MSG (Mikir Sing Genah) untuk Pendidikan
By Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Provinsi Jawa Timur
MSG (Mikir Sing Genah) untuk PendidikanDec 18, 2021
Eps 8 - Plutarch: Pikiran adalah Api yang Harus Dinyalakan, Bukan Bejana yang Harus Diisi
“Pikiran adalah api yang harus dinyalakan, bukan bejana yang harus diisi.”
Itu kami kutip dari https://saintif.com/quote-pendidikan/
Pendapat tadi bisa jadi buat kita datang dari nama yang tidak terlalu populer
Plutarch, siapa sih dia? Kok baru tahu ini? Beda dengan Einstein, Aristoteles, Bung Karno, Bill Gates dan lain-lain
Tapi coba deh, kita tengok dan fahami lebih pendapatnya tadi, lalu kita hubungkan ke Merdeka Belajar
Bayangkan tiap hari mulai Senin sampai Jumat, kita padat ngikutin zoom A sampai Z
Kita dengerin orang ngomong ini itu dan materi power pointnya tinggal download di grup WhatsApp sampai gadget kita jadi gudang materi yang akhirnya nggak kita sentuh sama sekali
Ibarat anak belajar, materinya padat, buku yang dibaca lumayan tebal, sampai-sampai hal esensial dari pelajaran tadi lewat gitu aja
Gimana nggak lewat, praktik dan menghubungkan dengan hidupnya sehari-hari saja nggak sempat, bisa jadi malah nggak tahu caranya
Kita sebagai orang tua pasti tahu dong, anak-anak kita khususnya yang SD kelas bawah, mungkin juga di semua jenjang, waktu daring, kadang sibuk sendiri, boring bahkan agak-agak ngantuk waktu sang guru menjelaskan materinya terlalu banyak, nggak kontekstual dan lama
Parahnya, ada lho siswa yang sengaja matiin internet, dan besoknya bilang kalau kemarin koneksi internetnya down atau ngelek, ya ampun
Beda lagi waktu sang guru memintanya membuat project yang manfaatnya jelas buat mereka, merangsang imajinasi dan kreativitasnya sambil seru-seruan seperti goyang-goyang, nyanyi-nyanyi
Wah semangat banget tuh mereka, kadang orangtuanya juga dibuat kalang kabut bantuin mereka ambil inilah itulah
Tapi gara-gara itulah nyalanya api di pikiran mereka
Merdeka Belajar, salah satunya lewat Kurikulum Merdeka juga begitu dulur edukasi, didesain untuk menyalakan api di pikiran siswa, guru, kepala sekolah, pemegang kebijakan bahkan orang tua bisa jadi kita semua
Bila ditarik ke siswa, kurikulum ini mengajak kita semua berpihak ke kebutuhan siswa, melayani siswa dan semuanya buat kebaikan siswa
Keren kan?
Seperti kata Mas Menteri Nadiem Anwar Makarim dengan Kurikulum Merdeka semuanya jadi lebih sederhana, tidak bertumpuk materi, belajar jadi lebih fleksibel, menyenangkan, interaktif dan menyatu dengan alam
Kalau sudah seperti itu, siswa pasti punya banyak waktu melakukan eksperimen atau project sederhana yang relevan dengan isu-isu faktual atau teraktual di kehidupannya
Memerdekakan aspirasinya, mengembangkan minat dan bakatnya, pastilah
Belajar matematika atau sains yang ‘dogmatis’ lewat rentetan rumus di atas kertas yang wajib dihafal dan nggak tahu harus diapakan, no no no udah nggak lagi, kita nggak ingin kan buat mereka stress?
Sekaranglah waktunya menyalakan api sebanyak mungkin di pikiran kita semua
Ibarat kita bertemu anak kita, walau sebentar tapi berkualitas. Bukan sering ketemu, nasehatin ini itu itu ini, ceramah, lama sambil ngegadget, bisa-bisa mereka jenuh, akhirnya nasehat kita bagai angin yang masuk telinga kanan, keluar telinga kiri
Please, sekali lagi, pikiran adalah api yang harus dinyalakan, bukan bejana yang harus diisi
‘Tip’ atau ‘Tengok Inspirasi Pendidikan’ Kami Pekan Ini di MSG untuk Pendidikan LPMP Provinsi Jawa Timur dapat didengarkan juga di https://lpmpjatim.kemdikbud.go.id/jelita/
Eps 7 - Merespon Siswa yang Sulit Belajar dan Sering Gagal
Kali ini MSG untuk Pendidikan berbagi strategi bagaimana sebaiknya merespon siswa yang sulit belajar dan sering gagal.
