud untuk mengungkapkan kebebalannya (1:6), menunjukkan ketidakkonsistenan hidupnya (1:9-10), mengajarkan kemurahan melalui orang-orang asing (1:11-13), dan memberikan cicipan kekuasaan TUHAN dalam menyelamatkan orang-orang asing (1:14, 16).

Para pembaca yang jeli pasti bertanya-tanya tentang nasib Yunus. Di pasal 1 Yunus tidak terlihat takut. Dia tidak berdoa. Nada penyesalan pun tidak terlihat dari ucapannya. Dia tampaknya sudah siap untuk mati. Dia lebih memilih mati daripada penduduk Niniweh yang jahat diselamatkan oleh TUHAN.

Bagaimana nasib Yunus? Bagaimana pula dengan rencana TUHAN bagi penduduk Niniweh?

Oct 15, 202059:11
Tidak Ada Tempat Pelarian (Yunus 1) - Pdt. Yakub Tri Handoko

Tidak Ada Tempat Pelarian (Yunus 1) - Pdt. Yakub Tri Handoko

Di antara semua nabi dalam Alkitab, Yunus terbilang cukup unik. Walaupun beberapa nabi menyampaikan nubuat tentang bangsa-bangsa lain (Yesaya dan Yeremia), hanya Yunus yang diutus langsung ke negeri asing untuk menyampaikan pesan TUHAN. Walaupun beberapa nabi sempat berbantah-bantah dengan TUHAN pada awal pengutusan mereka (Musa dan Yeremia), hanya Yunus yang langsung melarikan diri dari panggilan Allah. Tidak heran, kisah Yunus menjadi salah satu cerita paling populer dalam Perjanjian Lama.

Pasal pertama dari kitab Yunus mengisahkan tentang kedaulatan Allah. Apa yang Dia rencanakan pasti akan terlaksana. Kehendak-Nya tidak dapat dibelokkan oleh siapa pun juga dan di mana pun juga. Melalui kisah ini kita diingatkan tentang kekaguman pemazmur pada TUHAN: “Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu?” (Mzm 139:7).

Oct 14, 202056:57
Berbagi Hidup (Kisah Para Rasul 4:32-37) - Yakub Tri Handoko

Berbagi Hidup (Kisah Para Rasul 4:32-37) - Yakub Tri Handoko

Berkumpul bersama-sama pada waktu yang sama dan melakukan aktivitas yang sama belum tentu memiliki kebersamaan. Waktu, tempat dan jenis kegiatan yang sama hanya menyediakan kebersamaan bagi raga. Belum tentu ada kesatuan jiwa.

Kebersamaan sejati dimulai dari hati dan diwujudkan melalui kebiasaan berbagi. Tanpa motivasi tulus dari dalam hati pemberian bantuan hanyalah keterpaksaan atau pencitraan sosial. Tanpa kebiasaan berbagi kebersamaan hanyalah slogan yang menjengkelkan. Tanpa keduanya, ada banyak orang yang merasa kesepian di tengah keramaian. Dalam hiruk-pikuk perbincangan dan kegiatan mereka justru akan merasa dipinggirkan.

Komunitas Kristen dipanggil untuk berbagi. Itupun harus dimulai dari hati. Namun, sikap hati seperti apa yang diperlukan? Bagaimana mendapatkan sikap hati seperti itu? Kebersamaan seperti apa yang diharapkan dalam komunitas orang percaya? Teks kita hari ini akan menjawab deretan pertanyaan ini (dan beberapa pertanyaan lain seputar berbagi kehidupan).

Dari sisi struktur teks hari ini dapat dibagi menjadi dua: fondasi (ayat 32-33) dan aksi (ayat 34-37). Fondasi berbicara tentang apa yang mendorong jemaat mula-mula untuk berbagi. Aksi berbicara tentang wujud konkrit dari kebiasaan berbagi tadi.

