Suara BangPay
By Pay Jarot Sujarwo
Suara BangPayJul 13, 2021
Jadi Seniman
Sejak kecil jika ditanya cita-cita saya suka menjawab, ingin jadi seniman. Saya tak terlalu ingat alasannya kenapa, bisa jadi karena saya punya paman (almarhum) yang sejak saya kecil sering memutar kaset Iwan Fals. Di kamar paman juga terpajang poster Iwan Fals. Rasa-rasanya ini keren. Seniman. Saya pengen.
Islamic Trip ke Vietnam Eps 29: Terima Kasih Vietnam
Bang Yusof sudah memperkenalkan saya dengan sebagian lelaki Melayu Champa dari kampung Chau Doc, Provinsi An Giang, Vietnam. Di kedai kopi, seusai sholat fardhu di masjid, ada banyak percakapan yang mengalir begitu saja dari orang-orang berwajah polos ini.
Bang Yusof sudah membacakan kitab Arab Melayu yang menceritakan asal usul nenek moyang mereka. Ia juga sudah membawa saya berkeliling Chau Doc. Menelusuri masjid demi masjid. Kampung demi kampung.
Usai sholat subuh di hari terakhir, Bang Yusof juga mengajak saya berlama-lama di masjid. Terhidang kopi khas Vietnam. Beberapa lelaki, sebagian sudah berumur, duduk melingkar. Berbicara bahasa Vietnam yang tak saya mengerti.
Islamic Trip ke Vietnam Eps 28: Sejarah di Tangan Pemenang
Dari teras rumah kami masuk ke ruang tamu. Cukup luas. Di sudut-sudutnya tergantung gamis perempuan yang lumayan banyak. Saya tanya ke Bang Yusof, apakah pakaian itu dijual? Ia membenarkan. Diceritakan pula kepada saya bahwa istrinya yang menjahit semua pakaian tersebut.
Selanjutnya bang Yusof mengambil sebuah kitab, membukanya, dan mulai membaca. Kitab itu bertuliskan huruf Arab, tapi pengucapannya Melayu. Waktu SMA saya pernah dapat pelajaran seperti ini. Orang-orang di Jawa menyebutnya Arab Jawi.
Dari apa yang dibaca bang Yusof akhirnya saya mengetahui bahwa orang-orang Muslim yang ada di daerah Chau Doc ini berasal dari Trengganu. Kakek moyang mereka merantau ke daerah ini. Mendakwahkan Islam dan mencari penghidupan yang baru.
Islamic Trip ke Vietnam Eps 27: Ajaran Nabi
Hari berikutnya saya benar-benar menghabiskan waktu dengan Bang Yusof. Dimulai dari sarapan di rumahnya. Sambil menyantap hidangan khas Vietnam (sayur seperti ditumis) dimakan bersama roti atau bisa juga nasi.
Percakapan pertama tentang makanan. Ya, di makanan yang dihidangkan, ada setumpuk garam disediakan di piring kecil. Garam ini bukan untuk mengoreksi rasa sayur, andai sayur tersebut kurang asin, melainkan dicocol dengan jemari lalu diemut.
Garam ini dicicipi sebelum aktivitas makan dimulai. Dan nanti kembali dimakan setelah aktivitas makan utama selesai.
“Ini yang diajarkan Nabi,” kata bang Yusof.
Islamic Trip ke Vietnam Eps 26: Tahlilan
Bang Yusof memberitahu bahwa di dekat sini ada penginapan sederhana. Saya bisa menginap di sana selanjutnya untuk beberapa hari tinggal di Chau Doc bang Yusuf bisa menemani. Saya setuju. Saya sampaikan akan menghabiskan tiga malam di Chau Doc.
“Malam ini ada acara membaca tahlil. Ada orang kampong sebelah yang wafat. Nanti saya jemput, kita pergi sama-sama.”
Saya tidak bisa menolak. Lagipula, ini yang saya cari. Bertemu banyak orang lokal. Mendengar banyak cerita.