Voice talents pendukung: Martha Ayu Dyani (remaja yang sulit belajar), Fathir Ibrahim (anak yang bertanya tentang jawaban PR ke ibunya), Winda Scorfi Anggraienna (ibu yang kurang responsif ke anaknya), Hamizan Nathan Putra Santoso (anak yang menangis), Dadang Wahyu Hendratmoko (Pak guru yang selalu menyalahkan siswanya), Diana Triastuty (Ibu guru yang bercerita ke siswanya)
Membebaskan siswa dari kesulitan belajar dan kegagalan tentu salah satunya menjadi tugas pendidik
Maka dalam bertindak atau merespon para siswa yang susah belajar maupun yang seringkali gagal, pendidik harus berhati-hati, salah-salah malah menanamkan rasa percaya ke diri para siswa tadi, mereka memang ditakdirkan untuk selalu gagal
Tidak menutup kemungkinan para siswa yang mengalami kesulitan belajar tadi disebabkan cara mendidik kita sebagai orangtua dan pendidik (guru) yang selama ini kurang atau tidak tepat
Terlepas dari itu semua, pendidik sebaiknya memaknai kegagalan adalah awal dari keberhasilan. Tanpa ada kegagalan, tidak akan ada yang pernah dipelajari oleh kita semua termasuk para siswa
Dari artikel Ginna Guiang-Myers di Edutopia yang judulnya How to Counter Learned Helplessness ada beberapa ciri siswa yang susah belajar dan merasa selalu gagal di kelas
Pertama, tidak mau menerima bantuan, meski sang guru menawarinya berulangkali
Kedua, lalu mudah menyerah, tidak mau berusaha dan gampang frustasi
Selain itu terlihat kurang semangat dan merasa dirinya tidak berharga atau rendah diri dibanding teman-temannya yang lain
Berikutnya, selalu punya banyak alasan mengapa solusi untuk dirinya agar tidak sulit untuk belajar tidak akan pernah berhasil
Podcast ini juga dapat didengarkan di https://lpmpjatim.kemdikbud.go.id/jelita/
Eps 6 - Menciptakan Kegemaran Menulis pada Anak-anak SD
Pembelajaran menulis bagi anak usia SD membutuhkan suasana yang lebih dinamis. Ide, percakapan, sharing, membangun imajinasi dan presentasi membantu mereka memperlancar dalam menulis
Pengalaman dari Justine Bruyere, seorang guru di Amerika Serikat yang memiliki spesialisasi dalam pembelajaran literasi, bisa ditiru.
Disadur dari edutopia.org, Justine telah menerapkan apa yang disebut dengan lingkaran literatur atau literature circle, di mana untuk membuat anak usia SD bergairah dalam menulis, sekelompok kecil anak bersama-sama mendiskusikan sebuah bacaan dan diskusi itu dilakukan berdasarkan pengalaman dan pemahaman mereka masing-masing.
Dalam metode tersebut, anak-anak secara reguler bertemu untuk berbagi draft (konsep/pemahaman) tentang menulis, mendiskusikan topik yang akan ditulis, serta memulai menulis sambil bermain mini drama untuk membangun imajinasinya dalam menulis. Kegiatan tersebut akan membantu setiap anak untuk menjadi penulis yang baik.
Podcast ini juga dapat didengarkan di https://lpmpjatim.kemdikbud.go.id/jelita/
Eps 5 - Memetakan Kemampuan Numerasi Siswa SD Kelas Awal melalui Asesmen Diagnosis
Asesmen Diagnosis membuat Kasa Novia Zamora mengetahui dan lebih mengenal kemampuan numerasi siswa-siswa kelas awalnya di SDN Beji 1 Kota Batu, mulai dari menghitung angka 1 sampai 10 memakai benda nyata, mengidentifikasi bilangan, membandingkan bilangan dan melakukan penjumlahan kurang dari 10 dan 20
Tidak hanya itu, melalui asesmen tersebut, Kasa juga menemukan siswanya yang kurang mampu dalam pengurangan, memahami nilai tempat, dan soal cerita
Dikutip dari laman Kemdikbud.go id, Asesmen Diagnosis adalah asesmen yang dilakukan secara spesifik untuk mengidentifikasi kompetensi, kekuatan, kelemahan peserta didik, sehingga pembelajaran dapat dirancang sesuai dengan kompetensi dan kondisi peserta didik. Peserta Didik yang perkembangan atau hasil belajarnya paling tertinggal berdasarkan hasil Asesmen Diagnosis, dapat diberi pendampingan belajar yang lebih intensif dan afirmatif.