Oct 09, 202055:57
Eksposisi Amos 4:1-3 - Yakub Tri Handoko

Eksposisi Amos 4:1-3 - Yakub Tri Handoko

Berada di bawah penindasan jelas tidak menyenangkan, bahkan menyakitkan. Kita merasakan akibat dari penyalahgunaan kuasa, tetapi kita sendiri tidak mampu berbuat apa-apa. Jika keadaan tetap tidak berubah, kita bahkan seringkali memertanyakan Allah. Di mana Allah di tengah penindasan yang ada? Mengapa Dia berdiam diri saja?

Teks hari ini akan meyakinkan kita bahwa Allah tidak pernah berkompromi dengan dosa. Dia serius menanganinya. Dia tidak diam saja. Dia menyampaikan teguran sekaligus menyiapkan hukuman-Nya.

Oct 08, 202053:42
Bertumbuh Dalam Lingkungan Relasional (Kolose 3:12-14) - Yakub Tri Handoko

Bertumbuh Dalam Lingkungan Relasional (Kolose 3:12-14) - Yakub Tri Handoko

Sebuah pepatah terkenal berkata: “tidak ada manusia yang seperti pulau, lengkap pada dirinya sendiri; setiap orang adalah sebuah penggalan dari benua, sebuah bagian dari yang lebih utama” (John Donne, tahun 1624). Makna dari kalimat ini adalah adanya saling ketergantungan antar manusia. Seseorang membutuhkan yang lain.

Kebenaran di atas sejalan dengan prinsip Alkitab. Hanya saja Alkitab memberi penekanan yang lebih sekaligus menyediakan landasan yang lebih doktrinal. Sebagai contoh, kebersamaan di antara orang percaya memegang peranan sentral dalam pertumbuhan rohani seseorang. Dalam kedaulatan-Nya Allah sudah mengatur agar pertumbuhan rohani terjadi dalam komunitas rohani. Jadi, pertumbuhan spiritual bersifat individual, tetapi sarananya bersifat komunal.

Walaupun demikian, komunitas spiritual yang baik tidak mungkin tercipta tanpa keterlibatan masing-masing bagiannya. Setiap orang memainkan peranan sekaligus mendapatkan pertumbuhan di dalamnya. Ada saling ketergantungan yang dekat dan sehat. Ketergantungan yang dilandaskan pada karya penebusan Kristus. Tanpa berpusat pada penebusan Kristus ketergantungan antar orang percaya akan menjadi sebuah kecanduan dan pemberhalaan yang membahayakan.

Teks kita hari ini mengajarkan komunitas rohani seperti apa yang diperlukan bagi pertumbuhan rohani masing-masing anggota. Sikap apa saja yang perlu dikembangkan? Apa dasar teologis bagi semua sikap tersebut?

Oct 07, 202055:03
Relasi Dengan Dunia (Kolose 4:5-6) - Yakub Tri Handoko

Relasi Dengan Dunia (Kolose 4:5-6) - Yakub Tri Handoko

Relasi gereja dengan dunia tidak selalu berjalan semestinya. Bahkan seringkali terjadi kebalikannya. Gereja ada di dalam dunia seharusnya untuk memberikan dampak bagi dunia.Sayangnya, dunia seringkali tidak merasakan dampak apa-apa dari kehadiran dunia.

Di satu sisi gereja telah menjadi sama dengan dunia. Nilai dan gaya hidup duniawi dengan mudah menembus tembok gereja. Ironisnya, sebagian pendeta malah menjadi bintang iklan hedonisme duniawi: memberitakan kemakmuran dan menunjukkan kemewahan.

Di sisi lain gereja secara keliru telah melihat kerohanian hanya sebagai urusan pribadi antara mereka dan Allah. Paling jauh, antara mereka, Allah dan gereja. Mereka terlihat begitu antusias bersekutu dengan Allah dan melayani dalam gereja, namun tidak memiliki peranan signifikan di dalam dunia. Kehadiran mereka dalam dunia nyaris tidak terasa. Mereka telah lupa identitas mereka. Orang-orang Kristen bukanlah kumpulan kaum elite spiritual yang lebih sibuk dengan malaikat daripada dengan manusia. Kesenangan kita bukan berpetualang ke dunia roh melainkan berperan secara nyata di dalam dunia.