Sholat Ashar tadi sudah jamak ketika sholat zuhur. Saya manfaatkan waktu untuk istirahat. Maklum, habis melakukan perjalanan panjang sejak dini hari dengan durasi tidur yang sangat pendek malam sebelumnya.
islamic Trip ke Vietnam Eps 25: Bang Yusof Orang Melayu Champa
Sekarang fokus saya ke lelaki berbahasa Melayu. Ia memperkenalkan dirinya dengan nama Yusof. Bang Yusof. Ia bertanya agak detil tentang diri saya. Dari mana? Kenapa bisa sampai di tempat ini? Apakah ada tujuan khusus? Tinggal berapa lama di sini? Dan pertanyaan-pertanyaan lainnya.
Sembari saya menjawab sembari bang Yusof menjelaskan ke orang-orang dengan Bahasa Vietnam. Sebagian dari mereka mengangguk-angguk. Sebagian bertanya balik. Sebagian terlihat asik menikmati kopi.
Saya ceritakan sudah mengetahui tempat ini dari internet. Jadi ketika berkesempatan menjejakkan kaki di Saigon, saya ikhtiarkan untuk sampai di sini. Saya juga dalam proses belajar Islam mendalam dan bisa berjumpa dengan saudara sesame muslim di sini tentu saja membuat gairah keislaman saya menyala-nyala
Meskipun bang Yusof bisa berbahasa Melayu tetapi belum tentu ia bisa memahami seluruh kalimat yang saya sampaikan. Terbukti beberapa kali ia meminta saya mengulangi. Bukan karena tidak mendengar tetapi memang tidak mengerti. However Bang Yusof begitu antusias.
Islamic Trip ke Vietnam Eps 24: Berpisah dengan Nguyen
Persis di sebelah Masjid ada kedai kopi. Nguyen bilang bahwa mereka akan menunggu di kedai kopi sembari membiarkan saya masuk. Sholat zuhur.
Seperti masjid sebelumnya, warna hijau juga dominan di sini. Bulan sabit dan bintang menghiasi kubah. Sekali lagi, nyaris tak beda dengan bangunan masjid di Indonesia. Di kiri kanan halaman terdapat deretan bangku dari semen. Saya mantap masuk ke dalam. Menuju tempat wudhu. Bersyukur penuh haru.
Ada banyak orang yang sudah bersiap berjamaah. Laki-laki saja. Tak saya lihat perempuan. Sebagian besar jamaah lelaki ini berpakaian gamis terusan. Satu dua orang memakai sarung. Peci putih. Rata-rata berusia lanjut. Kemana anak mudanya? Pertanyaan ini hanya saya lontarkan dalam hati.
islamic Trip ke Vietnam Eps 23: Masjid Jamiul Azhar
Saya merasakan suasana yang jauh berbeda. Saigon – An Giang. Ini bukan sekadar perbedaan antara kota dan desa seperti yang kerap kita jumpa di berbagai pelosok dunia. Kota dengan berbagai simbol kemodernannya. Hiruk pikuk. Sibuk. Desa dengan sunyi senyapnya. Santai. Khusuk dengan aktivitas keseharian yang relatif menenangkan. Atau, kota dengan keberlimpahan harta yang terlihat secara zahir. Desa dengan berbagai macam potret kemelaratan. Ciri khas kehidupan di sistem sekuler kapitalistik.
Tapi Saigon – An Giang berbeda. Ada warna spiritualitas yang begitu kentara. Ruang-ruang publik yang carut marut dan dipenuhi berbagai simbol palu dan arit, tiba-tiba berubah dengan pemandangan lelaki bersarung dan sebuah bangunan berkubah dengan warna putih hijau dominan. Simbol bulan dan bintang. Masjid. Muslim. Islam.
islamic Trip ke Vietnam Eps 22: Akhirnya Sampai
anjang sungai ini sekitar 4,345 KM membentang dari hulunya di Tibet dan bermuara di laut dari delta Vietnam. Melewati beberapa negara, sebut saja Cina, Myanmar, Laos, Thailand, Kamboja, dan Vietnam. Namanya sungai Mekong. Seperti sungai dimanapun berada, selalu ada cerita peradaban juga dinamikanya.
Dalam perjalanan menuju Povinsi An Giang, kami dua kali melewati Sungai. Harus naik kapal penyeberangan (seperti Fery). Situasinya tak terlalu beda jauh dengan Sungai Kapuas di Pontianak. Jadi tak terlalu mengherankan bagi saya.
