Skip to main content
Bincang SDA

Bincang SDA

By Hamdan

Kejadian bencana banjir dan kekeringan yang terus berulang menunjukkan betapa kinerja Pengelolaan SDA (Sumber Daya Air) masih jauh dari harapan. Laju kerusakan hutan, alih fungsi tata guna lahan, pencemaran air sungai, dan masih banyak lagi penyebab ketersediaan air semakin terancam.
Anda bisa mendukung kami, melalui saweria.co/hamdanlink agar tambah semangat berkarya
Info lbh lanjut klik
Www.hamdan.link
Email : sda@hamdan.link
Twitter @hamdaninami
Available on
Apple Podcasts Logo
Google Podcasts Logo
Overcast Logo
Pocket Casts Logo
RadioPublic Logo
Spotify Logo
Currently playing episode

Eps 15- Kondisi pengelolaan irigasi Jember sekarang memprihatinkan, ft. Suut Muriyanto

Bincang SDAMar 22, 2024

00:00
01:08:54
Eps 15- Kondisi pengelolaan irigasi Jember sekarang memprihatinkan, ft. Suut Muriyanto

Eps 15- Kondisi pengelolaan irigasi Jember sekarang memprihatinkan, ft. Suut Muriyanto

Layanan irigasi Jember terluas di Jawa Timur, yaitu 86 ribuan hektar. Tapi makin kesini, pengelolaan irigasi makin memprihatinkan. Banyak faktor penyebab, diantaranya, kurangnya SDM irigasi. Pendek kata, sejak otoda, semua aspek pengelolaan irigasi terdegradasi dan makin jauh dari ideal. Selengkapnya, kita ikuti bincang SDA bareng Pak Suut Muriyanto, dengan topik :

  1. (03:00) Perjalanan Pak Suut di PU Pengairan sejak 1984 hingga pensiun tahun 2022
  2. (09:00) Proyek-proyek nasional berpusat di Jember.
  3. (10:45) Bendung-bendung sejak era kolonial Belanda
  4. (12:55) Prinsip-prinsip pengairan
  5. (17:30) Beda situasi sebelum dan setelah otoda
  6. (56:20) Peluang pengamat wilayah dikonsultankan (59:45) Perlunya memenuhi kekurangan SDM baik kuantitas maupun kualitas

Selamat menyimak!

Kunjungi situs kami www.hamdan.link

Kritik dan saran via email : sda@hamdan.link

Mar 22, 202401:08:54
Eps 14 - Wawancara dengan Ketua HIPPA yang sekaligus seorang aktivis lingkungan

Eps 14 - Wawancara dengan Ketua HIPPA yang sekaligus seorang aktivis lingkungan

Problem sampah yang sangat mengganggu sistem irigasi di wilayah kerjanya membuat ketua HIPPA ini tergerak untuk terjun mengatasi masalah sampah. Ketua HIPPA Sido Hasil - Balung Kulon, Jember, A. Sugiarto yang akrab dipanggil Cak Mat Sampah, kini banyak berkiprah di daerah bahkan hingga level regional. Diskusi kita kali ini seputar masalah sampah yang masih dianggap sebuah problem padahal ada peluang usaha jika mau mengelola. Tentunya dengan dukungan para pemangku kepentingan. Jadi tidak hanya mengatasi masalah sampah, tapi sekaligus memberi nilai tambah.

Oct 01, 202158:19
Eps 13 - HIPPA dg keanggotaan di 5 GHIPPA/IHIPPA (feat Firman Widodo, ketua HIPPA Sriwijaya - Gumelar)

Eps 13 - HIPPA dg keanggotaan di 5 GHIPPA/IHIPPA (feat Firman Widodo, ketua HIPPA Sriwijaya - Gumelar)

Rencana kontak dengan Bapak Firman Widodo, Ketua HIPPA Sriwijaya - Gumelar sudah cukup lama, namun secara kebetulan beliau ada perlu ke Dinas PU. Akhirnya bisa ngobrol lepas dengan beliau. Sayangnya, suara latar belakang suasana kantor lagi ramai. Tapi semoga masih bisa menangkap pembicaraan ini.