Situasi di atas sangat memprihatinkan. Gereja tidak berdampak bagi dunia karena telah menjadi sama dengan dunia. Kehadiran gereja tidak dirasakan oleh dunia karena gereja menarik diri dari urusan-urusan dunia.

Langkah kecil apa yang dapat kita lakukan bagi dunia? Bagaimana dunia dapat merasakan kehadiran kita di dalamnya? Marilah kita belajar bersama dari nasihat Paulus kepada jemaat Kolose di 4:5-6.

Sep 26, 202054:16
Relasi Dengan Keluarga (Kolose 3:18-21) - Yakub Tri Handoko

Relasi Dengan Keluarga (Kolose 3:18-21) - Yakub Tri Handoko

Kerohanian tidak terbatas pada relasi vertikal dengan Allah Tritunggal. Tidak pula diukur hanya dari penampilan & aktivitas seseorang di dalam gereja. Kerohanian sejati juga harus terlihat dalam kehidupan sehari-hari. Secara lebih spesifik, yang bisa mengukur kerohanian seseorang dengan lebih cermat adalah orang-orang yang ada di dalam rumahnya. Keluarganya.

Mengapa demikian? Karena dalam keluarga tidak ada ruang untuk pencitraan. Tidak ada celah untuk kemunafikan. Semua terlihat secara transparan.

Bagaimana seorang Kristen seharusnya bersikap di tengah-tengah keluarganyanya? Apa alasan di balik sikap yang demikian?

Sep 25, 202051:35
Relasi dengan Keluarga Allah (Efesus 4:1-6) - Yakub Tri Handoko

Relasi dengan Keluarga Allah (Efesus 4:1-6) - Yakub Tri Handoko

Salah satu kata yang sangat lekat dengan kekristenan adalah “kasih.” Tuhan Yesus bahkan menjadikan kasih antar sesama orang percaya sebagai bukti tak terbantahkan bahwa kita adalah murid-murid-Nya (Yoh. 13:35). Ini adalah karakteristik orang-orang Kristen.

Sayangnya, tidak semua orang Kristen menghidupi kebenaran ini. Gereja justru seringkali menjadi medan pertempuran dan sumber perselisihan. Orang-orang Kristen bahkan menjadi penebar benih kebencian. Ketika dilukai, mereka sukar untuk mengampuni.

Kegagalan di atas jelas menjadi pukulan telak. Kegagalan ini seumpama sebuah restoran cepat saji yang membutuhkan waktu sangat lama dalam menyiapkan dan menghidangkan makanan mereka. Kita lemah pada tempat yang seharusnya kita paling kuat.

Bagaimana memelihara kesatuan di antara orang percaya? Bagaimana bentuk kesatuan yang diharapkan?

Sep 24, 202049:50
Relasi dengan Tuhan (Efesus 2:8-10) - Yakub Tri Handoko

Relasi dengan Tuhan (Efesus 2:8-10) - Yakub Tri Handoko

Kekristenan itu bukan tentang deretan aturan. Bukan pula sekadar kumpulan nasihat kehidupan. Kekristenan berbicara tentang relasi. Tentang bagaimana Allah mencari dan menyelamatkan orang yang hilang supaya mereka menikmati persekutuan dengan Dia.

Sayangnya, sebagian orang Kristen tidak benar-benar memahami bagaimana relasi itu bisa dipulihkan. Apakah kita memiliki peranan di dalamnya (sekecil apapun itu)? Mereka juga kurang memahami bagaimana mengisi relasi tersebut. Sikap seperti apa yang diharapkan oleh Allah dari kita? Tanggung-jawab apa yang Allah minta dari kita?

Dalam khotbah kali ini kita akan belajar bersama-sama tentang keselamatan kita. Tentang bagaimana kita diselamatkan. Tentang bagaimana kita seharusnya menyikapi keselamatan tersebut.

Sep 23, 202054:09
Dewasa Rohani (Efesus 4:13-14) | Pdt. Yakub Tri Handoko

Dewasa Rohani (Efesus 4:13-14) | Pdt. Yakub Tri Handoko

Apakah Anda bisa menyebutkan 3 (tiga) gereja yang menurut Anda mengalami pertumbuhan yang baik? Karakteristik apa saja yang mereka miliki? Apakah Anda yakin sudah memberikan penilaian yang tepat?