Islamic Trip ke Vietnam Eps 21: Tentang Pemahaman
Kedai kopi tempat kami singgah jangan pernah diduga seperti kedai-kedai kopi modern di perkotaan. Ini hanya pondok sederhana. Seperti bangunan setengah jadi yang terbuat dari kayu. Atap seng, rangka bangunan dengan dinding yang tidak full. Tak seperti kedai kebanyakan. Tak banyak kursi dan meja di sana. Hanya dua atau tiga. Sisanya beberapa Hammock yang digantung di beberapa sudut.
Seorang paruh baya datang. Menawarkan mau minum apa. Pilihannya hanya dua (menurut Nguyen), kopi panas atau kopi dingin. Saya pilih kopi panas. Order selesai, Nguyen dan teman-temannya langsung menyerbu Hammock yang tersedia. Saya ikut-ikutan. Lumayan juga. Rebahan sambil terombang-ambing pelan. Otak kepala saya masih dipenuhi dengan doktrin negara yang keluar dari moncong Toa.
Islamic Trip ke Vietnam Eps 20: Corong-corong Toa
Awalnya Nguyen memang sempat bilang bahwa akan mengajak temannya untuk mengantar saya ke Provinsi An Giang. Tapi saya tak menduga kalau temannya itu ternyata banyak sekali. Kalau saya tidak salah ada lima atau enam sepeda motor. Berarti ada 11 orang atau 12 orang dengan saya.
“Sebenarnya kalian ini mau ke mana?” tanya saya.
“Kami mau camping,” Nguyen mengaku selain mengantar saya, ia dan teman-temannya akan menginap di daerah lain (saya lupa nama tempatnya).
islamic Trip ke Vietnam Eps 19: Kenapa Kera Tidak Punah
Dulu, sekitar tahun 2008an saya punya beberapa teman yang mengaku tak bertuhan. Sebagian besar dari mereka dari Barat. Saat terjadi dialog dengan orang-orang ini sebagian besar dapat dipahami. Meskipun untuk berbicara Inggris saya tak terlalu fasih, tapi mendengar orang cakap Inggris bisa lah saya memahami.
Tapi kali ini saya berhadapan dengan Nguyen, seorang atheist yang harus berjuang sekuat tenaga untuk memberikan saya pemahaman bahwa Tuhan itu tidak ada. Bahasa Inggrisnya centang perenang. Beberapa kali ia menyebut tentang keunggulan ilmu pengetahuan. Beberapa kali ia menyebut tentang bodohnya orang-orang yang beragama. Tapi saya tidak terlalu clear dengan penjelasannya.
islamic trip ke Vietnam eps 18: Its Stupidity
Setelah perang Indochina kedua berakhir Vietnam terbagi menjadi dua bagian. Utara dan Selatan. Utara beraliran komunis yang disupport penuh oleh Soviet dan Selatan mendapat dukungan dari Amerika Serikat untuk menjalankan demokrasi. Setelah kurang lebih 20 tahun mengalami perang akhirnya kedua negara ini bersatu kembali pada tahun 1976. Alirannya komunis.
Akan tetapi setelah runtuhnya komunisme dunia tahun 90an, Vietnam ikut membuka pintu dalam pasar ekonomi dunia hingga beberapa prinsip ekonomis sosialis telah digantikan oleh ekonomi kapitalis. Negara komunis ini tak lagi utuh. Dimasa pemerintahan Bill Clinton pada tahun 1995 hubungan Amerika Serikat dan Vietnam terlihat cukup baik.
Islamic Trip ke Vietnam Eps 17: Selamat Datang di Negeri Komunis
Saya nyaris memiliki anggapan bahwa tidak semua negara komunis itu identik dengan kemiskinan. Buktinya Saigon. Ho Chi Minh City. Ada hotel Sheraton yang menjulang tinggi. Kawasan para turis tertata rapi. Taxi yang berseliweran keliatan mewah. Rumah Dong, tempat saya menginap, berbentuk ruko yang lantai bawahnya berfungsi sebagai kantor.
