podcastnya Mel Damayanto

- jelajah rasa dari puisi Celana karya Jokpin

Emaus artinya sumber mata air panas. Dan nampaknya arti Emaus itu benar-benar menggambarkan bagaimana suasana hati kedua orang murid yang akhirnya bergelora dan menyala kembali gairah hidupnya setelah mengalami perjumpaan kembali dengan Yesus.

Sebelum abad ke-4, para pengikut Kristus hanyalah kelompok sempalan dari agama Yahudi yang jumlahnya kecil. Walau begitu, kelompok kecil ini mampu memberi warna yang berbeda di dalam masyarakat, terutama karena mereka menghayati dan membawa norma-norma baru yang tidak populer bagi masyarakat pagan di sekitar mereka. Mereka terkenal baik dan suka berbagi dalam segala hal kecuali berbagi tempat tidur (sex), yang nampaknya pada saat itu merupakan praktik yang wajar. Mereka mengabaikan kematian (baca: tidak takut mati) dan rela mengambil risiko apapun demi mempertahankan apa yang mereka anggap benar. Yang paling "membahayakan", mereka menolak praktik memuja dan menyembah Kaisar Roma, yang pada saat itu dianggap sebagai "Tuhan" dan "penyelamat" dunia (Imperium Roma). Dan dalam konteks inilah muncul pengakuan bahwa Yesus lah yang merupakan TUHAN dan Juruselamat mereka. Bukan Kaisar. Nah, diskusi kita kali ini hendak menelusuri, apakah Kekristenan kita sekarang juga membawa norma-norma baru yang turut andil dalam mengubah tatanan sosial budaya masyarakat? Dalam bahasa yg lebih sering kita gunakan dalam gereja, pertanyaan itu menjadi demikian; sejauh mana kita ikut berperan dalam menggarami dunia sekitar kita?

Walau mempunyai peran kunci dalam kisah penyaliban Yesus, hanya sedikit informasi mengenai profil Yudas Iskariot yang bisa kita dapatkan dari Injil sinoptik. Bahkan, motif utama dibalik aksi pengkhianatan Yudas pun hanya disinggung sekilas saja; yaitu bahwa ia melakukan semua ini karena motif uang atau self interest. Minimnya informasi di seputar Yudas dan aksi pengkhianatannya membuat kita tidak dapat mengambil pelajaran penting dari kekeliruan Yudas. Podcast kali ini adalah upaya untuk memahami aksi Yudas dengan menempatkannya kembali di dalam konteks sosio-historis-politik pada saat itu. Baru setelah memahami dalam konteks saat itu kita akan menariknya ke masa kini untuk kemudian mencari relevansi dengan keadaan kita sekarang ini.

Pada podcast pertama saya ini, saya akan berbagi cerita tentang kisah seekor tikus yg walau telah bertransformasi beberapa kali menjadi mahluk lain tetapi jati dirinya sebagai seekor tikus tetap tak berubah.