Banyak orang dengan cepat menjawab pertanyaan pertama. Dibutuhkan waktu lebih lama untuk menjawab pertanyaan kedua. Begitu sampai pada pertanyaan ketiga, tidak sedikit orang yang bahkan mulai meragukan keabsahan jawaban mereka sendiri untuk dua pertanyaan sebelumnya.

Ya. Menentukan kriteria pertumbuhan sebuah gereja memang tidak mudah. Lebih sukar lagi menggerakkan gereja untuk bertumbuh dengan baik.

Melalui teks hari ini kita akan belajar tentang beberapa kriteria pertumbuhan gereja. Sebagian dari kriteria itu mungkin mengagetkan karena jarang dipikirkan, bahkan bertentangan dengan opini populer tentang pertumbuhan gereja. Sebagian lagi sudah tidak asing, tetapi kadangkala jarang diberi perhatian serius.

Nah, sebelum meneliti teks secara lebih detil, kita perlu mengerti bahwa ayat 13-14 bukanlah induk kalimat. Pembacaan sekilas sudah cukup untuk mengarahkan ke sana. Bagian ini merupakan penjelasan terhadap bagian terakhir ayat 12: “bagi pembangunan tubuh Kristus”.

Gereja perlu mengalami pertumbuhan secara komunal dan berkesinambungan. Komunal, karena berkaitan dengan seluruh tubuh. Bukan hanya bagian tertentu. Kata “kita semua” di ayat 13 turut menegaskan ide ini. Berkesinambung, karena target yang ingin diraih masih jauh di depan. Tidak ada ruang untuk kepuasan yang terlalu awal. Tidak ada gereja yang “sudah tiba”. Kita semua hanyalah sesama musafir yang sedang melangkah ke tujuan akhir. Nah, tujuan akhir itu dijelaskan di ayat 13-14.

Apa saja kriteria gereja yang bertumbuh dengan baik? Mengapa pertumbuhan sangat diperlukan?

Sep 17, 202053:54
Kebangkitan Kristus, Pengharapan Kita (2 Korintus 4:7-12) | Pdt. Yakub Tri Handoko

Kebangkitan Kristus, Pengharapan Kita (2 Korintus 4:7-12) | Pdt. Yakub Tri Handoko

Dunia menyukai kehebatan. Kekuatan ditonjolkan. Kelemahan disembunyikan. Sebisa mungkin orang ingin terlihat sempurna. Apapun dilakukan untuk mencapainya. Bahkan harga diripun diletakkan di atasnya. Kalau tidak hebat seolah-olah kehidupan sudah tamat.  Alkitab mengajarkan prinsip hidup yang berbeda. Kelemahan tidak terelakkan dalam kehidupan. Kelemahan tidak perlu disembunyikan. Justru dalam kelemahan kekuatan Tuhan dinyatakan. Ada pengharapan di dalam kelemahan.  Bagaimana kita seharusnya memandang kekuatan dan kelemahan dalam kehidupan? Bagaimana kebangkitan Kristus selalu memberikan pengharapan di tengah berbagai kelemahan?

Sep 17, 202001:05:05
Menjadi Bayi Rohani Yang Sehat (1 Petrus 2:1-3) | Pdt. Yakub Tri Handoko

Menjadi Bayi Rohani Yang Sehat (1 Petrus 2:1-3) | Pdt. Yakub Tri Handoko

Dalam khotbah sebelumnya kita sudah belajar bahwa orang-orang yang mati dalam pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa (Ef. 2:1-3) telah dihidupkan bersama-sama dengan Kristus (Ef. 2:4-5). Setelah dihidupkan di dalam Kristus, perjalanan rohani tidak berhenti. Keselamatan bukanlah akhir dari perjalanan. Sebaliknya, keselamatan hanyalah awal yang memungkinkan segala sesuatu yang ada di depan.

Orang-orang yang sudah dipindahkan dari kegelapan kepada terang atau dari keberdosaan kepada kebenaran harus terus mengalami pertumbuhan. Stagnansi bukanlah opsi. Pertumbuhan adalah sebuah keniscayaan. Pertumbuhan adalah bukti dari kehidupan.