Tapi persepsi itu berubah ketika berjumpa Nguyen. Apa yang saya saksikan di Saigon terjadi di distrik 1. Sedangkan rumah Nguyen berada di distrik 7. Ini adalah perjalanan kurang lebih 50 menit atau 1 jam dengan sepeda motor.
islamic Trip ke Vietnam Eps 16: Rencana Berikutnya
Pham Ngu Lao Street adalah kawasan backpacker di Saigon. Tak terlalu beda jauh dengan Pub Street di Siem Reap atau Khaosan Road di Bangkok. Atau di tempat-tempat lain. Situasinya sudah dapat dibayangkan. Lorong-lorong jalan. Hostel. Cafe dan resto. Toko-toko yang menjual berbagai macam barang keperluan wisatawan. Tak lupa lalu lalang traveler dari berbagai sudut dunia.
Sehabis sholat magrib dan makan malam saya diantar ke tempat ini. Bukan ingin berlama-lama. Saya hanya perlu memastikan lokasi hostel, antisipasi kalau-kalau saya harus menginap. Sisanya, saya tak terlalu tertarik. Aroma kemaksiatan juga tercium di sini.
Makan Durian Sambil Bincang Ringan Soal Hijrah
Rabu, 11 Agustus adalah hari libur nasional yang digeser. Ini momentum yang akan selalu diingat oleh masyarakat negeri ini. Sebab baru pertama kali negara menggeser sebuah hari besar. CMIIW. Muharam. liburnya tanggal 2 :-)
Masih musim durian di Pontianak, saya dan beberapa teman makan durian sambil obrol-obrol ringan soal Hijrah. Put your headphone on and enjoy the poscast
Bertemu Islam Eps 2
cerita lanjutan tentang pertemuan saya dengan islam
Islamic Trip ke Vietnam Eps 15: Orang-orang Boyan
Ketika bertemu Dong di malam pertama ketibaan, lelaki ramah itu memberi tahu bahwa wifi tersebar dimana-mana di kota Saigon ini. Tak susah untuk punya koneksi internet. Bahkan kedai kopi kecil pun, tersedia wifi.
Karena di Kota Saigon saya tidak lama, jadi saya putuskan untuk tidak membeli SIM Card. Koneksi, mengandalkan free wifi. Pagi hari ketika masih di rumah Dong, saya googling segala keperluan saya sepanjang hari. Informasi Masjid. Rute menuju ke lokasi tertentu. Kedai kopi yang direkomendasikan.
puisi Kesadaran
https://www.youtube.com/watch?v=bxEF7K_NxkA
Islamic Trip ke Vietnam Eps 14: Aroma Kopi Aroma Penjajahan
Mungkin tak banyak yang tau bahwa Vietnam merupakan negara penghasil kopi terbesar di Asia Tenggara dan nomor 2 di dunia setelah Brasil. Tanaman Coffea pertama yang tumbuh di Vietnam adalah bawaan dari bangsa Prancis pada abad ke-19. Kalau ada aroma kopi tentu saja kita tak boleh melupakan aroma kebengisan penjajah. Tanaman yang konon pernah dihargai seperti emas ini tak dipungkiri telah menjadi salah satu penyebab jutaan manusia dibunuh dengan keji.
Islamic Trip ke Vietnam Eps 13: Dendam Kesumat Terhadap Sekulerisme
Ia memperkenalkan diri dengan nama Khaidir. Nama seorang traveler, batin saya. Di selar Masjid kami terlibat pembicaraan menarik. Awalanya ia bertanya tentang rute mana saja yang bisa dijelajahinya terkait agendanya mengumpulkan data untuk tesis. Ia sudah riset sebelumnya. Tapi siapa tau setelah bertemu saya, setidaknya dia dapat info tambahan.
Islamic Trip ke Vietnam Eps 12: Percakapan yang Seru
Vietnam selatan beriklim tropis. Suhunya hampir sama dengan Indonesia. Panas. Sepanjang pagi saya jalan kaki. Lumayan berkeringat. Beruntung saya kembali sampai di Masjid Dong Du masih awal. Masih sempat istirahat.
Selesai wudhu saya masuk ke area masjid. Tidak langsung masuk ke halaman utama. Tapi memperhatikan sekeliling. Masih sepi. Tak lama kemudian orang-orang mulai berdatangan. Tak hanya orang Vietnam. Tetapi orang dari mana saja. Beberapa wajah dapat saya kenali. Misalnya India, Timur Tengah. Saya lihat juga satu dua orang berwajah Indonesia atau mungkin Malaysia. Sebagian lain tak saya ketahui mereka dari negara mana. Berkulit putih, khas orang-orang Eropa.