Pola penataan lembaga HIPPA yang berbasis desa, dalam hal ini di Jember, memberikan konsekuensi positif dan negatif. Positifnya, lembaga lebih sederhana dan paralel dengan pemerintah desa, yang nota bene memiliki legitimasi yang kuat, baik struktural maupun kultural. Negatifnya, lembaga HIPPA yang berbasis desa secara teknis akan rancu dengan sistem pengelolaan irigasi yang berbasis Daerah Irigasi. Salah satu fenomena adalah pada HIPPA Sriwijaya - Gumelar ini memiliki keanggotaan di 4 GHIPPA dan 1 IHIPPA.

Jika lembaga HIPPA secara aturan bisa dibentuk berbasis desa atau tersier (teknis) berbeda dengan GHIPPA dan IHIPPA. Lembaga gabungan dan induk ini harus dibentuk berbasis jaringan. Hal ini sejalan dengan sistem pengelolaan daerah irigasi yang menuntut peran aktif petani. Daerah Irigasi harus dikelola dari hulu ke hilir, dan tidak mengenal batas wilayah administrasi, baik desa, kecamatan bahkan hingga lintas provinsi.

HIPPA Sriwijaya - Gumelar karena lokasi-nya ini, petak-petak sawahnya mendapatkan manfaat, yaitu :

  • DI Bedadung, Primer Timur
  • DI Bedadung, Primer Barat
  • DI Bedadung, Primer Timur
  • DI Talang
  • DI Candi

DI Bedadung (13.245 Ha) karena cukup luas, sesuai dengan aspirasi petani dibentuk di Induk HIPPA pada masing-masing primernya. Alasan lain, masing-masing primer sudah punya pola sendiri dan kecil korelasinya.

Daerah-daerah irigasi sebagian besar adalah kewenangan pusat, karena luas layanan diatas 3.000 Ha. DI Talang sedang mendapatkan program SIMURP. Adapun DI Bedadung dalam proses penataan oleh kabupaten berkoordinasi dengan BBWS Brantas agar nantinya dapat ditindak-lanjuti dalam program PTGA dari Pusat. Secara kebetulan, DI Candi (433 Ha) yang merupakan kewenangan kabupaten mendapatkan program IPDMIP. Wal hasil, semua GHIPPA dan IHIPPA sedang aktif dan mendapatkan perhatian dari pemerintah.

Dalam wawancara kali ini membahas diantaranya:

  • Pengelolaan keuangan lembaga
  • Proses pemilihan ketua blok
  • Potensi terjadinya pungli dalam pembagian air
  • Peluang alokasi dana desa untuk rehab jaringan tersier
  • Wacana penggabungan HIPPA dan Gapoktan (sama-sama lembaga petani berbasis desa)
  • Potensi konflik kepentingan politik dengan pihak desa

Diskusi lebih lanjut bisa melalui:

www.hamdan.link

email: sda@hamdan.link

Twitter : hamdaninami

Facebook: hamdaninami


Apr 14, 202144:58
Eps 12 - Wawancara dengan Ketua Induk HIPPA di lingkup DI Pondokwaluh Jember
Feb 20, 202136:12
Episode 11 - Wawancara dengan Ketua Induk HIPPA Mayangsari - DI Talang

Episode 11 - Wawancara dengan Ketua Induk HIPPA Mayangsari - DI Talang

DI Talang (8.167 Ha) meliputi 23 desa/ HIPPA pada saat ini mendapat perhatian berupa Program SIMURP, perlu kiranya segera berbenah segala aspeknya. Dalam hal aspek kelembagaan, DI. Talang memiliki 5 lembaga GHIPPA dimana telah membagi wilayah kerjanya sesuai teknis jaringan irigasi, baik primer maupun sekunder. Lima lembaga GHIPPA tersebut juga tergabung dalam 1 induk HIPPA, yaitu IHIPPA Mayangsari - DI. Talang. 

