Habis Kata

Diiringi degup jantungku, kupersembahkan rasa syukurku atas umur panjangmu. Semoga detak jantung kita akan selalu beriringan dan seirama. Selamat berulang tahun, puan!

Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih kepadamu. Jikalau memang memungkinkan izinkan aku untuk pulang dan menetap padamu.

Seperti zaman es yang terasa beku serta kaku. Mematikan rasa atas segala pembenaran-pembenaran. Rupa yang dulu diidamkan kini hilang bak embun pagi, kala itu.

Siapa yang pernah menyangka jika hubungan yang aman-aman saja ternyata bisa runtuh juga. Egois menghancurkan segala aksara manis yang terucap di bibir.

Sepertinya bulan penuh sudah berpindah sisi berganti bulan sabit yang bahkan tidak sampai setengahnya:)

Satu lustrum terlalu lama untuk puan menunggu sebongkah es cair. Pada akhirnya es pun cair menjadi sebuah bah tapi rumah tinggal lah rumah. Untuk puan yang teramat baik yang menghadiahi pena sepanjang tahun itu.

Terkadang rindu benar adanya, seperti ia yang suka mencuap seiring waktu kini tawanya mulai memudar perihal jarak oleh rindu.

Tribute to someone yang pergi sangat jauh. Dimana berjuang sendiri akan menjadi sakit dan melulu menjadi kuat akan menjadi lelah. Saat kamu berjuang tapi orang yang disayang malah meninggalkanmu.

Walaupun mengasingkan diri akan ada banyak orang baik yang mencoba menarik kita dari pojok tembok. Dan kita tak pernah sendiri.

Tak banyak yang ingin disampaikan, hanya saja aku ingin kamu selalu bersyukur atas apa yang diberikan tuhan padamu selama ini.

Tuan dan puan memang tak punya banyak kesamaan, yang disuguhkan hanya kepercayaan. Redam semua ego jangan biar merekah. Karena berkasih menggunakan hati bukan emosi.

Kadang hujan itu datangnya tiba-tiba, terus bukannya munculin bau tanah malah dominan munculin kenangan. Hebat yaa magic hujan.

Kenalan aja, biar tau. Kalo gatau, berarti belum kenalan. Kalian aja yang ga ngerti.

Semua manusia memang tak ada yg abadi, mungkin hanya kenangannya yang abadi. Cukup dikenang jangan melulu ditangisi.