Mereka kaum muslimin yang besiap menunaikan sholat jumat. MasyaAllah, masjid ini hampir penuh ketika adzan berkumandang. Ramai juga, batin saya.
Islamic Trip ke Vietnam Eps 11: Aroma Perlawanan Tercium
Bagi orang Indonesia seperti saya melihat gambar palu dan arit dengan background berwarna merah dan tersebar di berbagai media, tentu saja punya sensasi tersendiri. Betapa tidak, gambar yang sudah mahfum dengan ideologi komunisme ini dilarang keras beredar di Indonesia.
Meski dulu, waktu pernah berkenalan baik dengan orang-orang kiri di Jogja pernah lah sekali dua melihat gambar ini. Diaplikasikan di kaos, majalah, pin, topi. Tapi ya itu. Tidak massive. Juga untuk kalangan terbatas. Tidak bebas berkeliaran.
Bertemu Islam Eps 1
Ini adalah cerita tentang proses saya bertemu Islam. Setelah menjalani kehidupan yang begitu jauh dari ketaatan, akhir dalam sebuah perjalanan panjang, saya bertemu Islam.
Eps Musim Haji
Hari ini hari raya Haji. Selain peristiwa qurban ada satu hal yang tak boleh dilupa saat musim haji. Peristiwa aqobah. Ini adalah ikhtiar Rasulullah menemui kabilah-kabilah. Ikhtiar ini dilakukan setiap tahun. Setiap musim haji. Hingga di tahun 11 kenabian, Rasul Muhammad SAW berdialog dengan 6 orang dari Yatsrib. Mereka adalah As’ad bin Zurarah, Auf bin Harits, Rafi’ bin Malik, Quthbah bin Amir, Uqbah bin Amir, dan Jabir bin Abdullah. Enam orang ini menerima Islam dan mengabarkan tentangnya kepada orang-orang di Yastrib sekembalinya mereka dari Aqobah.
Islamic Trip ke Vietnam Eps 10: Pagi Pertama di Saigon
Pagi tiba. Ini saatnya eksplorasi kota Saigon. Oh iya agar tak bikin bingung jika saya menyebut Saigon itu artinya Ho Chi Minh City. Jika saya menyebut Ho Chi Minh City itu artinya Saigon. Sama saja. Original namenya adalah Saigoin. Karena alasan politik, nama kota ini diubah menjadi Ho Chi Minh City.
Kediaman Dong sebenarnya tidak betul-betul tepat di tengah kota. Membutuhkan waktu setengah jam atau bahkan 45 menit dengan sepeda motor. Tadi malam kami sudah sepakat, pagi hari Dong akan pergi bekerja di pusat kota, saya membonceng, lalu nanti malam hari Dong akan menjemput saya untuk kembali ke rumah.
Islamic Trip ke Vietnam Eps 9: New Perspective
Dong tidak bisa dan tidak mau langsung percaya tentang eksistensi Tuhan. Tak mengapa. Toh kami baru saja jumpa. Tapi ia masih penasaran tentang Islam. Agama yang diketahuinya tentang media. Agama yang rasanya begitu mudah membuat pemeluknya meledakkan dirinya di bandara.
“Apakah itu ajaran Islam?”
“No,” jawab saya. Selanjutnya saya ceritakan bahwa informasi yang didapatkannya tentang Islam adalah salah. Sumber informasi itu adalah media.
Islamic Trip ke Vietnam eps 8: God Does Exist
Saat landing di Ho Chi Minh City, hari sudah malam. Agar punya tenaga untuk eksploring kota esok harinya maka agenda pertama adalah istirahat. Tapi sangat tidak sopan bagi seorang guest yang sudah diberikan couch oleh host, kemudian nyelonong begitu saja. Tak ada kamus begini bagi traveler.
Saya dan Dong bercakap-cakap di halaman rumahnya. Pemandangannya adalah jalan raya. Setelah basa-basi perkenalan percakapan mulai hangat saat kami berbicara tentang Tuhan. Dong mengaku penasaran kenapa orang berpikir bahwa Tuhan itu ada. Karena saya mengaku beragama Islam, maka Dong meminta aku bercerita tentang Islam.