Episode 11 ini adalah wawancara dengan Ketua IHIPPA Mayangsari - DI Talang, mulai dari kisah mistis pembangunan Dam Talang, hingga masalah teknis irigasi. Dari masalah kelembagaan petani hingga upaya menghidupkan kembali partisipasi. 

Kritik saran masukan, silahkan disampaikan melalui :

  • Email : sda@hamdan.link
  • twitter : @hamdaninami

Terima kasih dan selamat mengikuti..    

Dec 02, 202001:32:40
Eps 10 - Wawancara dengan Ketua HIPPA Sumber Makmur - Pakusari - Jember

Eps 10 - Wawancara dengan Ketua HIPPA Sumber Makmur - Pakusari - Jember

Memimpin sebuah lembaga petani, dalam hal ini P3A, tentu  tidak hanya kemampuan teknis dan menejerial saja yang dibutuhkan, akan tetapi juga kemampuan strategi dan taktik.  Dalam sebuah tekanan situasi yang buruk, bagi mereka yang piawai dalam hal taktik,  boleh jadi adalah sebuah momen yang tepat untuk melakukan perubahan signifikan.

Bapak Sunarko, Ketua HIPPA Sumber Makmur- Pakusari sekaligus Ketua GHIPPA Ridho Makmur - DI Gudang Kalisat, Jember adalah contoh kongkrit bagaimana upaya menyiasati berbagai situasi sehingga bisa mengawal kedaulatan petani dalam mengelola irigasi di tingkat tersier.  Setiap 5 tahun melakukan pemilihan pengurus HIPPA, dimana pemilihnya adalah keterwakilan dari 10 wilayah blok. Semua kablok juga dipilih secara demokratis oleh petani anggota masing-masing blok. 

Berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku dan juga konsisten mengawal pelaksanaan AD/ART, HIPPA Sumber Makmur - Pakusari mampu meningkatkan kinerja pengelolaan irigasi sehingga mencapai zero gagal panen akibat kekeringan.  Untuk mendukung aspek finansial, HIPPA Sumber Makmur - Pakusari memiliki beberapa unit usaha, yaitu Unit Pelayanan Jasa Alsintan  (UPJA), Loket Pembayaran (PPOB), dan Unit simpan pinjam.

Berikut ini adalah wawancara dengan Bapak Sunarko.

Kritik saran masukan, silahkan disampaikan melalui :

  • Email : sda@hamdan.link  
  • twitter : @hamdaninami

Terima kasih dan selamat mengikuti..

Oct 05, 202001:24:54
Eps 09 - Menggagas P3A yang berdaya

Eps 09 - Menggagas P3A yang berdaya

Permasalahan dalam pemberdayaan lembaga petani khususnya P3A tentu banyak aspek yang saling terkait. Upaya pemberdayaan P3A tentu tidak bisa dilakukan secara parsial.  Aspek pertanian sendiri, selain masalah irigasi, masih ada aspek pendukung lain, mulai dari sarana produksi (pupuk, pestisida, benih, alat mesin pertanian), pengolahan pasca panen hingga pemasaran. Belum lagi aspek politik, sosial, dan budaya, yang ada di desa, tentunya juga akan  terkait dengan lembaga-lembaga lain.   

 Topik-topik pada episode ini, yaitu:

  1. Menggali kearifan lokal (10:40)
  2. Pemerintah harus satu suara (20:00)
  3. Sinergi dengan lembaga-lembaga pengelola sumber daya air (26:00)
  4. Kolaborasi dengan lembaga petani yang lain dan lembaga di desa (32:00)
  5. Regulasi mengawal keberlanjutan sistem irigasi  (41:00)

Kritik saran masukan, silahkan disampaikan melalui :

  • Email : sda@hamdan.link 
  • twitter : @hamdaninami

Terima kasih dan selamat mengikuti..