Bagaimana seorang yang baru dihidupkan dapat mengalami pertumbuhan? Apa yang harus dilakukan? Mengapa dia perlu menjalani proses pertumbuhan?

Sep 17, 202057:33
Kasih yang Tak Terpisahkan (Roma 8:31-39) | Pdt. Yakub Tri Handoko

Kasih yang Tak Terpisahkan (Roma 8:31-39) | Pdt. Yakub Tri Handoko

Kata “semuanya itu” di 8:31 menyiratkan bahwa bagian ini merupakan penutup dari rangkain penjelasan doktrinal di pasal 5-8. Sesudah menjelaskan keberdosaan semua manusia (1:18-3:20) dan satu-satunya solusi terhadap persoalan itu melalui iman kepada Kristus Yesus yang sudah membereskan semua dosa di atas kayu salib (3:20-4:25), Paulus lalu menerangkan bagaimana kehidupan mereka yang sudah di dalam Kristus (5:1-8:30). Transformasi hidup di dalam Kristus ini diwarnai dengan kasih karunia, damai sejahtera, pengharapan, dan pembenaran (5:1-21). Orang-orang Kristen tidak lagi kalah oleh dosa maupun terkungkung dalam legalisme Taurat (pasal 6-7). Ini semua dimungkinkan karena Roh Kudus terus-menerus meyakinkan, menguatkan, dan memimpin mereka ke dalam kesucian (8:1-17). Bahkan penderitaan pun tidak akan mampu menggagalkan pengharapan keselamatan kita (8:18-24), karena Allah akan menolong kita (8:25-27) dan mengerjakan kebaikan di dalamnya (8:28-30). | Oleh @yakubtrihandoko

Apr 23, 202059:29
Kasih yang Menyelamatkan (Titus 3:4-7) | Pdt. Yakub Tri Handoko

Kasih yang Menyelamatkan (Titus 3:4-7) | Pdt. Yakub Tri Handoko

Dalam surat ini Paulus berkali-kali membicarakan tentang perbuatan baik. Para penatua harus menunjukkan kehidupan yang baik (1:5-9). Semua orang pun dituntut demikian sesuai dengan kategori mereka: orang-orang tua (2:2), para perempuan tua (2:3-5), orang-orang muda (2:6), maupun hamba (2:9-10). Tidak lupa Paulus juga menasihati Titus untuk menjadi teladan dalam perbuatan baik (2:7-8). Semua orang diperintahkan untuk menunjukkan ketaatan dan kebaikan kepada para pemimpin mereka (3:1). Dalam terjemahan LAI:TB, tidak kurang dari 12 kali kata “baik” muncul dalam surat yang pendek ini (1:8, 15, 16; 2:3, 5, 7, 14; 3:1, 5, 8, 14). Tidak sukar untuk menemukan alasan di balik nasihat yang diulang-ulang ini. Dari sisi kultural, jemaat tinggal di tengah-tengah orang Kreta yang terkenal tidak baik (1:12). Belum lagi mereka juga sedang diperhadapkan dengan orang-orang yang pengakuan iman dan perilakunya tidak sejalan (1:16). Apa yang mereka lakukan, baik ajaran maupun perilakunya, sudah meresahkan jemaat (1:10-11). Di tengah situasi ini, menunjukkan keteladanan Kristiani menjadi sesuatu yang tidak dapat ditunda lagi. Persoalannya, bagaimana kita seharusnya menempatkan perbuatan baik dalam kaitan dengan keselamatan? Apakah perbuatan baik merupakan syarat keselamatan? Apakah keselamatan benar-benar tidak berhubungan perbuatan baik? | Oleh @yakubtrihandoko

Apr 23, 202059:03
INJIL: Kekuatan Allah yang Menyelamatkan (Roma 1:16-17) - Pdt. Yakub Tri Handoko