Islamic Trip ke Vietnam eps 7: Dong Tak Punya Tuhan
Seperti biasa, sebelum melakukan perjalanan persiapan sesuai kebutuhan sudah harus dilakukan sebelum berangkat. Pakaian, buku bacaan, dokumen travel, juga orang-orang yang akan ditemui di lokasi tujuan.
Untuk teman-teman yang punya impian ingin berpetualang, saya tidak merekomendasikan “biarkan mengalir seperti air” atau “biarkan terbang seperti debu” kemudian tidak membuat rencana perjalanan.
A Little Miracle
tulisan oleh Yudha Pedianto
(Beberapa keajaiban kecil saat berpulangnya Ibu)
Ketika Ibu didiagnosis suspect Covid-19, dan harus dirawat intensif di ruang isolasi khusus di PKU Delanggu, kami cari-cari perawat tidak dapat-dapat (karena harus siaga 24 jam bersama pasien tidak boleh keluar kamar sampai sembuh, yang diperkirakan 10 sampai 15 hari). Akhirnya istri saya yang menunggu. Dan ternyata hanya semalam istri saya mendampingi Ibunya. Dan itu adalah bakti terakhirnya kepada beliau.
Islamic Trip ke Vietnam eps 6: Perjalanan Berikutnya
Saya perlu memberi tahu (atau mungkin mengulangi bercerita), bahwa kejadian² yang saya temui dalam perjalanan tentang ukhuwah Islamiyah justru terjadi saat saya begitu jauh dari Islam.
-
Ini bisa disebut sebagai perantara bagi saya untuk pada episode selanjutnya mengenal Islam. Tentu saja peran Allah begitu besar.
Islamic Trip ke Vietnam Eps 5: Perempuan berkerudung Pedagang Roti
Masih tentang cerita tidak mau makan babi. Kali ini kejadiannya di sebuah desa kecil di utara Thailand, Mae Chan, Chiang Rai.
Setelah satu minggu di Seam Reap, perjalanan saya lanjutkan ke Bangkok lewat jalur darat. Terminal bis antar negara di Bangkok berada di kawasan Pasar Chatuchak.
Di Bangkok saya menginap di rumah teman yang beragama Islam. Di tempat ini pertama kalinya saya mengerti konsep memuliakan tamu yang sudah diajarkan nabi semenjak 14 abad lalu.
Islamic Trip ke Vietnam Eps 4: Tidak Makan Babi
“Jobs fill your pocket. Adventures fill your soul.”
― Jaime Lyn Beatty
Siem Reap adalah kota yang walkable. Seperti kawasan backpacker pada umumnya, hotel, café, restoran akan sangat mudah kita jumpa. Akan mudah pula kita jumpa berbagai ras manusia berjalan kaki mengelilingi kota, bersenda di café, negosiasi dengan pengemudi tuk-tuk, memotret berbagai objek, atau memenuhi restoran saat jam makan tiba.
Islamic Trip ke Vietnam Eps 3: Siem Reap dan Kebiadaban Kapitalisme
Islamic Trip ke Vietnam Eps 2: Punggung Israel
Pesawat dari Pontianak terbang ke Kuala Lumpur. Landing sore hari. Pesawat berikutnya pukul lima pagi keesokan harinya menuju Phonm Penh.
Islamic Trip ke Vietnam eps 1: Backpacker Anti Mainstream
Poinnya saya ingin bercerita tentang pengalaman perjalanan saya. Semoga bukan cerita membosankan. Selamat mendengarkan
Budi Utomo dalam Dekonstruksi Kebangkitan Nasional
Narasi kebangkitan nasional sudah banyak dikritisi oleh para ahli sejarah Islam di Nusantara. Mereka menggugat narasi yang mengatakan bahwa kebangkitan nasional dipelopori oleh Boedi Oetomo. Para sejarawan muslim mengklaim bahwa Sarekat Islam lebih layak disebut sebagai pelopornya. Gugatan itu masih sebatas rekonstruksi. Padahal yang perlu dilakukan lebih dari itu, yaitu dekonstruksi. Kita akan membongkar konstruksi mitos yang mengatakan bahwa kita bangkit berkat nasionalisme yang lahir dari pendidikan penjajah melalui politik balas budi itu. In syaa Allah dalam kajian sejarah bersama: Ust. Doni Riwayanto, Pengasuh Kajian Peradaban Islam
Puisi Ukhuwah
Puisi oleh Pay Jarot Sujarwo
cerita ini bermula dari sebuah negeri tandus bernama mekah
seorang lelaki dapat perintah untuk menyampaikan kebenaran dengan hikmah
dakwah!