Sep 25, 202046:46
Eps 08 - P3A menunaikan tugasnya, maka dia ada

Eps 08 - P3A menunaikan tugasnya, maka dia ada

Sebuah lembaga dibutuhkan keberadaannya karena ada tugas pokok dan fungsi yang harus dijalankan. Demikian juga, keberadaan lembaga P3A dibutuhkan apabila dia menjalankan tugas pokok dan fungsinya, yaitu mengawal pembagian air irigasi kepada petani sebagai anggotanya tanpa dibedakan-bedakan, dengan prinsip keadilan dan keberlanjutan. Tugas pokok ini menuntut penataan aturan main dalam lembaga yang harus ditegakkan sesuai kesepakatan bersama.  Dibutuhkan pendampingan kepada petani mengenai substansi berlembaga, bukan hanya tuntutan formalitas belaka.  

Topik-topik pada episode ini, yaitu:

  1. P3A itu menunaikan tugas, maka dia ada (02:30)
  2. Kaji ulang AD/ART sebagai aturan main lembaga (07:30)
  3. Wilayah kerja dan pembagiannya (19:30)
  4. Proses reorganisasi lembaga (28:30)
  5. Menghidupi lembaga, menghitung rencana pendapatan (40:30)
  6. Menghitung rencana belanja (51:40)

Kritik saran masukan, silahkan disampaikan melalui :

  • Email : sda@hamdan.link
  • twitter : @hamdaninami

Terima kasih dan selamat mengikuti..

Sep 07, 202001:00:00
Eps 07 - Kemandirian P3A, Antara Harapan dan Kenyataan

Eps 07 - Kemandirian P3A, Antara Harapan dan Kenyataan

Lembaga P3A sebagai penerima manfaat sekaligus bagian dari Kelembagaan Pengelolaan Irigasi, diharapkan dapat bersinergi sehingga kinerja pengelolaan irigasi semakin handal. Apakah harapan ini berlebihan?

Topik yang dibahas pada episod ini, yaitu:

  • Bagian 1. Peran lembaga P3A yang diharapkan (05:00).
  • Bagian 2. Kenyataan yang terjadi pada lembaga P3A (28:30).
  • Bagian 3. Analisa dan pembahasan (51:20).

Pada bagian 1, terdiri dari sub topik, harapan terhadap lembaga P3A:

  1.  Sebagai wadah aspirasi, partisipasi, mediasi, hingga penggiat ekonomi(05:00).
  2.  Memiliki legitimasi sehingga tidak bisa diintervensi (17:00).
  3.  Bersinergi dengan sektor lain yang melibatkan petani (25:00).

Pada bagian 2, terdiri dari sub topik, kenyataan yang terjadi di lembaga P3A:

  1.    Sebatas untuk melegitimasi (28:30).
  2.    Legalitas sebatas untuk mendapatkan program (31:40).
  3.    Alih-alih bersinergi, yang terjadi malah saling menegasi (35:00).

Pada bagian 3, analisa dan pembahasan (51:20).

Kririk, saran masukan, silahkan ke 

  • Email : sda@hamdan.link
  • Twitter : @hamdaninami
Aug 31, 202001:08:23
Eps 06 - Kelembagaan Pengelolaan Irigasi (KPI)

Eps 06 - Kelembagaan Pengelolaan Irigasi (KPI)

Mengelola sebuah sistem oleh sebuah lembaga, tentu permasalahannya sederhana. Lain halnya dengan mengelola sistem-sistem dari berbagai kewenangan yang berbeda-beda, oleh lembaga-lembaga yang berbeda-beda pula. Begitulah yang terjadi dalam pengelolaan irigasi, obyek dan subyeknya sama-sama kompleks. Upaya yang dilakukan, yaitu menyatukan lembaga pengelolanya, yaitu KPI atau kelembagaan pengelola irigasi. KPI terdiri dari lembaga pemerintah, lembaga petani dan Komisi irigasi. Yang dibutuhkan untuk menyatukan lembaga-lembaga ini adalah sebuah pemahaman yang sama di semua lini dan sektor, kemudian menyusun kesepakatan mekanisme kerja yang terintegrasi, dan yang terakhir adalah bagaiamana agar dapat melaksanakan kesepakatan mekanisme kerja itu secara konsekuen.