INJIL: Kekuatan Allah yang Menyelamatkan (Roma 1:16-17) - Pdt. Yakub Tri Handoko

Teks ini bukan hanya terkenal, tetapi sangat penting. Dari sisi sejarah, Allah telah menggunakan teks ini untuk mempertobatkan Martin Luther, salah satu tokoh reformasi gereja di abad ke-16. Sekian lama berupaya untuk memperoleh kebenaran di hadapan Allah melalui perbuatan baik tetapi tanpa kepastian dan kedamaian, Luther akhirnya menyadari bahwa kebenaran merupakan anugerah Allah bagi orang berdosa yang beriman kepada Yesus Kristus. Pembenaran adalah melalui iman. Dari sisi theologi, pembenaran melalui iman secara esensial membedakan iman Protestan dari Yudaisme, Roma Katholik, maupun agama-agama lain. Yang lain menambahkan perbuatan baik pada iman sebagai syarat untuk dibenarkan oleh Allah. Roma 1:16-17 menegaskan bahwa pembenaran hanya melalui iman. Bahkan dari sisi konteks Surat Roma, teks di atas juga memainkan peranan sentral. Hampir semua penafsir Alkitab sepakat bahwa inti keseluruhan Surat Roma terletak pada bagian ini. Ini adalah tema surat. Bagian yang lain, terutama 1:18-8:39, hanyalah penjelasan terhadap 1:16-17. | Oleh @yakubtrihandoko

Apr 23, 202057:44
Kasih yang Tanpa Syarat (1 Yohanes 4:10) | Pdt. Yakub Tri Handoko

Kasih yang Tanpa Syarat (1 Yohanes 4:10) | Pdt. Yakub Tri Handoko

Kita sudah menjadi begitu terbiasa dengan kalimat: “syarat dan ketentuan berlaku”. Kalimat ini diberlakukan pada hampir setiap hal dalam kehidupan kita: melamar pekerjaan, mengikatkan diri dalam sebuah kontrak, bahkan mendapatkan diskon. Sulit rasanya menemukan sebuah transaksi kehidupan yang benar-benar tanpa syarat dan tanpa ketentuan. Tidak demikian halnya dengan kasih Allah kepada orang-orang pilihan-Nya. Tidak ada syarat dan ketentuan yang diberlakukan. Benar-benar tidak ada! Kasih ini bukan hanya berbeda, melainkan bertabrakan dengan kasih manusia pada umumnya. Ini adalah kasih yang kontra-budaya (counter-cultural love). Apa saja karakteristik dari kasih Allah yang tanpa syarat? | Oleh @yakubtrihandoko

Apr 23, 202055:08
Kasih yang Kekal Bagi Mereka yang Gagal (Mazmur 103:8-18) | Pdt. Yakub Tri Handoko

Kasih yang Kekal Bagi Mereka yang Gagal (Mazmur 103:8-18) | Pdt. Yakub Tri Handoko

Pujian lebih dari sekadar kesenian. Pujian adalah sarana pembelajaran. Ada banyak pemikiran theologis di dalamnya. Bukan hanya sarana; pujian adalah sarana yang efektif. Benarlah yang dikatakan oleh Warren Wiersbe jemaat lebih banyak belajar theologi melalui pujian daripada khotbah. Tanpa disadari, beragam konsep theologis (entah benar atau salah) disampaikan secara efektif melalui pujian. Mazmur 103 juga merupakan sebuah pujian yang sarat dengan pengajaran. Melaluinya kita dapat mengenal siapa Allah dan siapa manusia. Dalam khotbah kali ini kita hanya akan berfokus pada kasih TUHAN di ayat 8-18. | Oleh @yakubtrihandoko

Apr 21, 202001:01:17
Kasih yang Tulus (Roma 12:9-11) | Pdt. Yakub Tri Handoko

Kasih yang Tulus (Roma 12:9-11) | Pdt. Yakub Tri Handoko

Dunia ini semakin terbiasa dengan kepalsuan. Kejahatan dibungkus dengan kesopanan. Keramahan menjadi alat penipuan. Pemberian ternyata jebakan. Pendeknya, kebaikan sering dimanfaatkan untuk kejahatan. Di tengah situasi seperti ini setiap anak Tuhan dipanggil untuk membawa perbedaan. Kita menunjukkan bukan sembarang kebaikan, tetapi kebaikan yang bersumber dari kesungguhan. Dari hati yang mengasihi. Dari motivasi yang murni. Apa yang dimaksud dengan kasih yang tulus? Apakah wujud konkrit dari kasih yang seperti ini? | Oleh @yakubtrihandoko

