Aku Elysa

Aku memuntai jika kado sederhana itu adalah aku yang menyempurnakan atas segala kekuranganmu. Dan menjadi jawaban terbesar atas doa yang selalu kau rapalkan dalam setiap sujudmu.

Bisa apa mereka yang mengeruk tanah ? Tahu apa mereka yang hanya menaruh sapi perah ? Dan akan bagaimana mereka yang bekerja dengan seragam disawah ? Tidakkah kita menjadi paling terkutuk saat ada yang berteriak kelaparan, namun bungkam sedangkan tubuh ini yang paling kenyang atas apa yang telah mereka tanam.
Kehidupan ini nampak ditelanjangi,
Diperadukan karena nafsu, dan dimenangkan oleh persetubuhan politik dan kepentingan, dan harga nyawa serta harapan menjadi bahan obralan.

Marsinah sudah dipaksa tutup usia, pelakunyapun entah tidak tahu siapa, mata kitapun nampak diam membiarkan begitu saja
Sedangkan para pekerja dibiarkan bersuara hingga menemui hausnya.

Jika saja kurangmu terasa istimewa, mengapa susah payah menjadi sempurna untuk terlihat bahagia, jika apa adanya dirimu diterima dengan terbuka, mengapa mencari ada apanya untuk terlihat luar biasa, Jika kata cukup bisa membuat kita merasa terpenuhi, mengapa masih saja mencari kata lebih untuk membuat kita merasa percaya diri.

Manusia lain berhak bahagia, cinta tidak hanya milikmu dengan si-dia, ada yang disebut cinta dengan pemaknaan berbeda. Harfiah tidak bisa dilogikakan ketika berbicara cinta, juga tidak bisa dirasionalkan atas nama rasa, langkahmu hanya perlu menerima, berdamai dengan rasa namun tetap menyelam dengan akal sehat manusia.

kita yg harus merelakan tatap muka diganti dengan mengakses yang dioptimalkan paket data, katanya kita harus stay at home,hingga kuliah menjadi in home,dan faktanya tugas kuliah yg diberikan ora iso alon-alon. Masa isolasi diperpanjang hingga juni banyak mahasiswa mengeluh tentang ganti rugi atau fasilitas pengganti, belum lagi karena rasa bosan yang menghantui atau rasa khawatir karena berjauhan dengan doi.
Belum usai pembicaraan kita mengenai corona dampak luar biasa telah dimuntahkan dengan nyata, apalagi tepat hari ini kita menjalankan ibadah puasa, yang harusnya kita sambut dengan suka cita, tapi menilik kebijakan yang ada, tarawih harus dirumah saja, buka puasa bersama harus alpa, dan tradisi ngabuburit sepertinya akan menjadi hayalan belaka.

Kita pergerakan mahasiswa, pantang dibeli dialektikanya apalagi dipasarkan intelektualnya.