dunia tanpa suara
By way
(find me on Instagram: @wa.yasin).
dunia tanpa suaraMay 14, 2021
hulu: selamat hari istimewa untuk yang paling istimewa
hulu: perlombaan paling adil
hulu: bahagia pun butuh jeda
Rasanya nggak adil ya kalau kita menguras kebahagiaan yang sekarang sedang rasakan dengan ekspektasi nggak masuk di akal yang bahkan nggak siapapun bisa wujudkan. Dia bikin saya bahagia, harusnya cukup berhenti sampai disitu, tidak perlu ada embel-embel tambahan seperti, saya mau bahagia ini menjadi kekekalan yang berjangka panjang. Rasanya, kayaknya akan lebih mudah kalau kebahagiaan ini cukup dirasakan saja, disyukuri keberadaannya, sehingga dengan rasa syukur yang saya miliki itu, bisa menjadi alasan kuat bagi saya untuk menikmati momen yang ada tanpa perlu berekspektasi tinggi pada kebahagiaan yang sejatinya tidak perlu menjadi harus.
hulu: tempat paling nyaman untuk pulang
tapi, ketika sendiri pun rasanya nggak masalah, kebersamaan dengan orang lain bisa membuat kita jauh lebih menghargai hubungan itu sendiri, karena kita nggak sekadar punya, tapi juga paham bahwa rumah itu bukan cuma untuk ditinggali, tapi juga untuk dijaga supaya senantiasa nyaman untuk ditempati.
monolog: yang paling melegakan dari perpisahan
"Karena ketika kamu berpisah dengan seseorang, kebahagiaannya sudah bukan tanggung jawab kamu lagi, dan kepedihannya pun sudah bukan karena kamu lagi."
monolog: bercerita tentang kehilangan
"namun dalam setiap prosesnya kita akan paham, bahwa rumah yang kita cari sebetulnya bisa kita bangun seorang diri. rumah yang paling nyaman; rumah yang betul-betul memiliki fungsinya sebagai rumah—yang bisa melindungi kita dari panas dan hujan, serta ancaman bahaya dari dunia luar."
monolog: berbicara tentang perasaan
enggak ada yang salah dengan memiliki perasaan, tetapi menuhankan perasaan sendiri untuk mengontrol kita dalam labirin yang membatasi gerak dalam melakukan sesuatu, itu baru namanya enggak baik. Sebab, yang berlebihan biasanya memang selalu mengantarkan kita pada luka.
hulu: rehat sejenak dari tingginya ekspektasi
Semesta enggak jahat. Orang lain yang mematahkan kepercayaanmu sebenarnya juga enggak pernah betul-betul berniat melakukan itu. Memang begitu hakikatnya. Ketika ego sudah memberi makan segala yang nggak baik, untuk mensahkan dosa yang kita pupuk ke diri sendiri maupun orang lain, pada saat itulah semesta melakukan tugasnya untuk menyadarkan kita, walau rasanya harus patah selama beberapa saat, dan itu enggak jahat.
monolog: perihal hidup dan pelarian
waktu enggak akan berhenti, tapi hidup bukanlah pelarian. nikmati pelan-pelan, ada banyak pemandangan yang mungkin sayang untuk dilewatkan kalau kamu terlalu terburu-buru.
monolog: mau sampai kapan bohongin diri sendiri?
kadang kita pura pura gatau kalau orang yang diharapin peduli itu sebenernya enggak pernah benar benar peduli. sampai pada akhirnya nanti, kita akan berjumpa di titik "sudahlah, mau sampai kapan bohongin diri sendiri?"
monolog: rumah untuk pulang
"apakah kamu harus menjadi rumah untuk semua orang?"
"aku tidak ingin ada yang merasa kesepian"
"tapi percuma menjadi rumah bagi siapapun jika yang dijadikan rumah pun tidak merasa bahagia"
monolog: gelap betul malam ini
"gelap sekali"
"di luar angkasa juga gelap. hitam tanpa cahaya"
"ada lagi yang lebih gelap, kok"
"apa?"
"hidup tanpa harapan"
"emangnya harapan kayak cahaya?"
"barangkali"
"kecepatannya 3 x 10^8?"
"tidak ada yang tahu"
"terus kenapa kayak cahaya?"
"enggak tahu, asal bicara saja"
"gelap betul malam ini"
"memang"
"tapi semoga besok, masih ada pagi"
"ya pasti ada pagi lah!"
"kan tidak ada yang tahu."
"benar juga. tapi memang betul betul gelap ya"
"biar saja. nanti juga tuhan ganti dengan cahaya yang baru."
monolog: nanti juga sembuh sendiri
"aku tidak mau ikut-ikut standar"
"loh memangnya kenapa"
"nanti kecapekan"
"kalau capek, ya istirahat"
"kalau capeknya enggak selesai-selesai gimana?"
"ya, berbaring saja"
"kalau malah makin penat gimana?"
"mungkin butuh rehat lebih lama"
in collaboration with: mario aditya
hulu: makna yang tidak terbatasi bahasa
menjadi makna yang juga diterima oleh orang yang mendengarnya. Pasti selalu ada bias. pasti selalu ada kebengkokan dari proses penyampaian makna yang mau kita sampein ke orang
lain. dan itu bukan salah siapa-siapa karena pada kenyataannya, hal-hal seperti itulah yang bikin hidup
kita jadi lebih berwarna."