Apr 21, 202052:45
Damai Sejahtera (Yohanes 16:31-33) | Pdt. Yakub Tri Handoko

Damai Sejahtera (Yohanes 16:31-33) | Pdt. Yakub Tri Handoko

Kata “damai” menjadi begitu terbiasa di telinga kita. Hampir di setiap ibadah, persekutuan, atau pertemuan orang Kristen kita mendengar kata “shalom.” Kata yang berarti “damai” ini merujuk pada keutuhan hidup di dalam Allah. Akrab mendengar bukan berarti mengalami. Mengerti artinya bukan berarti memahami maknanya. Apakah keunikan damai sejahtera Kristiani? Di dalam dunia yang penuh dengan penderitaan dan pertikaian, mungkinkah ditemukan damai sejahtera yang sejati? | Oleh @yakubtrihandoko

Apr 21, 202058:09
Kasih yang Memberi Harapan (Ratapan 3:21-24) | Pdt. Yakub Tri Handoko

Kasih yang Memberi Harapan (Ratapan 3:21-24) | Pdt. Yakub Tri Handoko

Beberapa di antara kita mungkin menganggap tahun ini sebagai salah satu tahun yang terberat dalam hidup kita. Kita bahkan tidak berani menapaki tahun baru ini dengan sukacita dan pengharapan. Masih adakah alasan untuk menyongsong tahun ini dengan rasa optimis yang benar dan besar? | Oleh @yakubtrihandoko

Apr 21, 202058:47
Menjaga Diri Sendiri Dalam Pekabaran Injil (1 Korintus 9:24-27) | Pdt. Yakub Tri Handoko

Menjaga Diri Sendiri Dalam Pekabaran Injil (1 Korintus 9:24-27) | Pdt. Yakub Tri Handoko

Kesibukan dalam pelayanan kadangkala bisa membahayakan kerohanian. Kesibukan pelayanan menggantikan kesendirian bersama Tuhan. Kita begitu menikmati apa yang kita lakukan untuk Tuhan, bukan apa yang Tuhan lakukan bagi kita. Kita lebih merindukan Allah bekerja melalui kita daripada di dalam kita. Jika hal ini tidak diwaspadai, kerohanian kita bisa meredup di tengah semangat pelayanan yang membara. Situasi yang sama bisa menimpa siapa saja, termasuk para pemberita Injil. Kita terlalu sering memberitakan, tetapi lupa menghidupi Injil. Kita berusaha untuk mengubah kehidupan orang lain melalui Injil, tetapi kita sendiri tidak membuka diri untuk diubah oleh Injil itu. Paulus sangat menyadari bahaya ini. Menjaga diri sendiri sama pentingnya dengan memberi diri bagi orang lain. Apa yang kita lakukan bersama Tuhan sama pentingnya dengan apa yang kita lakukan bagi Dia. Keyakinan terhadap kepastian keselamatan bukan substitusi bagi ketaatan maupun alasan bagi kecerobohan. Setiap orang perlu menjaga diri dalam kehidupan dan pelayanan. Tujuan dari semua ini adalah “supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak” (9:27b). | Oleh @yakubtrihandoko

Apr 17, 202053:20
Tidak Malu Dengan Injil (2 Timotius 1:6-8) | Pdt. Yakub Tri Handoko

Tidak Malu Dengan Injil (2 Timotius 1:6-8) | Pdt. Yakub Tri Handoko

Hampir semua orang Kristen dengan sigap akan mengamini bahwa Injil merupakan kabar baik dari Allah yang membawa jaminan kehidupan kekal. Kematian tidak lagi menakutkan karena di seberang sana ada kehidupan lain yang lebih menggembirakan. Ironisnya, tidak semua orang Kristen siap mati bagi Injil. Mereka hanya mensyukuri kehidupan yang diperoleh dari Injil tetapi tidak berani mengorbankan kehidupan bagi Injil. Penganiayaan dan kematian seringkali menjadi momok yang menakutkan. Bagaimana kita tetap mampu mengikuti dan melayani Tuhan dengan setia di tengah tantangan dan bahaya yang ada? | Oleh @yakubtrihandoko