Poin-poin yang akan dibahas pada episod ini, yaitu :

  1. Tujuan Pengelolaan irigasi(02:30).
  2. Arti penting partisipati petani dalam pengelolaan irigasi(06:40).
  3. Beberapa contoh kendala dalam KPI (19:00).
  4. Tahapan pengelolaan Irigasi (32:30).
  5. Upaya Peningkatan kinerja KPI (41:00).

Kritik saran dan masukan bisa disampaikan ke:

  • Email : sda@hamdan.link
  • Twitter : @hamdaninami
Aug 27, 202049:29
Eps 05 - Solusi agar tetap makan nasi

Eps 05 - Solusi agar tetap makan nasi

Bagi daerah yang surplus beras, tak ada masalah jika memilih untuk tetap makan nasi . Tapi bagi daerah yang defisit beras, kiranya harus mulai berfikir ulang. Untuk memproduksi beras, butuh prasyarat lahan dan air yang makin sulit dipenuhi dewasa ini. Pembukaan lahan sawah baru juga menuntut dukungan masyarakat petani yang berkultur lahan basah. Masyarakat perlu menyadari ini agar terhindar dari potensi kegaduhan pangan. 

Poin-poin yang akan dibahas pada episode ini, yaitu :

  1. Menurunkan ketergantungan terhadap beras, mengurangi potensi krisis (03:00)
  2. Mengamankan stok pangan dengan Perlindungan LP2B (06:40)
  3. Sumber daya air harus handal (17:40)
  4. Pengembangan pangan alternatif yang lebih hemat air (21:00)
  5. Memetakan daerah sasaran penurunan konsumsi beras(36:35)
  6. Memetakan daerah sasaran peningkatan produksi beras (40:00)
  7. Prasyarat lokasi perluasan lahan sawah baru (43:30)

Kritik saran masukan, silahkan disampaikan melalui :

  • Email : sda@hamdan.link
  • Twitter : @hamdaninami

                                                          

Aug 22, 202056:53
Eps 04 - Antara Nasi dan Irigasi

Eps 04 - Antara Nasi dan Irigasi

Ketergantungan kita yang tinggi terhadap beras agaknya perlu menjadi perhatian, karena ini bisa menimbulkan krisis pangan. Pasalnya,  penyediaan pangan beras menuntut prasyarat lahan dan air yang kriterianya semakin sulit dipenuhi dewasa ini. Laju alih fungsi lahan, terutama lahan pertanian pangan yang kian marak, dan adanya krisis iklim yang kian parah menjadi biang utama tingginya biaya untuk memproduksi beras. Menurut IRRI, biaya produksi beras di Indonesia tertinggi di dunia, yaitu Rp. 4.079,- /kg beras. 

Poin-poin yang akan dibahas pada episode ini, yaitu: 

  1. Butuh 1.000 liter air untuk memproduksi 1 kg beras (05:20)
  2. Laju alih fungsi lahan pertanian  200rb Ha/tahun (17:10)
  3. Biaya produksi beras kita tertinggi di dunia, yaitu Rp. 4.079,- /kilogram (26:30)
  4. Konsumsi beras kita hampri 2 kali lipat rata2 dunia, yaitu 102 Kg per kapita/tahun (33:20)
  5. Ketahanan pangan kita urutan ke 5 Asean dan urutan ke 65 dari 113 negara (43:40)
  6. Ada potensi konflik antara kebutuhan pangan dan energi(50:50)

Kritik saran masukan, silahkan disampaikan ke 

  • Email : sda@hamdan.link
  • Twitter : @hamdaninami
Aug 20, 202001:12:28
Eps 03 - Pola Pengelolaan SDA
Aug 07, 202001:00:49
Eps 02 - Permasalahan dalam Pengelolaan SDA
Jul 30, 202001:04:16
Eps 01 - Prolog, apa dan mengapa membahas Pengelolaan SDA
Jul 30, 202050:35