lelaki ini merangkul saudaranya, sahabat dekatnya, hingga para kabilah
suku-suku yang gemar berperang, orang-orang asing dari negeri antah berantah
hingga akhirnya negeri tandus itu selimuti berkah.
dari mekah dakwah berlanjut ke madinah
suku-suku yang suka berperang telah diikat dalam satu akidah
mereka telah berikrar bahwa tidak ada tuhan selain allah
ratusan atau bahkan mungkin ribuan berhala yang selama ini mereka sembah harus musnah
lalu mereka hidup dalam persaudaraan yang begitu kuat bernama ukhuwah
begitulah, dakwah kemudian menyebar
semangat orang-orang untuk terus menyampaikan kebenaran semakin berkobar
di bawah panji laa ila ha illallah berbagai suku bangsa dipersatukan
berbagai macam corak adat budaya dan perbedaan dipersaudarakan
quraish, bersaudara dengan badui, bersaudara dengan kurdi, bersaudara dengan parsi
bersaudara dengan turki, bersaudara dengan aria, bersaudara dengan skandinavia
bersaudara dengan india
ukhuwah ini telah meliputi negeri-negeri hingga 2/3 dunia.
ilmu pengetahuan seketika menjadi pembukan jalan dari kegelapan menuju terang benderang.
di al maghrib, univeritas berdiri. penemu-penemu bermunculan. orang-orang berlomba menimba pengetahuan. melintasi waktu, wilayah, bahkan zaman. puluhan tahun, ratusan tahun, bahkan ribuan tahun. gelora dakwah tak pernah berhenti meliputi bumi
di bawah panji laa ila ha illallah berbagai suku bangsa dipersatukan
berbagai macam corak adat budaya dan perbedaan dipersaudarakan
ke barat, dakwah ini menyebar hingga sudut kota brazilia bahkan sampai alaska
tanah afrika dan eropa jangan di tanya, lebih dulu mereka mendengar dan taat lalu menjadi saudara
ke timur, setelah cina, kabar gembira ini terus turun ke bawah
sampai sumatra, sampai jawa, sampai borneo, sampai selebes, sampai papua
melayu bersaudara dengan bugis bersaudara dengan madura bersaudara dengan jawa
bersaudara dengan cina bersaudara dengan dayak bersaudara dengan sasak
bersaudara dengan batak
takbir!
begitulah ukhuwah
14 abad ukhuwah ini telah menjadikan rahmat meliputi bumi
14 abad ukhuwah ini telah menjadi pemersatu yang begitu mumpuni
14 abad ukhuwah ini telah menjadi senjata yang begitu disegani
ukhuwah ini bernama islam,sebuah jalan keselamatan hakiki
ya ayyuhal muslimin
islam telah menjadi sejarah tersendiri yang berhasil menyatukan berbagai keberagaman
di bawah panji tauhid, persatuan ini menjadi begitu nyata
ikatan akidah yang kuat adalah sesuatu yang mutlak
sebagai penangkal upaya pecah belah
wa’tasimu bi hablillah
mari,kita munculkan kembali kesadaran ini
kesadaran untuk tetap satu menegakkan tauhid
kesadaran untuk tetap satu menerapkan syariah
kesadaran untuk tetap satu sebagai penebar rahmah
ukhuwah ukhuwah ukhuwah ukhuwah ukhuwah
hingga pada akhirnya
kabar gembira itu akan benar-benar kembali kita rasakan
janji allah akan benar-benar datang di penghujung zaman
panji panji tauhid akan kembali berkibar
pemersatu umat akan kembali hadir
la illa ha illah akan kembali berkumandang
di dalam sebuah naungan kepemimpinan
bernama khilafah ‘ala min hajjin nubuwah
takbir!
Pontianak, 2018