Apr 17, 202059:30
Keluarga Yang Ditebus Oleh Kristus (2 Korintus 5:16-19) | Pdt. Yakub Tri Handoko

Keluarga Yang Ditebus Oleh Kristus (2 Korintus 5:16-19) | Pdt. Yakub Tri Handoko

Minggu yang lalu kita sudah membahas tentang carut-marut keluarga Abraham. Sebuah keadaan yang tidak jauh berbeda dengan keluarga kita. Ada pertengkaran. Ada adu kekuatan. Saling merasa diri lebih benar. Saling melempar kesalahan. Puji Tuhan! Kehancuran bukanlah titik akhir dari perjalanan. Ada pengharapan di dalam Tuhan. Pemulihan akan menjadi penutup yang manis. Yang paling penting adalah bagaimana kita mengandalkan anugerah Tuhan selama berproses menuju pemulihan. Teks hari ini akan mengajarkan dua langkah penting menuju pemulihan. Pertama adalah perubahan cara pandang. Cara pandang menentukan penilaian dan tindakan. Yang kedua adalah tugas sebagai duta pendamaian. Kita bukan hanya sebagai penerima, tetapi penerus karya pendamaian dari Allah. | Oleh @yakubtrihandoko

Apr 17, 202056:14
Keluarga dan Dosa (Kejadian 16:1-6) | Pdt. Yakub Tri Handoko

Keluarga dan Dosa (Kejadian 16:1-6) | Pdt. Yakub Tri Handoko

Prahara dalam keluarga merupakan hal yang biasa. Dalam dunia yang sudah jatuh ke dalam dosa dan dihuni oleh orang-orang yang berdosa pula, pertikaian seolah menjadi tidak terelakkan. Saling merasa benar, saling melempar kesalahan. Hal yang sama terjadi pada tokoh-tokoh Alkitab, bahkan pada mereka yang menjadi panutan iman. Jika dihitung secara matematis, kita akan menemukan jauh lebih banyak pasangan atau keluarga dalam Alkitab yang bermasalah daripada yang harmonis. Dari keluarga Adam, Nuh, Abraham, Lot, sampai Daud semua bermasalah. Teks kita hari ini menyinggung tentang salah satu persoalan yang muncul dalam keluarga Abraham. Dia dan Sara sudah berusia sangat lanjut tetapi tidak memiliki keturunan. Atas tawaran isterinya,  Abraham menjadikan Hagar sebagai gundiknya. Ketika Hagar sudah mengandung dia mulai memandang rendah Sara. Pertikaian pun terjadi dalam keluarga Abraham. Mengapa permasalah ini bisa terjadi? Bagaimana sikap yang benar dalam menyikapi sesuatu yang tidak benar? | Oleh @yakubtrihandoko

Apr 17, 202054:55
Saling Membasuh Kaki (Yohanes 13:12-17) | Pdt. Yakub Tri Handoko

Saling Membasuh Kaki (Yohanes 13:12-17) | Pdt. Yakub Tri Handoko

Dalam dunia yang mengedepankan kuasa dan tahta, kerendahhatian menjadi semakin langka. Kalaupun ada, hal itu seringkali dipandang sebelah mata. Beberapa bahkan menyamakan kerendahhatian dengan kebodohan dan kelemahan. Kesombongan lebih dipuja, keangkuhan dijadikan raja. Yesus Kristus datang ke dalam dunia untuk menyediakan sesuatu yang berbeda. Menjadi manusia adalah perendahan bagi Sang Pencipta. Inkarnasi adalah perendahan diri yang tak tertandingi. Dia datang bukan hanya untuk menjadi manusia, tetapi untuk menjadi hamba. Hamba bagi manusia. | Oleh @yakubtrihandoko

Apr 07, 202051:10