Podcast ini juga dapat didengarkan di https://lpmpjatim.kemdikbud.go.id/jelita/
Eps 4 - Mengajak Anak Berpikir Kritis Bagian 2
Hamdiyatur Rohmah kembali berbagi mengenai berpikir kritis (critical thinking) pada anak. Kali ini Hamdiya memberikan beberapa langkah mendesain critical thinking pada anak (khususnya anak usia SD/Sekolah Dasar)
Podcast ini juga dapat didengarkan di https://lpmpjatim.kemdikbud.go.id/jelita/
Eps 3 - Mengajak Anak Berpikir Kritis Bagian 1
Hamdiyatur Rohmah, Guru SD dari Sekolah Alam Insan Mulia (SAIM) Surabaya berbagi wawasan mengenai critical thinking (berpikir kritis). Apa sebenarnya yang di maksud berpikir kritis pada anak (dalam hal ini anak-anak usia SD/Sekolah Dasar).
Dan apakah anak-anak yang acap kali bertanya dan suka mendikte teman-temannya termasuk anak yang berpikir kritis.
Beberapa hal lain tentang berpikir kritis ini juga akan dijelaskan secara sederhana oleh Hamdiyah.
Podcast ini juga dapat didengarkan di https://lpmpjatim.kemdikbud.go.id/jelita/
Eps 2 - Sekilas tentang Mikir Sing Genah (MSG) untuk Pendidikan
Kami mengajak pendengar untuk benar-benar memikirkan, tindakan apa saja yang harus dilakukan untuk menuju pendidikan yang lebih baik.
Dengan MSG untuk Pendidikan, kami hadir untuk ngobrol/berbincang santai dari hati ke hati bersama para widyaprada, pengembang teknologi pembelajaran, guru penggerak, praktisi pendidikan, pengamat pendidikan, para diaspora Indonesia di luar negeri, orangtua siswa/murid, sukarelawan pendidikan (bisa dari kalangan selebriti) dan lain sebagainya (dikemas menjadi podcast) demi menginspirasi dan memotivasi customer agar segera bergerak melakukan hal yang benar “seremeh” apapun itu bagi dunia pendidikan (meskipun dianggap kurang strategis/penting oleh kebanyakan orang)
Semua episode Podcast MSG untuk Pendidikan ini juga dapat didengarkan di https://lpmpjatim.kemdikbud.go.id/jelita/
Eps 1 - Cara Menumbuhkan Kegemaran Membaca pada Anak
Minat baca pada anak juga dapat dibangun di sekolah. Untuk itu, sekolah mesti memikirkan strategi terbaik untuk menumbuhkan minat baca pada para siswa. Salah satunya dengan memperkaya pilihan bacaan bagi anak-anak.
Hal itu pula yang dilakukan oleh Yorkville Grade School, sebuah sekolah dasar di sebelah barat Chicago, Amerika Serikat. Sekolah ini menempatkan pertumbuhan minat baca dalam daftar prioritas mereka.
Untuk itu, sekolah ini tidak tanggung-tanggung mengeluarkan anggaran untuk belanja buku agar para siswanya menemukan kesukaan pada membaca.
Strategi pertama yang dilakukan sekolah ini adalah mengembangkan koleksi perpustakaan. Mereka sadar bahwa perpustakaan sekolah adalah awal yang baik untuk menumbuhkan ekosistem membaca di sekolah tersebut. Mereka mengikuti rekomendasi dari Donalyn Miller dan Colby Sharp yang tertuang dalam buku berjudul Game Changer: Book Access for All Kids. Di buku tersebut direkomendasikan bahwa perpustakaan sekolah setidaknya harus memiliki koleksi 300 hingga 1.000 buku.
Podcast ini juga dapat didengarkan di https://lpmpjatim.kemdikbud.go.id/jelita/